Chapter 13 - Private Class Again

3064 Kata
Chapter 13 - Private Class Again Hari ini Merlin dan Fabio memulai kelas actingnya lagi. Mereka sekarang sedang pemanasan. Meskipun sekarang Merlin sudah menjadi artis. Tapi iya masih belum merasa cukup. Kualitas actingnya belum sehebat Fabio. Merlin ingin jadi aktris serba bisa seperti Fabio. Merlin juga ingin nantinya, jika namanya tengah bersinar. Tetap ramah pada fans. Karena tanpa fans. Merlin hanya butiran debu yang usang. "Kamu bisa belajar bahasa isyarat dari mana, Fab?" tanya Merlin saat Fabio mengajarkan Merlin bahasa tubuh. "Aku dulu pernah dapet peran jadi tunawicara. Aku sampai khursus agar bisa menguasai bahasa ini. Ternyata engga rugi juga aku belajar bahasa isyarat. Karena dengan aku belajar bahasa isyarat. Aku jadi bisa berkomunikasi dengan mereka, yang tuna wicara. Yang hanya mengerti dengan bahasa isyarat ini," jelas Fabio. Keren. Demi mendalami peran. Fabio sampai harus khurus segala. Itulah aktor yang sesungguhnya. Selalu ingin maksimal dalam berkarya. Aktor sesunggunya selalu ingin yang terbaik. Jadi perlu juga untuk mendalami perannya. "Oh iya? Film kamu yang mana? Kok aku ga tau," Merlin mencoba mengingat-ingat film Fabio mana. Yang perannya Fabio jadi tuna wicara. "Good bye!" ucap Fabio. "Mau kemana lo good bye. Good bye segala? Perasaan kelas baru di mulai deh," tanya Merlin heran. Ini anak kenapa jadi aneh kaya gini? "Haha. Maksud aku itu, judul filmnya good bye. Di situ aku berperan sebagai Marvelo yang tuna wicara. Aku sampai merhatiin ekspresi wajah mereka saat berbicara dengan bahasa isyarat. Dan aku praktekin di film Good Bye. Alhamdulillah aku masuk nominasi di film itu. Dan menang jadi aktor terbaik di film Good Bye," jelas Fabio merasa bangga dengan jerih payahnya. Kirain Merlin, Fabio mau kemana. Pake acara good bye, good bye segala. Ternyata memang judul filmnya good bye. Kalau dari judul pasti filmnya swdih banget. "Ntar gue nonton ah. Sekeren apa sih acting lo. Sampe dapet penghargaan segala," ceplos Merlin cablak seperti biasa. Merlin memang tidak konsisten. Kadang kalau berbicara dengan Fabio suka menggunakan aku-kamu. Tapi tiba-tiba jadi elo gue lagi. Dasar Merlin plin plan. "Dengan senang hati. Kalau udah nonton, kasih nilai yah tentang acting aku di film Good Bye itu," pinta Fabio. "Loh kan, elo guru acting gue. Kenapa gue harus nilai lo?" Merlin heran dengan permintaan Fabio. Harusnya Merlin yang meminta di nilai actingnya. Ini malah Fabio yang minta di nilai. Kebalik kan. "Aku cuma pengen tau pendapat kamu, soal acting aku. Mesi aku guru kamu, tapi engga ada salahnya. Aku minta nilai kamu tentang acting aku. Jangan karena aku guru kamu, kamu jadi engga berhak nilai aku. Justru aku pengen tau pendapat dari murid pertama aku," murid pertama? Jadi Merlin ini murid pertamanya? "Kok murid pertama sih? Bukannya kamu CEO kelas acting ini?" heran Merlin. "Aku memang CEOnya. Bukan berarti aku gurunya. Orang baru kamu kok murid aku. Selama ini aku cuma jadi CEOnya," jawab Fabio. Ya ampun. Ternyata Merlin adalah murid pertama Fabio. Spesial banget sepertinya Merlin ini. "Udah yuk kita belajar lagi bahasa tubuhnya," ajak Fabio lagi, untuk meneruskan kelas actingnya. "Oke deh, kamu bisa belajar basa ini berapa lama?" Fabio menjawabnya dengan bahasa isyarat. "Fabio, mana gue ngerti. Itu dua minggu, apa dua bulan? Yang gue ngerti cuma angka duanya aja," protes Merlin. "Kalo kaya gini dua minggu," Fabio memperagakan bahasa isyarat yang menunjukan dua minggu. "Dan kalo yang kaya gini, dua bulan," kembali Fabio memperagakan gerakan dua bulan. "Buset! Cepet amet dua minggu. Gue mah engga tau deh bisanya kapan," cetus Merlin. "Waktu itu kan aku di kejar shooting filmnya. Jadi harus cepet-cepet bisa. Kadang di rumah sampe meragain di depan kaca loh. Soalnya takut salah," salut deh sama aktor satu ini. Fabio bisa belajar dengan cepat. Demi kualitas actingnya yang maksimal. "Film lo udah ada berapa sih?" Merlin kepo. "Satu, dua, tiga," Fabio menginggat-ingat. Kira-kira sudah berapa film yang telah ia mainkan. "Sepuluh film, lima belas ftv," ujar Fabio kemudian. Merlin kembali tercengang. "Hebat! Baru setahun di dunia entertainment. Elo udah berkarya sebanyak itu. Dan hampir semua karya lo, masuk nominasi. Terus menang pula. Apa sih resepnya?" Fabio melipat tangannya di depan dadanya. "Tulus dan ikhlas. Tulus untuk memberikan yang terbaik untuk karya kita. Dan ikhlas melihat hasil dari usaha kita. Jangan banyak ngeluh. Karena itu akan membuat kualitas acting kamu menurun. Serperti yang aku bilang tadi. Harus ikhlas, Mer," hari ini Merlin mendapatkan pelajaran banyak dari Fabio. Engga salah, kalau Fabio bisa jadi seorang idola. Dia memang sempurna. Tentunya di mata para fansnya. "Film Good Bye itu ceritanya tentang apa, Fab?" tanya Merlin masih kepo dengan film Good Bye-nya Fabio. Sehebat apa sih ceritanya? Sampe menang acara award segala. Berarti filmnya cukup sangat berkualitas. "Mau tau?" Merlin mengagguk. "Makannya nonton dong. Masa aku harus spoiler. Ga boleh dong. Engga akan seru, kalo kamu tau dari aku jalan ceritanya. Lebih baik kamu nonton sendiri. Biar feelnya kerasa, Hahaha," Fabio tertawa renyah. "Ih pelit amet sih. Maksud gue kan engga harus ceritain semuanya. Gue cuma pengen tau, film lo itu nyeritain tentang apa," ralat Merlin. "Kan tadi udah di kasih tau. Cowok yang tuna wicara. Dia berjuang mencari ibunya yang menjadi TKI di China," terang Fabio. "China? Wah keren. Elo pergi ke China juga dong?" Fabio mengangguk. "Berarti elo belajar bahasa China juga dong?" lagi-lagi Fabio hanya mengangguk. "Elo nguasain berapa bahasa?" "Bahasa Indonesia, Inggris, Jepang, Korea, China, Prancis, Jerman, Belanda, Arab, Itali sama bahasa hati kamu. Hahaha," canda Fabio. "Keren! Kayanya yang terakhir belum begitu nguasain deh," ya, Fabio belum berhasil menguasai bahasa hatinya Merlin. Buktinya sampai sekarang. Status mereka masih gantung aja. Masih menunggu Merlin membuka hatinya. "Tenang sebentar lagi pasti aku kuasai ko," ucap Fabio percaya diri. "Nguasain segitu banyak bahasa. Apa lo engga bingung. Engga ketuker gitu? Lagian kok bisa otak lo nguasaiin itu semua. Kalo gue ga akan mungkin bisa. Bahasa Inggris aja, gue cuma tau yes sama no doang," oceh Merlin. Merlin memang tidak terlalu fasih bahasa Inggris. Tapi kalau bahasa Jepang, sudah pasti ia kuasai. Ternyata kalo kita suka sama negaranya. Akan dengan mudah bisa menguasai bahasanya. "Mau gue ajarin?" tanya Fabio. "Boleh. Tapi engga semuanya. Satu-satu aja dulu. Kalo udah mulai menguasai. Baru deh lanjut bahasa berikutnya," usul Merlin. "Oke, belajar bahsa apa dulu nih? Gimana kalo bahasa Inggris dulu? Itu bahasa internasional. Kalo kamu udah nguasain bahasa itu. Aku yakin kamu engga akan kesulitan berkomunikasi. Kalau kamu lagi ada di negara lain. Karena hampir di semua negara. Bahasa Inggris di pakai. Namanya juga bahasa internasional," saran Fabio. Niat banget Fabio sampai mau ngajarin Merlin bahasa asing. Namanya juga cinta. Rela melakukan apapun. Untuk orang yang ia cintai. "Oke. Satu-satu dulu ah. Kan sekarang lagi belajar acting. Terus lo juga mau ajarin gue bahasa isyarat. Sekarang bahasa Inggris! Engga akan keotakan gue. Otak gue kecil, engga kaya yang punya lo. Bisa dengan mudah belajar berbagai macam bahasa," protes Merlin. Kata siapa otak manusia berbeda-beda. Pake bilang ada yang kecil dan ada yang besar. Merlin, Meriln, ada-ada saja. Semua otak manusia sama kok. Semua kapasitasnya juga sama. Cuma bedanya di kecepatannya saja. Ada yang dengan mudah menghafal. Ada juga yang sulit menghafal. Nah Merlin ini masuk kedalam tipe yang sulit menghafalkan. Kalo baca naskah dialog buat shooting sih, Merlin bisa menguasai. Karena Merlin sudah terbiasa. "Oke terserah kamu aja. Kapanpun kamu mau belajar. Aku siap kok jadi guru kamu," ucap Fabio bersemangat. Merlin benar-benar baru melihat sisi lain dari Fabio. Tidak semua orang bisa melihat semua itu. Fabio bisa beracting di depan semua orang. Dia pura-pura bahagia di depan semua orang. Tapi kenyataannya. Dia haus akan kasih sayang. Mitha, mamanya Fabio hanya fokus pada karirnya dan karinya Fabio. Mitha selalu sibuk dengan aktivitasnya sebagai aktris senior. Pantas saja dia sampai mengemis cinta pada Merlin. Karena meskipun ada fans yang menayangi Fabio. Ia tetap merasakan kesepian. Yang Fabio butuhkan adalah jalinan kasih sayang. Seperti seorang kekasih misalnya. ******** Selesai kelas acting dengan Fabio. Merlin langsung shooting film Lexi, bersama Fabio. Merlin terus berusaha menciptakan cemisteri, dengan Fabio. Agar tampak seperti nyata. Padahal cuma film saja. Sekarang giliran since di mana Lexi hampir mati. Melawan monster listrik. Berkali-kali Lexi di strum oleh monster itu. Lexi sempat pingsan saat di strum moster listrik itu. Debora panik melihat Lexi pingsan. Ingin rasanya Debora pergi menolong Lexi kekasihya. Posisi Debora sekarang ada di apartemen. Tepatnya di lantai tuju belas. Pikiran Debora mulai merancu. Debora memutuskan untuk menolong Lexi. Karena sengatan listrik. Seluruh listrik di kota menjadi lumpuh. Semua lampu mati. Saat ini seluruh kota gelap gulita. Debora menurni anak tangga melalui pintu darurat. Debora menyalakan senter di ponselnya. Untuk memberikan penerangan saat ia menuruni anak tangga. Sementara di luar. Tak lama Lexi mulai tersadar dalam pingsannya. Ia mengingat-ingat. Bagaimana caranya mengalahkan moster ini. Akhirnya Lexi menemukan caranya. Moster itu pun musnah. Seluruh kota kembali menjadi terang benerang. Debora yang baru saja sampai di lantai satu. Langsung memeluk Lexi. "Terimakasih karena kamu berusaha selalu hidup untuk aku. Aku sempet takut tadi pas kamu pingsan. Makanya aku lari kesini untuk kamu," ucap Debora cemas. "Aku akan selalu hidup. Demi kamu dan keselamatan kota ini," ucap Lexi tulus. Begitulah pekerjaan super hiro. Yang tak kenal lelah dalam mengerjakan tugasnya. Selalu nyawa yang jadi taruhanya. Setiap bertarung dengan para monster, yang entah datang dari mana. "CUT! Keren! Keren! Keren! Shooting terakhir kita bagus banget. Acting kalian berdua keren banget. Engga salah Fabio nyaranin Merlin buat jadi lawan mainnya. Chemistery kalian dapet banget. Kalian sangat mendalamk karakter masing-masing. Aku yakin film kita akan sukses. Selamat ya, Mer. Buat debut pertama kamu," puji sutradara Yeni bertubi-tubi. Semua crew bertepuk tangan. Merlin jadi malu di puji seperti itu oleh sutradara. Hal itu membuat Merlin lebih bersemangat lagi. Sebentar lagi Merlin menjadi artis. Itu artinya impiannya selama ini, tercapai sudah. "Selamat yah, Mer," bisik Fabio di telinga Merlin. "Kalau film ini sukses. Kita bikin squelnya yah," ujar sutradara Yeni. Mata Merlin langsung berbinar. Itu artinya. Merlin akan bermain film lagi. Sungguh sangat membahagiakan di hari ini. Seakan semua kebahagiaan tercipta dengan sendirinya. Hari ini adalah hari terakhir shooting film Lexi. Itu artinya dua hari lagi Fabio akan terbang ke Amerika. Untuk memenuhi kerjaannya. Tentunya untuk shooting film Fast Hunter 2. Merlin merasa sedikit keberatan Fabio harus ke Amerika. Secara engga langsung ia akan berpisah dengan Fabio dalam waktu yang cukup lama. Apakah Fabio merasakan hal yang sama seperti Merlin? Setelah semuanya kembali ke rutinitasnya masing-masing. Tinggalah Fabio dan Merlin yang sedang duduk di lokasi shooting. Mereka berdua terlihat canggung. Padahal biasanya juga Fabio terus godain Merlin. "Dua hari lagi aku ke Amerika. Buat shooting film Fast Hunter. Aku harap kamu jaga hati kamu, untuk aku yah. Ingat aku masih berjuang buat dapetin hati kamu. Jangan sampai orang baru masuk ke dalam hati kamu, dengan mudahnya. Kamu harus perlakukan yang sama. Seperti kamu memperlakukan aku. Minta dia juga berjuang," ucap Fabio lirih. Kenapa dia sampai kepikiran kaya gitu? Fabio benar-benar takut, kalau sampai ada orang baru di hidup Merlin. Bisa saja Merlin jatuh cinta pada orang lain. Saat Fabio sedang shooting film Fast Hunter di Amerika. Sekarang, sekarang kan Merlin sudah mulai mendapatkan tawaran main film lagi. Lawan mainnya ganteng-ganteng pula. Wajar saja, jika Fabio sampai kebakaran jenggot di buatnya. Fabio benar-benar takut. Kalau hati Merlin, terpaut oleh cowok lain. "Jaga hati aku? Aku kan belum jadi pacar kamu. Kamu tenang aja, jangan terlalu memikirkan aku. Aku akan baik-baik aja. Bahkan akan lebih baik," cetus Merlin. Memang sih status mereka saat ini belum jelas. Merlin juga sih pake acara gantung, gantungin perasaan orang. Kan cape, kalo di gantungin terus. Padahal rasa cintanya udah mulai tumbuh. Engga nyesel apa. Kalau tiba-tiba Fabio menyerah mengejar Merlin. Dan nantinya pindah ke lain hati. Merlin juga yang akan nangis, karena telah menyianyiakan. Kesungguhan cintanya Fabio ke Merlin. "Ya udah deh terserah kamu aja. Aku pulang duluan yah. Sampai ketemu bulan depan," pamit Fabio dengan wajah lusuh. Ada apa sih dengan Fabio? Ia hari ini sedang tidak bersemangat. Mungkin karena Merlin terus gantungin perasaannya. Jadi aja lesu. "Eh sebentar, Fab. Ko sampe ketemu bulan depan? Bukannya kamu dua hari lagi ya, ke Amerikanya?" tanya Merlin. Fabio mengangguk, "Memang seharusnya dua hari lagi. Tapi Niyya bilang, sutradara film Fast Hunter bilang. Supaya lebih cepat ke Amerikanya. Katanya buat reading dulu sama pemain lainnya. Dan malam ini, aku pergi ke Amerika. Kamu hati-hati di sini. Seperti yang tadi aku bilang. Jaga hati kamu juga," ujar Fabio sambil tersenyum samar. Tuntutan pekerjaan ke Amerika. Membuat Fabio galau. Bagaimanapun ia harus profesional. "Malam ini? Kok kamu baru bilang?" Merlin terkejut. "Maaf aku baru di kabarin Niyya tadi siang. Ya udah. Jangan sampe kamu selingkuh yah sama lawan main kamu yang baru,"ucap Fabio di buat seceria mungkin. Padahal di dalam hatinya, masih terbakar api cemburu. "Kamu tenang aja, Fab. Aku cukup profesional kok. Aku engga akan dengan mudah jatuh cinta sama orang lain. Apalagi orang baru," perkataan Merlin cukup membuat hati Fabio tenang. Semoga saja Merlin menepati janjinya. Untuk tetap menjaga hatinya. "Oke, kalo ada apa-apa. Kamu tinggal telepon aku. Kalo aku sibuk, telepon aja Niyya. See you, Mer," tidak sadar Fabio memeluk Merlin dengar erat. Seakan tidak mau kehilangan Merlin. Merlin tidak memberontak sama sekali. Merlin tau ini pilihan berat bagi Fabio. Di satu sisi ini adalah tuntutannya sebagai aktor. Di sisi lain, Fabio juga ingin terus memperjuangkan cintanya pada Merlin. Setelah itu Fabio pergi meninggalkan lokasi shooting. Sementara Merlin masih mematung di tempat yang sama. Di tempat saat Fabio memeluknya. Perasaan apa ini? Kenapa aneh rasanya? Apa gue terlalu kejam sama Fabio? Jelas -jelas Fabio udah berjuang buat dapetin hati gue. Gue masih aja ragu. Apa lagi yang gue raguin dari Fabio. Cinta gue engga akan bertepuk sebelah tangan kok. Fabio justru rela melakukan apapun demi gue. Bahkan nyawanya pernah rela di pertaruhan, gara-gara nolongin gue dari bapak, rutuk Merlin dalam hati. Merlin merasa dongkol. Kenapa ia tida bisa dengan mudah menerima cintanya Fabio? Entahlah hanya Merlin yang tau. ******** Fabio sudah merapihakan semua baju, yang akan di bawa ke dalam koper. Pikirannya masih melambung pada Merlin. Apa harus ia batalkan saja, shooting film Fast Hunternya? Itu berarti Fabio tidak profesional dong. Egois namanya. Akan ada banyak orang yang kecewa, kalau sampai Fabio batal pergi ke Amerika. Mamanya pasti akan marah besar. Belum lagi fans pasti kecewa. Karena sudah lama mereka menantikan film Fast Hunter 2. Ya sudahlah pilihannya memang berat. Tapi Fabio engga boleh egois sendiri. Dia harus bisa bersikap dewasa. Fabio harus yakin. Kalau Fabio dan Merlin jodoh. Engga akan kemana kok. "Ayo, Fab. Kita berangkat sekarang. Nyokap lo udah di mobil," ajak Niyya. "Ayo!" sahut Fabio sedikit lesu. "Tenang aja brow, elo pasti bisa dapetin hati Merlin. Mana ada sih cewek yang engga jatuh cinta sama lo. Apa lagi di perlakukan spesial kaya kemaren. Auto langsung jatuh cinta deh. Gue yakin, Merlin hanya butuh waktu. Untuk meyakinkan, kalo elo lah orang yang berhak menguasai hatinya. Mungkin aja saat ini dia lagi menata hatinya. Mengusir orang di dalam masa lalunya, dari hatinya," Niyya memberikan semangat. "Aku tau kok. Eh bentar. Orang di masa lalu? Aku ko engga kepikiran ke situ. Kenapa aku engga nyari tau, orang di masa lalu Merlin. Jangan, jangan. Dia belum bisa move on lagi dari mantannya," rempet Fabio. Seakan tersadar saat Niyya berbicara seperti itu. Apa mungkin Merlin punya pacar sebelumnya? Merlin kan galak amet. Cuma Fabio orang yang aneh, dengan semudah itu bisa jatuh cinta pada Merlin. "Duh malah bikin lo jadi kepikiran. Udah deh, Fab. Jangan di bikin ruwet. Sekarang lo fokus aja sama karir lo. Sama film Fast Hunter 2 ini. Jangan mikirin hal lain dulu," Niyya mencoba menyadarkan Fabio. Sejak kapan dia jadi bucin seperti ini? Tentunya sejak pertemuannya dengan Merlin. Dengan pasrah Fabio menyeret langkahnya menuju mobilnya. "Lama amet sih, dua jam lagi kan pesawat kita berangkat ke Amerika. Lagian kamu ngapain aja sih? Bukannya semua shooting kamu di Indonesia udah selesai?" berondong pertanyaan dari Mitha. Mitha tidak tau, kalau anaknya sedang jatuh cinta. Yang Mitha tau Fabio harus tetap berkarya di dunia entertainment. Mitha juga meskipun sudah berumur. Ia tetap masih di pakai oleh PH. Kadang photoshoot, kadang main sinetron, ftv dan film. Memang bukan sebagai peran utama. Tali peran dirinya cukup berpengaruh. Karena Mitha adalah termasuk aktris senior. Kebanyakan sekarang-sekarang, yang jadi peran utama itu anak-anak muda. Aktis senior mah cukup mendampingi saja. Tapi jangan salah. Bayarannya pun mahal. Sesuai kualitas acting mereka. Di satu sisi. Di tepat yang lain. Tepatnya di rumah Merlin. Merlin sedang galau, karena ia masih ragu dengan hatinya. Fabio memang sudah masuk kedalam hatinya. Tapi ada orang di masa lalunya. Terus mengusik hatinya. Padahal hanya sekadar suka. Tidak sampai terpaut jalinan cinta antara mereka. Karena cowok itu cukup misterius. Sampai Merlinpun tidak tau, apakah cowok itu cinta juga sama Merlin. Atau hanya menganggapnya sebagai teman. "Gue harus segera ngasih keeputusan ke Fabio. Kasian juga dia di gantungin terus. Selama sebulan ini dia usaha terus buat ngedapetin hati gue. Gue harus cepet lupain dia. Karena ada Fabio yang udah ada di hati gue sekarang," ucap Merlin mantap. Sekarang Merlin akan memberikan kepastian pada Fabio. Merlin menekan nomor Fabio. Namun tidak di angkat juga, Merlin baru ingat. Kalau malam ini Fabio pasti sedang di bandara. Untuk bersiap-siap terbang ke Amerika. "Sial! Kenapa engga tadi aja gue kasih kepastiannya!" dumal Merlin. Ia sekarang mencoba melepon Niyya moga saja di angkat. "Hallo. Iya, Mer. Ada apa?" tanya Niyya di sambungan telepon. "Fabio ada kak? Aku mau bicara sama dia," pinta Merlin. "Ada kok. Cuma lagi ke toilet. Ada apa emangnya?" tanya Niyya penasaran. Habis Merlin sampai meneleponnya. Pasti ada hal yang penting, yang harus Merlin sampaikan pada Fabio. "Kakak berangkat ke Amerika jam berapa?" bukannya menjawab pertanyaa Niyya. Merlin malah menanyakan hal lain. "Lima belas menit lagi kayanya kita udah masuk pesawat. Bentar lagi pergi," ujar Niyya. Merlin menepuk jidatnya yang tidak bersalah. Sebetulnya ia ingin sekali menyusul Fabio ke bandara. Meskipun hanya sekadar bilang. Kalau dia menerima cinta Fabio. Tapi dalam waktu lima belas menit. Tidak mungkin Merlin bisa secepat itu ke bandara. Paling cepat butuh waktu tiga puluh menit. Dari rumahnya menuju bandara. Ya sudahlah. Merlin mengurungkan niatnya. Merlin akan memberi tahu perasaannya pada Fabio, nanti setelah Fabio selesai shooting film Fast Hunter. Semoga saja waktu sebulan ini berjalan dengan cepat. Agar Merlin bisa bertemu dengan Fabio. Dan menjelaskan perasaannya pada Fabio. Fabio pasti akan senang sekali. Kalau tau, Merlin sudah menerima cintanya. Itu artinya pengorbananya selama ini tidak sia-sia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN