Chapter 6 - Detak Jantung
Bodyguard yang berambut gondrong masuk ke ruang rawat Fabio. Ia harus memastikan benar tidaknya perkataan Merlin. Bisa saja cewek itu berbohong, demi bisa bertemu dengan Fabio. Secara seorang fans akan melakukan hal apapun untuk bisa bertemu dengan idolanya. Salah satunya dengan berbohong. Jadi mereka juga harus waspada, agar tuannya tetap aman dari fans fanatik.
Bodyguard itu melihat Fabio yang sedang terduduk di ranjang rawat inapnya. "Maaf, Tuan Fabio ada artis yang cari tuan. Katanya dia tadi dapat pesan dari tuan Fabio, apa benar?"
Kening Fabio berkerut aneh. Perasaan baru saja ia sadarkan diri. Belum sempat ia membuka ponselnya. "Siapa pak? Artis. Aku baru sadar ko. Atau mungkin Niyya yang kirim pesan pak. Emang siapa pak?"
Sudah diduga kalau Merlin berbohong pada si gondrong. "Katanya cewek keren tuan. Tapi ya sudah. Ini hanya akal-akalan dia saja,"
Cewek keren? Merlin? batin Fabio. Itu pasti Merlin. Hanya Fabio yang memanggilnya dengan sebutan cewek keren.
"Tunggu-tunggu pak. Aku memang nyuruh Niyya buat dia kesini,"
Bodyguard gondrong itu berbalik badan. "Tadi katanya tuan baru sadar," ujarnya heran. Perasaan dia tadi tidak salah dengar.
Ups! "Kamu salah dengar kali. Ya sudah bawa Merlin masuk!" perintah Fabio. Ia tidak mau memperpanjang pembicaaan tidak pentingnya bersama Bodyguard itu.
"Oke tuan!" bodyguard itu kembali keluar untuk mempersilahkan Merlin masuk. Sesampainya dia luar. Ia mengedarkan pandangannya. Mencari sosok Merlin yang di suruh tuannya untuk masuk.
"Iya, Merlin. Si cewek keren boleh masuk!" Bodyguard itu sengaja menekankan kata cewek keren pada Merlin. Pasalnya ia belum tau siapa nama si cewek keren ini.
Merlin terbelalak mendengar ucapan bodyguard itu. Kenapa harus Merlin? Kan tadinya Merlin hanya membantu sahabatnya. Ini malah di suruh masuk. Gloria dan Novia tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya ia bisa masuk berkat Merlin.
"Tunggu! Hanya Merlin saja!" mereka mencegah Gloria dan Novia yang akan masuk.
"Tapi pak.. "
"Jangan masuk!" mata Bodyguard gondrong langsung melotot. Mereka memang terlihat sangat seram-seram. Kayanya lebih pantas di sebut preman, di bandingkam di sebut Bodyguard. Mau, maunya Fabio memperkerjakan orang seram seperti mereka.
Merlin diseret masuk ke ruangan oleh Bodyguard Fabio. Ia pasrah saja. Lagian siapa juga yang mau masuk. Salah trategi nih Merlin sepertinya.
Saat masuk ruang rawat Fabio. Merlin cangung. Kenapa sih harus dia sendiri yang masuk? Padahal yang maksa masukkan tadi Gloria dan Novia. Tau gitu Merlin tidak mau terlibat. Mana harus acting bohong lagi. Pake bilang dapet pesan dari Fabio. Udah gini jadi bingungkan mau ngomong apa?
"Ha.. Hai.." sapa Merlim tergagap. Sejak kapan cewek sangar seperti Merlin berubah jadi gagap? Haha lucu juga dia.
"Hei kamu sendiri? Tahu dari mana kamu tahu aku sakit?" tanya Fabio heran.
"Di mana-mana juga tahu ko, kalo elo lagi sakit. Di televisi, radio, sosmed seeemmuua ngomongin lo. Lagian elo kenapa? Sakit apa lo? Atau jangan-jangan lo sakit parah dan engga bilang-bilang sama semua orang. Elo sakit.. Biar gue tebak," Merlin tampak berpikir sejenak. "Sakit Leukemia? Lagi ngetrand tuh di kalangan artis. Atau sakit jantung? Bisa juga lo kan jarang olahraga. Atau.. " kecangungan mereka mulai mencair. Bawelnya Merlin keluar tanpa ia sadari.
"Hahaha Mer, Mer, imajinasi kamu terlalu tinggi. Aku baik-baik aja ko. Aku cuma kelelahan. Engga punya sakit parah seperti yang kamu pikirin. Hahaha.. Kamu lucu juga yah!" Fabio terkekeh. Semetara Melin manyun. Merasa malu. Kenapa juga ia bisa sebawel itu di depan Fabio. Nyerocos tanpa titik koma. Pake acara sok mendiagnosis penyakitnya Fabio. Belum tentu Fabio sakit parah seperti dugaan Merlin.
"Serius lo engga sakit apa-apa?"
Fabio menggeleng. "Emang kamu maunya aku sakit parah? Sakit apa kata kamu? Jantung? Leukemia? Aduh kamu itu terlalu banyak nonton film drama. Hahah," Fabio senang sekali menertawakan kebodohan Merlin. Ia suka dengan sifat Merlin yang kadang ajaib, di mata Fabio. Ternyata Merlin bisa bawel juga. Tapi seneng deh di perhatikan oleh Merlin.
"Ih sebel deh. Ya udah gue pergi dulu!" Merlin merasa bodoh di tertawakan oleh Fabio. Padahal Merlin memang bawel.
"Tunggu Mer!"
"Apalagi sih? Belum puas ngetawain gue, lo!" bentaknya.
"Sini deh!"
Fabio meminta Merlin untuk mendekat. "Aku sayang kamu. Dan aku cinta kamu semenjak pertama kita ketemu," ucap Fabio tulus tanpa kebohongan sama sekali di matanya.
"Ah elo pasti boong. Engga usah acting deh sama gue. Gue nggak akan percaya. Oke!" Merlin mengelak. Mana mungkin aktor muda terkenal seperti Fabio. Dengan mudahnya jatuh cinta. Pada artis figuran seperti Merlin. Ini pasti prank.
"Aku serius Merlin. Aku cinta sama kamu," ulang Fabio.
Merlin terhenyak. Rasanya seperti mimpi. Apakah Fabio benar-benar menyatakan cinta padanya? Padahal pertemuan mereka belum cukup lama. Bahkan terlalu cepat untuk di katakan jatuh cinta.
Susana menjadi tegang. Merlin tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas kali ini dia tidak bisa berkutik. Degup jantungnya semakin kencang. Entah apa yang terjadi. Ini pertama kalinya ada cowok yang menyatakan cinta pada Merlin. Situasinya tidak mendukung. Ga ada romantis-romantisnya. Kenapa harus nembak di rumah sakit. Engga ada yang lebih keren apa?
"Fabio, jangan bercanda. Lo ngeprank gue kan? Perlu elo tau aja yah. Gue bukan cewe yang gampang. Engga mudah buat dapetin gue. Gue ga terlena tuh sama obralan kata cinta dari lo. Yang gue pengen itu cinta sejati. Yang bikin hati gue selalu bahagia. Otak gue selalu memikirkan dia. Jantung gue selalu dek dekan saat disamping dia. Pokoknya selalu tentang dia..."
"Sttt..." Fabio menelan bibir Merlin dengan telunjuknya. "Makanya, kasih kesempatan buat aku. Buat wujudin cinta sejati yang kamu inginkan itu. Sumpah aku bener-bener serius Mer,"
Merlin menepis telunjuk Fabio yang tadi baru saja menekan bibir manisnya. "Denger yah! Gue ga bakalan kaya fans lo yang langsung meleleh denger kata cinta dari mulut lo. Gue, engga bakalan mudah jatuh ke pelukan lo! Ngerti?" Merlin melangkah menuju keluar.
"Aku engga akan nyerah Mer, sampe kamu bener-bener bilang. Kalo kamu engga bisa hidup tanpa aku!" teriak Fabio. Tapi Merlin acuh dan cepat buru-buru keluar dari ruang rawat Fabio.
"Saiko tuh orang. Masa iya dia jatuh cinta secepet itu. Aaagghh nyesel deh, nyesel gue tadi masuk," gerutunya sambil terus memaki-maki diri sendiri. Ia tak sadar, kalau di luar ruangan banyak orang. Ada fans Fabio dan para wartawan.
"Bagaimana mba keadaan Fabio? Apa Fabio ini pacarnya mba? Lalu apa saja yang tadi anda lakukan didalam bersama Fabio?" berondong pertanyaan langsung menyerbu Merlin saat keluar dari ruangan Fabio. Baru saja lolos dari pernyataan cinta Fabio. Eh masuk kandang reporter, dengan dibanjiri pertanyaan yang enggak masuk akal. Merlin jadi bingung harus jawab apa.
Tapi, ini kesempatan gue buat jadi artis. Siapa tahu kalo gue di wawancara kaya gini.. Mungkin aja ada PH yang mau pake gue di filmnya, batin Merlin. Idea gila itu muncul begitu saja.
"Fabio baik-baik aja. Mungkin dua atau tiga hari juga. Dia udah bisa kembali beraktivitas ko," jawab Merlin setengah ngasal dengan wajah, di buat seimut mungkin. Bisa-bisanya ia sok tau mengabarkan kesehatan Fabio. Padahal belum jelas juga Fabio pingsan, karena apa?
Merlin ini tampak cantik di depan kamera. Sayangnya setelan tomboynya yang membuat Merlin kurang percaya diri. Kalau saja dia dandan dulu tadi sebelum ke rumah sakit. Tapi ya sudahlah, yang penting masuk televisi.
"Apa mba ini pacarnya Fabio?" pertanyaan itu muncul lagi. Giliran Merlin bingung harus menjawab apa. Kenapa harus ada pertanyan itu? Seakan timingnya pas. Soalnya baru saja Fabio meyatakan perasaanya, pada Merlin.
"Iya, dia Merlin pacar aku," ucap Fabio yang baru saja muncul dari balik pintu. Fabio langsung menggenggam tangan Merlin tanpa permisi.
Mulut Merlin menganga lebar. Fabio langsung memeluk Merlin. Semua reporter tidak mau melewatkan momen ini. Ada yang memotret dan ada juga yang merekam kejadian ajaib ini. Sebelumnya. Fabio memang sangat tertutup dalam kehidupan pribadinya. Dan sekarang, adalah kejadian langka yang tidak pernah terjadi.
Merlin melepaskan pelukannya dari Fabio. Dan...
PLAK!
Tamparan itu terdengar sangat keras. Sontak membuat terkejut semua orang yang ada di sana. Mata Merlin mulai berkaca-kaca. Entah apa yang ada dalam pikiran Merlin. Hatinya sangat perih di perlakukan Fabio seperti itu. Ia seakam di permainkan oleh Fabio.
"Denger yah semuanya! Gue bukan pacarnya Fabio!" tegas Merlin sambil pergi dan menyeruak kerumunan reporter di hadapanya. Fabio hanya bisa terdiam. Sementara para reporter terus membanjirinya dengan segudang pertanyaan. Tanpa henti. Mereka penasaran dengan apa yang baru saja terjadi. Bisa-bisanya aktor terkenal seperti Fabio di tampar seorang cewek. Di rumah sakit pula.
********
Langit terlihat tidak mendukung pagi ini. Hitam pekat menyelimuti sang langit. Hujan deras serta petir membuat kita enggan ke mana-mana. Pagi ini ada ulangan bahasa Inggris. Reading dan listening. Sebagian orang menyukai pelajaran ini. Tapi, sebagian siswa lain sangat anti dengan tes ini. Sejak tadi Miss Nada mengawasi setiap gerak gerik muridnya. Meskipun Miss Nada dikategorikan guru baik. Tetap saja, kalau sedang ulangan. Miss Nada terlihat sangat tegas.
"Oke, Finish!" ucap Miss Nada.
Tanpa alasan apapun murid harus mengumpulkan lembar jawaban. Tidak mau tahu selesai atau tidaknya. Lembar jawaban harus tetap di kumpulkan. Usai semua murid menyerahkan lembar jawaban, Miss Nada langsung pergi dari kelas.
Terdengar hiruk pikuk yang membuat telinga Merlin panas. Mereka saling berbisik dan menatap tajam Merlin. Meskipun berbisik. Tapi Merlin masih bisa mendengar percakapan mereka. Ada juga yang terang-terangan menyindir Merlin. Siapa lagi kalau bukan Afrida, si biang gosip Aflantos.
"Gila yah orang seganteng Fabio di tampar sama si cacing keremi. Ih kaya yang dia cantik aja," Afrida memulai gosip dengan ganknya. Ia sengaja mengeraskan suaranya agar terdegar oleh Merlin. Afrida ingin tau bagaimana reaksi Merlin. Soalnya Merlin terlihat pasif selama ini. Tidak populer seperti Afrida dan antek-anteknya.
"Kebayang ga sih betapa malunya Fabio kemarin. Mana dia lagi sakit. Parah lah cacing keremi," timpal Yuliana yang tak lain adalah anggota gank Afrida.
"Duh kasian banget Fabio. Si cacing keremi berasa artis kali yah. Acting di depan kamera supaya keren gitu? Hah payah!" Restu ikut berkomentar.
Merlin berdiri dari tempat duduknya kemudian. Menghampiri Afrida in the gank. "Heh denger yah! Kalian tuh engga tau apa-apa! Lebih baik diem dan ga usah banyak bacot ngerti?!"
"Heh! Cewek kecentilan. Ga usah deh lo pempermalukan Fabio kaya kemaren!" Afrida menunjuk muka Merlin tepat didepan wajahnya. Merlin memutar telunjuk Afrida. Menarik lengannya hingga tangannya berada di belakang punggungnya. Ini cara ampuh untuk membuat kapok lawan.
"Aaaauuwww!" jerit Afrida.
"Gue bilang jangan macem-macem yah sama gue!" ancam Merlin tak main-main.
"Mer, Mer udah Mer!" lerai Novia.
Merlin mepaskan tangan Afrida. Kemudian ia pergi keluar kelas. Rasanya sumpek di dalam kelas. Banyak sekali yang mencemoohkan dia gara-gara kejadian kemarin. Rasanya pengen sekali marah dan teriak pada Fabio. Tapi sepertinya hari ini dia tidak masuk sekolah. Merlin malah celingukan mencari si biang kerok itu. Merlin berhasil viral di sekolahnya sendiri.
"Parah yah tuh anak!" komentar salah satu murid yang Merlin pun tidak mengenalnya. Ternyata engga di dalam engga di luar. Sama keruhnya. Semua membicarakan Merlin, tentang kejadian kemarin. Harusnya Merlin engga usah nampar Fabio. Tapi bagaimana tidak kesal dan menampar Fabio. Fabio sendiri telah lancang memeluknya di depan umum. Respek Merlin menamparnya. Ia tidak mau cintanya di permainkan. Fabio memang menyatakan cinta pada Merlin di hari itu. Tapi belum Merlin iyakan. Jadi mereka belum resmi pacaran. Enak saja, ngaku-ngaku pacar.
Merlin berlari menuju rumah pohon tempat rahasianya. Mungkin di sana ia bisa lebih tenang. Setidaknya tidak ada omelan atau cuap-cuap tentang dirinya dan Fabio.
"Haaaahh akhirnya gue bisa tenang disini," Merlin menghela napas panjang seraya menghempaskan tubuhnya.
"Hai Mer! Kamu suka Jepang juga yah?" nah loh suara siapa ini?
Merlin melirik cepat ke arah suara, ternyata ada Fabio yang sedang duduk santai di rumah pohonnya. "Ngapain lo di sini? Lagian dari mana lo tau tempat ini?"
"Kan kamu yang ajak aku waktu itu ke sini,"
Merlin menepok jidatnya yang tidak bersalah. "Heh! Fabio yang terhormat. Mendingan lo pergi deh dari tempat ini. Gue males ngeliat muka lo. Udah cukup telinga gue panas hari ini," usir Merlin.
"Mer, apa salah aku cinta sama kamu? Aku tahu ini terlalu cepat buat kita. Percayalah Mer, aku akan berusaha jadi yang kamu mau. Aku akan nunggu itu kapanpun. Please kasih aku kesempatan. Aku mohon," Fabio mulai berlutut sambil memegang tangan Merlin. Layaknya pangeran yang meminta putri, agar mau menikah dengannya.
Lagi-lagi Merlin mengeluarkan jurus pelintir tangan kebelakang punggung. Fabio tidak berteriak. Ia hanya tersenyum samar. "Aku rela di perlakuin apapun sama kamu Mer,"
"Apa istimewanya gue sih sampe lo mau ngejar-ngejar gue?"
"Karena kamu beda,"
"Udahlah lupain aja gue!" tandas Merlin sambil melepaskan tangan Fabio.
"Mer, lo pernah denger. Setiap detak jantung itu berbeda. Tapi, ketika kamu menemukan belahan jiwa kamu kamu akan mendegarkan detak jantung kamu dan dia seirama. Dan itu yang aku rasakan Mer. Aku bener-bener yakin saat engga sengaja aku peluk kamu di depan media kemarin," filosofi Fabio bagus juga. Ah paling itu hanya sebuah dialog di film. Fabio memang terbilang romantis. Tapi, hanya dalam film saja. Karena selama dia jadi aktor. Belum pernah ia di kabarkan berpacaran.
Fabio kembali memeluk Merlin, membawa Merlin dalam dekapannya lebih dalam, "Coba kamu rasakan. Apa detak jantung kamu sama kaya aku. Kalo aku sudah seiriama dengan detak jantung kamu,"
Entah ada angin apa Merlin hanya terdiam dan mendengatkan detak jantung dirinya dan detak jantung Fabio. Memang terdengar seirama. Apa itu tanadanya mereka jodoh?
Merlin mendorong Fabio. Fabio tersungkur kebawah. Merlin sendiri kaget ternyata kekuatannya bersar juga. "Lo engga usah ngarang deh. Detak jantung manusia itu di mana-mana sama tau!"
"Mer, kasih aku kesempatan please. Aku janji engga akan ngecewain kamu lagi,"
Mata Merlin menatap dalam kedua bola mata Fabio. Idea gila mulai terlintas di pikiran Merlin. Sepertinya Merlin ingin melihat seberapa seriusnya, Fabio memperjuangkan cintanya. Ia ingin lihat itu. Mungkin saja Merlin bisa mempertimbangkan perasaannya pada Fabio. "Oke ada syaratnya.."
"Oke apa syaratnya?" tanya Fabio antusias. Akhirnya Merlin luluh juga. Apapun syaratnya Fabio akan berusaha untuk mengabulkanya. Ini adalah kesempatan baginya untuk meraih hati Merlin.
Kira-kira syarat apa yang akan di berikan oleh Merlin pada Fabio? Apakah Fabio akan menyanggupi syaratnya?