Varisa memakai pakaian maid, menatap pada Govinno yang sedang berbicara dengan Mona—tunangan pria itu yang datang dari pagi dan sekarang sudah jam dua belas siang belum pulang juga. Atau pergi dari sini. Dengan langkah pelannya Varisa berjalan mendekati Tuannya yang sedang menatap pada Mona.
“Tuan Govin, anda harus makan siang. Saya sudah menyiapkan makan siang untuk anda, juga obat anda harus diminum Tuan.” Ucap Varisa matanya tidak melirik pada wanita yang ada di depannya. Dia tidak peduli dengan wanita yang ada di depannya. Yang hanya dia pedulikan adalah Govinno Tuan mudanya yang harus makan siang setelah itu meminum obat.
Mata Govinno menatap pada Varisa lalu dia melihat pada Mona. “Mona, kau suapi aku.” Ucap Govinno.
Varisa mendengarnya mengepalkan tangannya. Pria ini begitu dingin padanya. Sudah dua minggu Varis bekerja di sini. Tapi Govinno masih saja bersikap dingin dan tidak mau melihat pada dirinya. Varisa melebarkan senyumannya.
“Tapi Tuan, saya yang disuruh untuk melayani anda dengan baik. Saya yang harusnya menyuapi anda, bukankah saya adalah pelayan pribadi yang dikhususkan untuk merawat Tuan Muda.” Ucap Varisa lembut mendayukan suaranya. Tangannya menggenggam tangan Govinno.
Lelaki itu melihat pada tangannya yang digenggam oleh Varisa. Govinno menarik tangannya, lalu dia melihat kembali pada Mona. “Mona, kita ke ruang makan sekarang. Dorong kursi rodaku,” ucap Govinno diangguki oleh Mona.
“Saya tunagannya Govin. Kau hanya pelayan di rumah ini, tidak punya hak untuk mengatur Govin,” ucap M ona mendorong kursi roda Govinno.
Varisa mendengarnya menatap pada Govinno yang pergi bersama dengan Mona. Mata Varisan menatap tajam pada Mona. Dirinya yang harusnya mendorong kursi roda itu bukan wanita itu. Varisa segera berjalan mendekati Govinno. Tangannya dengan lihai mengambil makanan untuk Govinno dengan senyuman manisnya dia berikan pada pria itu.
Govinno masih bersikap dingin tidak melihat pada Varisa. “Tuan saya izin ke kamar dulu menelepon anak saya. Kalau anda butuh sesuatu bisa panggil saya.” Ucap Varisa memegang tangan Govinno sebelum pergi dari sana.
Varisa masuk ke dalam kamarnya, mengeluarkan ponselnya dan menelepon anaknya. “Mbah, Galen mana? Dia baik-baik saja, ‘kan?” tanya Varisa berbicara dengan orang seberang sana yang dipanggil Mbah oleh dirinya. Orang yang merawat dirinya dan anaknya selama ini.
“Syukurlah kalau Galen baik-baik saja. Kalau Galen pulang nanti langsung suruh nelepon Varisa ya Mbah. Varisa kayaknya masih lama di sini. Bukan hanya para wanita itu saja yang harus Varisa singkirkan. Tapi wanita satu ini. Mbah tahu bukan?” tanya Varisa menatap tajam ke depan dengan memegang kalung yang ada di lehernya.
“Mbah, Varisa tahu. Varisa akan berusaha untuk membuat dia melihat Varisa. Hanya Varisa yang baik dan mencintainya dengan tulus.” Ucap Varisa menyeringai setelahnya mematikan sambungan teleponnya.
Varisa keluar dari dalam kamarnya, matanya melihat pada Govinno yang sedang makan disuapi oleh Mona. Mata Varisa menatap tajam pada wanita itu. Lalu tatapannya berubah lembut melihat pada Govinno, walaupun lumpuh pria itu tetap tampan dan menggoda sekali. Varisa menatap ke atas membayangkan tangan Govinno bermain di tubuhnya.
Sial.
Selama dua minggu tinggal di sini dia selalu membayangkan hal yang membuat gairahnya melonjak karena membayangkan tangan berurat dari Govinno yang bermain pada dirinya.
Varisa berdeham pelan ketika melihat kepala pelayan yang melihat pada dirinya. Varisa berjalan mendekati Govinno setelah mengambil obat pria itu. Senyuman manisnya kembali ditampilkan oleh dirinya pada Govinno.
“Tuan, sudah waktunya meminum obat,” ucap Varisa berucap mendayu. Tangannya dibuat selentik mungkin mengeluarkan obat itu dan dia memberikan obat itu pada Govinno.
Govinno mengambil obat yang ada di tangan Varisa. Meminumnya yang masih dilihat oleh Varisa dengan senyuman manisnya. “Tuan, anda harus ke kamar istirahat. Saya akan membawa anda ke kamar.” Ucap Varisa dia langsung mendorong kursi roda Govinno tanpa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Mona.
Govinno hanya diam saja. Matanya menatap pada Varisa yang membantu dirinya untuk berbaring di atas ranjang. “Tuan, anda harus tidur siang, jangan mengobrol dengan orang lain lagi.” Ucap Varisa menatap pada mata Govinno. Pria itu balik menatap dirinya dan perlahan Govinnon memejamkan matanya dan terbawa ke alam mimpi.
Mata Varisa masih menatap pada Govinno. Tangan Varisa menari di wajah Tuan Mudanya yang sangat tampan dan menawan sekali. “Kau tampan.” Ucap Varisa segera menyingkirkan tangannya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Govinno sampai ke leher pria itu. Ketika mendengar pintu kamar terbuka.
Varisa menunduk pada Ibu Govinno. “Nyonya…” ucap Varisa menunduk dan berkata sopan. Padahal tatapan matanya ke bawah sangat tajam sekali.
“Dia sudah tidur?” tanya Nyonya Pramudia diangguki oleh Varisa.
“Sudah Nyonya besar.” Jawab Varisa matanya seketika melembut menatap pada Govinno yang memejamkan mata dan sudah tertidur begitu nyenyak sekali.
“Untuk apa kau masih di sini. Keluar! Buatkan minuman untuk Mona. Dia sangat haus sekali,” ucap Nyonya Pramudia diangguki oleh Varisa.
Langkah kaki Varisa keluar dari dalam kamar Govinno. Matanya melihat pada Mona yang duduk di ruang tengah tertawa bersama dengan adik perempuan Govinno. Tangan Varisa terkepal, lalu dia berjalan menuju dapur. Varisa membuatkan minuman untuk Mona. Memasukkan air ludahnya pada minuman yang ada di depannya sekarang. Mengaduknya dengan gula yang sudah dimasukkan oleh dirinya.
Varisa berjalan mendekati Mona dan adik Govinno. Minuman untuk adik Govinno, tidak dia masukkan air ludahnya. “Nona Mona dan Nona Muda silakan diminum. Saya masuk ke dalam kamar dulu,” ucap Varisa pamit dari sana, lalu dia masuk ke dalam kamarnya.
Varisa menatap pada tangkai bunga mawar hitam yang ada di dalam kamarnya. Satu tetes air matanya keluar. Lalu menghapusnya kasar. “Bukankah aku harus bermain dengan pintar?” ucapnya tertawa kecil, lalu menyimpan kembali bunga mawar itu dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang, membayangkan bantal guling yang dipeluk oleh dirinya sekarang adalah Govinno Pramudia—Tuan Mudanya yang sangat tampan dan dicintai oleh dirinya.
“Hatimu akan menjadi milikku Tuan. Kau akan menjadi ayah dari anakku.” Ucapnya tersenyum manis, membuat Tuannya mencintai dirinya nanti.
Pejaman mata Varisa membawanya ke mimpi membayangkan belaian tangan dari Govinno dan dia juga membayangkan bagaimana rumah dihuni oleh dirinya nanti ada Govinno dan Galen nantinya. Govinno pasti mencintainya nanti walau sekarang Govinno bersikap dingin pada dirinya.
Tuanku … aku mencintaimu. Gumam Varisa di dalam tidurnya dengan senyuman manis terpatri di bibirnya membayangkan wajah Govinno yang membalas senyuman manisnya dan memeluk dirinya. Tidur yang nyenyak membawanya ke dalam mimpi yang diinginkan.