Part 06 - Terluka

1043 Kata
Varisa mendorong kursi roda Govinno masuk ke dalam rumah mereka sudah pulang dari rumah sakit dan Gaby yang sudah dinyatakan sembuh oleh dokter yang memang dari awal tidak pernah tahu apa penyakit dari Gaby. Wanita itu jelas tidak diketahui sakitnya apa oleh Dokter karena penyakit wanita itu yang mengetahui hanya dirinya. “Gaby, kamu jangan makan yang sembarangan atau kamu jangan begadang. Abang tidak tahu apa yang menimpa kamu. Sekarang kamu sudah sehat,” ucap Govinno menatap adiknya penuh rasa khawatir. Gaby mengangguk mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya. “Gaby tidak akan makan sembarangan dan begadang lagi. Gaby akan menjaga kesehatan Gaby lebih baik,” ucap Gaby lalu matanya menatap pada Varisa yang masih berdiri di belakang kakaknya. Matanya menatap tajam pada wanita itu. “Bang! Kapan Abang mau menikah dengan Kak Mona? Kak Mona itu wanita yang sangat baik dan sederajat dengann keluarga kita. Dia itu model terkenal dan banyak pria yang mau dengannya. Tapi Kak Mona mau sama Abang dan nerima Abang apa adanya. Ini Kak Moma wanita yang bertahan lama dengan Abang,” ucap Gaby. Varisa mengepalkan tanganya. Giginya bergemeletuk. Varisa berusaha untuk menahan kesabarannya karena mendengar ucapan omong kosong dari wanita di depannya. Gaby sepertinya mau masuk rumah sakit lagi lalu dokter tidak tahu penyakit wanita itu apa. Memang itu sepertinya yang diinginkan oleh Gaby sekarang. “Tidak usah bahas pernikahan sekarang Gaby. Abang belum mau untuk menikah,” ucap Govinno menatap pada Varisa. “Varisa, kau bawa saya ke kamar.” Ucap Govinno menatap datar padqa Varisa. Varisa mendengar apa yang dikatakan oleh Govinno mengangguk, dia mendorong kursi roda Govinno menuju kamar pria itu. Namun tangannya segera dicekal oleh Mona. Varisa menatap pada wanita itu dengan sebelah alisnyab terangkat. Govinno melihat pada Mona lalu dia tersenyum pada Mona. “Varisa, kamu ke kamar saja. Ada Mona. Dia tunangan saya. Dia pasti bisa untuk membaringkan saya ke atas ranjang, lagian kami memang harus menikah nantinya.” Ucap Govinno mengusir Varisa untuk pergi dari sana. Varisa mendengar apa yang dikatakan oleh Govinno mengepalkan tangannya. Tidak suka mendengar apa yang dikatakan oleh Govinno. Dengan berat hati Varisa pergi dari sana. Matanya bertemu dengan Gaby. Wanita itu tersenyum sinis pada Varisa. “Kau itu sudah jelas mau menggoda kakakku! Kau bisa melihat bukan, kalau kakakku lebih memilih Mona dibanding dirimu. Kau itu hanya wanita kampungan!” hina Gaby, membuat Varisa berusaha untuk menahan rasa amarahnya. “Maafkan saya Nona. Saya tidak pernah menggoda Tuan Govinno. Saya selalu bersikap sopan dan layaknya pelayan di sini. Saya hanya orang miskin bukan, yang bekerja di sini. Tidak ada niat saya untuk menggoda Tuan saya.” Ucap Varisa tersenyum. Varisa berjalan mendekati wanita itu lalu dia menatap dalam mata Gaby. Gaby terpaku dan dia diam saja tidak mengatakan apapun lagi. “Ambil pisau dan iris tanganmu,” ucap Varisa memerintah wanita itu lalu dirinya menyingkir dari hadapan Gaby. Gaby mengangguk dan berjalan menuju dapur dan dia mengambil pisau. Tidak ada pelayan di sana yang akan melarang Gaby untuk melakukan itu. Mengiris tangannya dan setelahnya wanita itu berteriak kesakitan dan melempar pisau yang ada di tangannya. Varisa berjalan mendekati Gaby. “Ya Tuhan! Nona muda! Apa yang anda lakukan?” teriakan dari Varisa membuat semua orang di dalam rumah ini menuju dapur. Kursi roda Govinno yang didorong oleh Mona menatap terkejut pada tangan Gaby yang berdarah sangat deras sekali. “Gaby, apa yang kau lakukan?” tanya Nyonya Pramudia melihat anaknya yang meringis kesakitan sambil memegang tangannya. Varisa yang menatap itu menyeringai dan melihat darah yang mengalir. Dia mengambil tissue dan membersihkan darahb tersebut. “Saya mau ke dapur. Tapi saat saya tiba di dapur saya melihat Nona Muda yang mengiris tangannya sendiri. Saya tidak tahu apa yang dilakukan olehnya. Apakah Nona muda ada masalah dengan kekasihnya?” tanya Varisa dengan lembut seakan semua itu tidak pernah dimulai oleh dirinya. Nyonya dan Tuan besar di rumah ini menatap Gaby dengan tatapan tidak menyangkanya, dan menyelidiki apakah putri mereka memang putus cinta. Mereka melihat pada tangan Gaby yang terlihat lukanya sangat dalam. Tuan Pramudia sudah memanggil Dokter untuk datang ke rumah mereka. Dia melihat anaknya yang kesakitan dan sekarang menangis karena tangannya yang terluka. “Gaby, kau memang putus cinta?” tanya Tuan Pramudia. “Tidak Pa. Hubungan Gaby dan kekasih Gaby baik-baik saja. Gaby tidak tahu kenapa Gaby bisa melakukan hal seperti ini,” jawab Gaby menatap pada tangannya dan dia meringis pelan ketika ayahnya membawa Gaby menuju ruang tengah. Mata semua orang melihat pada tangan Gaby. Varisa yang menatap darah yang sudah dibersihkan oleh dirinya dia pergi dari sana. Lalu Varisa masuk ke dalam kamarnya, dia menatap pada tissue yang penuh dengan darah di tangannya. Varisa mengeluarkan dua helai rambut Gaby yang diambil oleh dirinya tadi tanpa ada yang menyadari. Varisa memasukkan itu ke dalam sebuah botol kecil. Varisa memejamkan matanya. Menatap pada cermin di depannya. “Mbah …” ucap Varisa tersenyum pada wanita yang ada di dalam cermin dan menatap Varisa dengan tatapan tajamnya. “Varisa mau Gaby tidak akan pernah merasakan ketenangan di dalam hidupnya. Dia yang memulai lebih dulu Mbah. Dia yang membuat Govinno dekat dengan Mona tadi. Govinno juga mengakui Mona akan menjadi istrinya,” ucap Varisa. “Kau letakkan botol itu di atas kemenyan dan ucapkan apa yang kau mau darinya.” Varisa mengangguk dan mulai melakukan apa yang disuruh oleh Mbah padanya. Dia membakar kemenyan dan mulai meletakkan botol itu di atas kemenyan. Dia tidak mau membunuh Gaby. Dia mau Gaby merasakan sengsara dan tidak akan ada yang mau pada Gaby. Lalu matanya memerah dan tersenyum. “Kalian membuat diriku seperti ini. Kalian harus merasakan sakit yang telah kalian torehkan.” Ucap Varisa lalu setelahnya dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Membayangkan Govinno berbaring bersamanya dan memeluk dirinya. Varisa tersenyum dan mulai terbawa mimpi. *** “Gaby! Tidak mau putus! Tidak mau! TIDAK MAU!” teriak Gaby saat mendapatkan pesan dari kekasihnya kalau dia diputuskan oleh kekasihnya. Nyonya dan Tuan Pramudia mendengar itu menatap pada putri mereka dengan tatapan sedih. “Gaby! Tanganmu terluka nak. Jangan berteriak seperti itu. Tidak akan ada yang memutuskan dirimu,” ucap Nyonya Pramudia berusaha untuk menenangkan anaknya yang masih berteriak kesakitan. Gaby menggeleng dan terus menangis karena dia tidak mau putus. Mereka sudah memutuskan akan menikah tahun depan. Kenapa dia diputuskan sekarang?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN