Aku mengulas senyum mendekati Raihan. "Mama cuma...." "Raihan tahu masalah Mama sama Mbak Lusi!" potong putraku seraya menghambur ke dalam pelukan. "Mama yang sabar ya. Raihan tahu Mama sangat terluka karena penghianatan Papa sama Mbak Lusi. Tapi Mama tenang saja. Mama masih punya Raihan yang selalu sayang sama Mama." Mataku membeliak kaget mendengar semua ucapan anakku. Dari mana dia tahu tentang masalah yang sedang aku hadapi? Apa dia sempat melihat video yang tersebar di sosial media? "Kamu ngomong apa, Nang?" tanyaku sembari menangkup wajah Raihan dengan kedua telapak tangan. "Di pesantren rame, Mam. Bahkan Raihan sempat dibully, dikata-katain sama teman-teman karena Raihan anak pezina!" Bocah berusia sebelas tahun itu mengusap air mata dengan lengan kanannya.