“Suara hati tak selalu benar, bahkan logika lebih berperasaan daripada suara hati yang sering di bawah perasaan berlebihan.” *** “Jasmine, apa kita bisa bicara tentang—Aleya?” “Wali kelas aku?” Al mengangguk dengan sedikit gugup. “Katakanlah!” “Maksud Abang, kita bicaranya sambil duduk santai di sini.” Al menunjuk ke arah sofa. Jasmine pun langsung menyetujuinya. Dia langsung berjalan menuju sofa dan duduk bersama suaminya. Sikap yang Jasmine tunjukkan kembali membuat Al merasa resah. Tapi, dia berusaha untuk tetap tenang, meskipun rasa bersalah menghinggapinya secara tiba-tiba. Al mulai bingung harus memulai dari mana pembicaraan tentang Aleya, mengingat Aleya adalah mantan kekasihnya yang paling terindah untuknya. “Aleya itu—“ “Dia wali kelas yang baik.” Ucap Jasmine, memot