10. MASALAH BARU

1858 Kata
Sore yang tampak mendung. Rakha yang baru saja selesai makan sedikit makanan, saat ini mau meminum obat dan vitamin yang diberikan oleh dokter dari BKN yang datang memeriksanya. Dari pemeriksaan terakhir, ia mendapatkan sebuah vitamin baru yang sama seperti yang Adipati dapatkan. Berkat vitamin baru itu ia jadi sedikit memiliki nafsu makan sehingga sudah dua hari ini ia bisa memakan beberapa makanan. Saat ini Rakha akan mengambil segelas air untuk minum obat. Ketika ia sedang mengisi air ke dalam gelasnya, tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit, pandangannya pun sedikit kabur. Untung saja rasa sakitnya itu hanya terjadi sebentar. Namun, setelahnya ia merasa bingung karena mendapati gelas yang dia pegang hilang begitu saja. "Ke mana gelasku?" batin Rakha bertanya-tanya. Rakha mengedarkan pandangannya untuk mencari gelas yang jelas-jelas tadi ia pegang. Tapi anehnya, gelas itu seakan-akan raib begitu saja. Karena tidak mau ambil pusing, Rakha pun memutuskan untuk mengambil gelas baru dan dengan cepat ia menyelesaikan jadwal minum obat dan vitaminnya. Setelah air di dalam gelasnya habis, tiba-tiba saja Rakha ingin buang air kecil. Dengan tubuh yang masih terasa sedikit lemas ia berjalan ke arah kamar mandi. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat ke dalam kamar mandi, tepatnya di sebelah kloset. "Gelasku ... kenapa ada di sini?" Gelas yang tadi hilang secara tiba-tiba, kini ada di sana. Ia sungguh kebingungan karena hal ini sudah di luar nalarnya. "Sudahlah. Aku kebelet!" Rakha mengangkat gelasnya dan lalu menjauhkannya dari kloset. Setelah itu ia selesaikan panggilan alam yang harus segera ia selesaikan. Setelah beberapa menit berlalu, Rakha keluar sembari membawa gelas berisi air miliknya dan lalu meletakkan gelas itu ke cucian piring. Ketika Rakha ingin berjalan ke arah kasur, tiba-tiba saja kepalanya kembali terasa sakit, namun kali ini disertai dengan rasa nyeri di seluruh bagian sendinya. Ia pun ambruk, tapi dalam keadaan yang masih sadar. Sembari merasakan sakit, Rakha berharap, semoga penderitaan yang sedang ia rasakan saat ini segera berakhir. Rakha yang masih dalam keadaan sadar, kini menatap ke arah televisi kecil yang ada di kamarnya. Ketika ia mengedip, tiba-tiba saja televisi kecil itu menghilang dan hidung Rakha langsung mengeluarkan darah segar berwarna kehitaman. Semua perasaan kini bercampur di hati Rakha. Sakit, lelah, bingung dan heran. Semua itu ia rasakan di saat yang bersamaan. Setelah setengah jam berlalu, rasa sakitnya pun akhirnya menghilang. Ia merasa sangat kelelahan dengan sekujur tubuhnya yang basah karena keringat. "Akhirnya ...," ucap Rakha dengan suara yang terdengar sangat lemah. Remaja itu kini merangkak ke arah kasur dan mencoba untuk mengabaikan apa yang terjadi pada ruangan kamarnya saat ini. Setelah Rakha sudah berada di atas kasur ia langsung memejamkan kedua matanya untuk tidur. Tubuhnya sudah tidak lagi memiliki tenaga yang tersisa untuk tetap tersadar. Sementara itu di sekeliling Rakha, tampak barang-barang yang ia miliki sudah tidak berada di tempatnya semula. Semuanya telah berpindah tempat dan ini membuat kondisi kamar kosan Rakha jadi cukup berantakan. *** Di rumah Keluarga Pradipta, suara gonggongan anjing terdengar hampir ke seluruh penjuru rumah. Di saat yang bersamaan, kedua orang tua Nando saat ini sedang sibuk memperkuat kandang anjing peliharaan mereka yang berada di belakang rumah. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada peliharaan mereka satu-satunya itu dan itu disadari oleh kedua orang tua Nando sehingga mereka memutuskan untuk memperkuat kandang tempat anjing itu diletakkan saat ini. Nando yang tidak bisa tidur karena merasa sangat kedinginan ditambah dengan suara berisik yang anjing peliharaannya itu hasilkan, kini berjalan ke arah balkon kamarnya. Dari atas sana ia bisa melihat kedua orang tuanya sedang bahu membahu memodifikasi kandang anjing yang ada di belakang rumah. Remaja yang tampak sangat pucat itu kini berdiri sembari berpegangan pada pembatas balkon. Ia terus menatap ke arah kedua orang tuanya tanpa sedikit pun beralih dari mereka. Ketika ia masih fokus menatap, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Anjing peliharaannya yang berisik itu tiba-tiba saja menabrak dinding kandang dengan begitu keras. Kedua orang tuanya pun terkejut sampai terjatuh ke belakang, begitu juga dengan Nando yang menyaksikannya. Dan setelah peristiwa yang mengagetkan itu, betapa keheranannya Nando melihat kandang yang sudah dimodifikasi itu langsung rusak. "B-bagaimana bisa kandang besi itu langsung rusak hanya dengan sekali tabrak?" batin Nando bertanya-tanya. "Kenapa Neo bisa jadi sekuat ini? Apa yang sebenarnya terjadi pada Neo?" Nando yang sebelumnya sangat acuh dan cuek pada hewan peliharaannya, kini malah terus memikirkannya. Dan tiba-tiba saja, rasa sakit yang ada di kepala serta tubuhnya pun kambuh. Nando kini berusaha sekuat tenaga untuk menahan sakitnya sembari terus berdiri sambil berpegangan pada pembatas balkon. Napasnya terengah-engah dan tubuhnya mulai basah karena keringat. Mama Nando yang melihat anaknya kesakitan dari bawah sana, lantas memberitahu Papa Nando dan kemudian keduanya pun bergegas pergi ke kamar Nando. Mereka meninggalkan sejenak pekerjaan mereka pada kandang anjing yang belum terselesaikan itu. "Nando!" panggil Papa dan Mama Nando saat keduanya tiba di kamar Nando. Tepat saat keduanya datang, Nando pun ambruk. Dia tampak sangat kelelahan dengan kulitnya yang terlihat sangat pucat. Ketika Papa Nando menyentuh tubuh Nando, betapa terkejutnya ia mendapati tubuh anaknya itu terasa sangat dingin. Ia seperti memegangi sebuah balok es yang baru saja dikeluarkan dari dalam lemari pendingin. Namun, bukan hanya itu saja. Yang lebih mengejutkan Papa dan Mama Nando adalah area balkon kamar yang berembun dan terasa sangat dingin. Napas mereka bahkan sampai mengeluarkan uap tanda suhu di sana benar-benar sangat dingin. Papa Nando lantas menggendong tubuh Nando yang dingin itu kembali ke dalam kamar. Kedua orang tua yang sangat menyayangi anaknya itu merasa sangat khawatir dengan keadaan anak mereka satu-satunya saat ini. Sementara itu, anjing peliharaan mereka yang bernama Neo, terus berusaha mendobrak kandang yang saat ini sedang mengurungnya. Ia terlihat sangat marah dan kesal di dalam sana. *** Waktu mulai memasuki malam. Rakha yang sore tadi tertidur, kini telah bangun. Kepalanya terasa sungguh berat, namun tenaganya sedikit pulih berkat tidur nyenyaknya. Karena lampu belum dinyalakan, kondisi kamarnya pun jadi gelap. Dengan kondisi kepalanya yang masih sangat berat, Rakha bangkit dan menuju tempat tombol lampu berada. Ia berjalan dengan sangat hati-hati, tapi tiba-tiba saja kakinya tersandung sesuatu. Untungnya ia tidak terjatuh dan hanya merasakan sakit di kakinya karena benda yang ditendangnya itu cukup keras. "Apa itu? Seingatku tidak ada benda apa pun yang aku taruh di sana," ucap Rakha dan kembali berjalan. Dan ketika ia tiba di depan tombol lampu, betapa terkejutnya ia karena ada sebuah benda besar yang menghalangi tombol tersebut. "Tunggu ... apa ini?" batin Rakha. Ia meraba-raba benda tersebut untuk beberapa saat. Dan barulah ia sadari kalau benda itu adalah lemarinya. "Bagaimana bisa lemari yang ada di sebelah kasur pindah ke sini?" Rakha sungguh keheranan. Pasalnya, tombol lampu berada tepat di sebelah pintu masuk. Itu berarti, lemari itu sudah berpindah cukup jauh. Ketika Rakha cek bagian belakang lemari, rupanya masih ada sedikit celah di sana sehingga ia bisa menekan tombol lampu yang sejak tadi ingin ia tekan. Setelah lampu menyala, betapa terkejutnya ia mendapati kamarnya yang sangat berantakan dengan benda-benda yang berada bukan pada tempatnya. "A-apa yang terjadi?" Rakha terus mengedarkan pandangannya. Di saat Rakha terus berpikir tentang apa yang telah terjadi, seketika ia langsung teringat saat televisi kecil yang ia lihat tiba-tiba saja menghilang. Ia lantas segera mencari keberadaan televisi kecil tersebut yang mana tidak ia temukan di kamarnya. "Pasti di sana," ucap Rakha. Ketika ia membuka pintu kamar mandi, ternyata televisi kecil itu ada di sana. Kini, ia merasa bingung dan takut di saat yang bersamaan. "Ada apa ini? Apa yang terjadi pada tempat tinggalku?" Di tengah rasa bingung yang menderanya, tiba-tiba saja suara deringan ponsel terdengar. Ia dengan cepat mencari keberadaan ponselnya yang kini sudah berpindah posisi. Setelah ia mencari di seluruh sudut kamarnya yang berantakan, akhirnya ia menemukan benda persegi panjang itu di dalam lemari. Ia ingat betul, sebelum ini ia menyimpan ponselnya di atas kasur dan sekarang benda itu malah ada di dalam lemari. Ditatapnya layar ponsel yang saat ini menampilkan nama Adipati di sana. Kebetulan sekali sahabatnya itu menelepon. Tanpa berlama-lama, Rakha langsung menjawab panggilan telepon dari Adipati. "Halo, Di. Ada sesuatu yang terjadi padaku," ucap Rakha langsung pada intinya. *** Di laboratorium BKN, Dokter Nick yang sedang meneliti DNA mayat yang terinfeksi Virus-69, kini telah mendapatkan hasil dari tes DNA tersebut. Wajahnya terlihat tegang ketika ingin membuka map cokelat yang kini ada di tangannya. Setelah terdiam selama beberapa saat memandangi map cokelat itu, akhirnya Dokter Nick mulai membukanya. Jantungnya sungguh berdebar dengan sangat kencang. Ia merasa tidak siap melihat hasilnya. Kini, beberapa lembar kertas telah berada di tangannya. Ia melihat dengan fokus semua yang tertera di atas kertas itu. Matanya bahkan tidak berkedip sama sekali. Dan ketika ia telah selesai membaca semua hasil tes DNA yang tertulis di sana, ia langsung meneguk salivanya sulit dan ekspresi wajahnya pun berubah panik. "Gawat! Ini benar-benar gawat!" katanya. "Aku harus segera memberitahukan hal ini pada semuanya!" Dokter Nick langsung berlari meninggalkan ruang laboratorium dan bergegas menuju ruangan atasannya. Tampaknya ada sesuatu yang salah mengenai hasil tes DNA tersebut. *** Kembali ke kosan Rakha. Ia saat ini telah mengatakan semua keganjilan yang ia alami pada Adipati dan kebetulan, Adipati juga mengalami hal yang sama. Hanya saja apa yang Adipati alami berbeda dengan Rakha. "Aku mendengar suara-suara aneh di dalam kepalaku dan itu benar-benar sangat menggangguku," ucap Adipati. Rakha merasa sedikit lega ketika mendengar sahabatnya juga mengalami peristiwa yang aneh. Itu berarti bukan hanya dia seorang yang mengalaminya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kita mengalami hal aneh seperti ini?" ucap Rakha. Ia sungguh sangat frustrasi atas apa yang ia alami. Sakit yang dideritanya belum hilang dan sekarang ia malah mengalami peristiwa yang di luar nalar. "Aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada kita. Tapi yang aku duga-duga, ini pasti karena efek dari Virus-69 yang menjangkit kita. Makanya kita mengalami hal-hal di luar nalar seperti ini," ucap Adipati. Ketika keduanya masih mengobrol serius tentang apa yang mereka alami, tiba-tiba saja keadaan di luar kosan Rakha terdengar jadi sangat ramai. Banyak orang yang berteriak dan beberapanya terdengar seperti meminta tolong. "Di, jangan matikan sambungan telepon. Ada sesuatu yang harus aku periksa," ucap Rakha dan lalu berjalan keluar kamar kosan. Ia yang telah berada di luar kamar kosnya, kini berjalan menghampiri gerbang. Dan ketika ia telah sampai di sana, beberapa orang telah berkumpul di jalanan. Mereka semua terdiam dengan ekspresi wajah yang terkejut melihat apa yang terjadi di depan sana. Rakha lantas mendekati orang-orang itu, dan kini, tampaklah di kedua matanya sebuah kejadian yang sangat menjijikkan. "Astaga!!" ucap Rakha kaget. "Ada apa, Kha? Apa yang terjadi?" tanya Adipati di seberang sana. Ia terdengar sangat panik. "I-itu ...." Rakha tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Kini di depan Rakha dan beberapa orang yang ada di sana, terlihat seorang pemuda yang adalah teman yang tinggal di sebelah kamar Rakha sedang memakan hidup-hidup seorang pria pedagang bakso yang berjualan di depan bangunan kos-kosan tempat ia tinggal. Temannya itu dengan sangat buas dan lapar memakan pedagang bakso malang tersebut. Bahkan, wujud dari temannya itu kini terlihat sangat mengerikan dan tampak seperti sesosok monster. Tidak ada yang berani mendekat karena takut. Mereka hanya bisa diam melihat apa yang terjadi di depan sana. "Di, sepertinya ... akan terjadi suatu hal yang gawat sebentar lagi," ucap Rakha. Teman Rakha yang sedang asik makan itu kini menatap ke arahnya. Ia menyeringai sembari menampilkan deretan gigi-giginya yang runcing dan berlumuran darah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN