"Kringggggggg...Kringggggggg... kringggggggg"
Braaakkkkk
Tangan gadis berambut acakan itu melempar sebuah jam beker bulat kearah pintu. Tanpa waktu lama,ia menelungkupkan kepalanya kembali kedalam bantal berbentuk hello Kitty dan menarik selimut bergambar Doraemon itu untuk menyelimuti tubuhnya.
Matanya mulai tertutup rapat, dan ia mulai tak sadar.Tetapi,tetap saja benda mungil didekat pintu tadi kembali berbunyi bahkan bergerak-gerak seolah ia meronta untuk membangunkan gadis yang masih ingin melanjutkan mimpinya tersebut, karna kalau tidak..
"Aaaaaaa....Gue masihh ngantuukkk,bising banget sih, awas ya Lo,nanti gue hancurin sampe berkeping-keping trus gue kasih ke tukang besi"
Gadis itu, dengan nama Ana Clarista Aorura seketika menerbangkan semua benda disekitarnya. Ia berjalan garang kedekat pintu. Yah,kebiasaan setiap harinya yang takkan pernah terlewatkan.
"Habiss Lo."
Dia membuka bagian belakang jam itu dan mengambil dua benda panjang berbentuk silinder dari dalamnya.
"Nah,sekarang baterai Lo udah gue copot. Mau bunyi lagi?biar gue ancurin aja Lo sekalian," Seperti orang kurang waras,Ana tertawa puas lalu melemparkan baterai itu ke meja belajarnya.
Ia pun berjalan gontai sambil menguap,menuju kearah tempat tidurnya lalu mengambil benda-benda yang dilemparnya tadi. Ana hendak melanjutkan mimpi indahnya,yang satu orangpun tak pernah tahu.
Masih saja baru menutup mata,
Tok..Tok..Tok..
"Sayang bangun,sudah tengah tujuh loh,kok kamu belum bangun juga,bangun sayang,"
Terdengar suara mamanya dari balik pintu yang tiba-tiba saja mampu membuat Ana terkejut. Ralat, maksudnya histeris.
"Apaaa?Dasar jam Beker kurang ajar. Dibeli bukannya bisa bangunin orang!!" lagi-lagi setiap orang bangun kesiangan pasti yang salah adalah dia..Ya,jam Beker.
Secepat kilat Ana pergi ke kamar mandi dan mengambil handuknya untuk mandi,ralat lagi,untuk cuci muka dan sikat gigi. Ia lalu berpakaian, mengambil tas serta buku-bukunya dan berlari sambil memakai sepatu. Yah,suatu rutinitas yang tak asing lagi.
"Tadi mama dengar alarm kamu berbunyi,kok kamu gak bangun juga?" Tanya Dinda selaku mama Ana sambil menyisir rambut putrinya yang sedang minum s**u itu.
"Iya mah,tadi jamnya rusak sendiri. Udah ya ma,Nana pergi dulu,dah ma,"
Ana menyudahi s**u itu lalu mencium pipi mamanya seraya berlari keluar untuk mencari angkot super cepat,yang bisa mengantarnya agar tidak terlambat dan bertemu ibu Farida. Itulah dia. Seorang gadis berkacamata,berambut lurus sebahu,berkulit putih,tinggi dan lebih khas dengan buku-buku tebal di tangannya. Tapi jangan salah,dia bukanlah gadis culun seperti penampilannya.
"Bang,bang, angkot bang" Ana menjulurkan tangannya saat melihat sebuah angkot yang lewat.Namun cukup disayangkan,angkot itu sudah penuh. Ia melihat didalamnya penuh orang dan barang besar,kelihatannya dipenuhi para pedagang.Dan intinya,tidak ada sedikitpun tempat untuk dirinya.Ia tersenyum dan mencoba mencari angkot lain,yang mungkin masih ada tempat untuknya.
Beberapa menit kemudian,terlihat dari jauh sebuah angkot yang melaju dengan cepat,
"Aahhhh,yang ini pasti cepat, gue gak bakalan terlambat,yes.."
Ia melihat dan mencoba menghentikannya,tetapi angkot tersebut malah tancap gas. Yang artinya,
"Siaalll,malah padat juga,aduhhhhhh,mati gue,pasti Bu Farida udah nunggu di depan gerbang,"Ana melihat sebuah jam mungil yang melingkar di tangan kirinya.
"Mati gue,15 menit lagi bel,aduuhh sial banget sih gue hari ini,"Ana menarik rambutnya panik.
Ia mencoba untuk berpikir tetapi pada saat seperti ini otaknya malah semakin susah untuk bekerja. Dengan nekad yang bulat,ia berjalan ke arah jalan raya,siapa tau ada yang lewat dan dia bisa nebeng sama orang itu. Masih baru keluar dari gang kompleks nya, tiba-tiba..
Tin..Tin.
"Heh,elo tas biru," Sebuah suara yang terdengar cool berasal dari belakang Ana membuatnya menghentikan langkahnya.
Dengan rasa penasaran iapun berbalik,dan langsung terkejut.
"Kenapa?Gue gak hantu kok,wajah Lo itu kayak lihat pocong lagi jogging pagi" Cowok itu,yah cowok yang tidak asing lagi bagi Ana,membuka helm hitamnya dan memberhentikan sepeda motor ninja miliknya disamping Ana. Tapi tumben aja Ana diam,tak berkutik sedikitpun.
"Elo Ana kan?" Tanya cowok itu sambil menaikkan alis kirinya.
Kemudian dia merapikan rambut hitamnya dengan jarinya. Ana hanya menggangguk kecil,
"I, iya..Kok tau?".
Sumpah!Buat pertama kalinya gue gugup di depan cowok.kaki sama tangan gue dingin banget. Bibir gue tertutup rapat dan parahnya lagi,jantung gue berdetak hebat,sampe-sampe adrenalin gue mau pecah.
"Iya,soalnya bekal Lo ketinggalan,ini tadi dikasih sama Tante," Cowok itu memberikan kotak bekal berwarna biru muda .
Dengan tangan gemetaran Ana mengambilnya.
"Ma,makasih" Ana menjawab sedikit gugup.
"Kamu pasti udah terlambat kan?bareng aja yuk," Cowok itu menatap mata hitam Ana lalu menyalakan ninjanya.
Masih dalam pikiran kacau,Ana di beri isyarat seolah-olah menyuruhnya 'naik'. Ia pun naik sambil memegang buku dan tempat makan siangnya.
Ninja itu melaju dan membelah jalanan raya. Tanpa ada kata,ana hanya diam saja,dengan tatapan kosong. Dan lebih parahnya lagi,apa dia tau kemana cowok ini akan membawanya?
"Astagahh,Lo mau bawa gue kemana?"Ana tersadar dari lamunannya.
Cowok itu meliriknya dari kaca spion lalu tersenyum manis. Membuat siapa saja yang melihat wajah itu langsung jatuh cinta. Tetapi tidak dengan Ana,dia malah menatap mata tajam.
"Mau ke mall,kenapa?Lo mau ketempat lain?Yaudah gue anterin" Jawabnya santai.
"Gak gak gak,emang lo kira gue cewek apaan?Turunin gue,"Ana teriak hebat,membuat setiap orang yang melihat mereka bertanya-tanya.
"Aduhhhhhh,suara Lo gak seperti penampilan Lo yah,malahan lebih cocoknya lagi kayak knalpot bocor tau gak?"Cowok itu menutup telinga kanannya dan melirik Ana dari spion lagi.
"Lah kalau begitu elo mau bawa gue kemana?" Tanya Ana garang.
"Yah kesekolahlah,emangnya ke pelaminan?Lo mau?Biar kita kesana aja langsung tanpa perlu ribet sekolah,kan siap." Jawab cowok itu lagi kali ini dengan nada merayu.
Mati gue,apa jangan-jangan nih cowok udah gila yah?Ah masa cakep-cakep gila.
Ana mengelengkan kepalanya,mencoba berpikir tenang.
"Emangnya kita satu sekolah?" Ia mencondongkan wajahnya ke dekat telinga cowok itu.
Cowok itu menaikkan salah satu alisnya lagi.
"Iya,emang Lo gak kenal sama gue?Lo udah lupa sama yang kemaren malam?" Tanya cowok itu dengan nada seolah mengingatkan Ana akan sesuatu yang pernah terjadi.
"Kemaren malam?" Dia mencoba mengingat-ingat kejadian kemaren malam.
Flashback on.
"Na, Nana..temani mama ke rumah tetangga yang baru datang itu yah," Dinda memanggil putri bungsunya itu sambil membawa sekantong jeruk.
"Mau ngapain ma? Tetangga yang didepan rumah?Sekarang?"Ana keluar dari kamar pink-nya lalu merapikan rambutnya.
"Iya,sayang.." Dinda mengambil sisir yang ada ditangan Ana lalu menyisir rambut putrinya itu.
"Emang harus datang?Kalau enggak kenapa?" Tanya Ana saat Dinda sudah selesai menyisir rambutnya dan berjalan bersama-sama ke teras gerbang.
Mamanya tersenyum dan mengelus lembut rambut Ana.
"Karna kita adalah masyarakat Indonesia sayang. Kita memiliki jiwa persatuan,rasa untuk saling bertoleransi supaya hidup kita rukun dan damai. Jika kita kedatangan tetangga baru,berarti mereka akan menjadi saudara kita. Kalau kita tidak datang, berarti kita tidak mau menjalin solidaritas dengan sesama kita. Nah,kita sudah sampai. Lihat Tante Maya sama Nita aja datang," Kini mereka sudah sampai dan Dinda menunjuk kearah dalam.
Terlihat banyak orang dan Nita,salah satu dan satu-satunya remaja disitu. Ana dan Dinda masuk disambut oleh orang baru itu. Mereka saling bersalaman dan mengenalkan diri.
"Ini putri saya,dia anak kedua dan abangnya lagi kuliah di STAN.Memang sedikit manja,tapi namanya putri bungsu,"Mereka tertawa lalu Ana menyalam orang baru itu,yang mungkin adalah istri dari pemilik rumah.
"Ana ,Tan"dia tersenyum dan sedikit membungkuk. Sungguh gadis yang sopan.
"Panggil saja Tante Tuti" wanita itu menepuk pundak Ana.
"Silahkan duduk."Tuti mempersilahkan mereka duduk.
"Ini ada jeruk dirumah,sedikit kok, tapi tak papa lah ya" Dinda memberikan sekantong jeruk tadi.
"Aduh ya ampun kok jadi repot-repot.Makasih loh mbak,"Tante Tuti menerimanya sambil tertawa diikuti dengan semua ibu-ibu yang ada dirumah itu.
Tempat ini seperti arisan ibu-ibu saja,
"Bram,Bram..Kemari dong sayang,kita ada tamu dari depan rumah." Tuti memanggil seseorang dari lantai atas.
Tak lama kemudian terdengar suara kaki berjalan disertai sahutan,
"Iya ma,aku datang.." Saat itu juga seorang cowok bertubuh jangkung, putih,bersih,dan Ahh ganteng luar biasa gila turun dan sempat bertatapan dengan Ana.
"Ini,tolong buat di tempatnya dan buat juga minuman untuk semua tetangga baru kita" Tuti memberikan sekantong jeruk tadi. Cowok itu,sebut saja Bram,hendak pergi ke dapur.
Ana masih saja ingin duduk,tetapi Dinda dan Maya berdehem dengan mata memelas seperti isyarat 'anak gadis itu harus yang buatin minum kalau ada perkumpulan' .
Seketika itu juga Ana dan Nita bertatapan,dengan wajah sedikit kesal mereka pergi ke dapur,bersama Bram.
Flashback offf.
"Udah Sampe,turun Lo!" Suara itu menyadarkan Ana dari lamunannya.
"Haaahh..Udah sampai?Kok cepat banget?" Ia pun turun dari ninja itu lalu merapikan pakaiannya.Bram hanya tersenyum.
"kenapa?Lo merasa kurang lama?Nyaman ya dekat gue?"
Seketika itu juga mata Ana membelalak, untung dia sadar kalau dia sudah diparkiran sekolah.
"Malas banget gue ribut sama Lo,"katanya sambil berjalan meninggalkan Bram yang masih mengunci ninjanya.
"Tunggu,elo kok cepat banget sih jalannya? Takut sama.."Bram tiba-tiba diam dan berhenti.
Alasan kenapa Bram tidak melanjutkan perkataannya adalah karena dihadapannya berdiri seorang wanita berambut keriting sebahu,berkacamata tebal,tak lupa dengan sebuah rotan se meter ditangan kirinya.Yah,wanita yang paling menyeramkan sekaligus paling ditakuti siswa se-SMA Harapan. Dia adalah ibu FARIDA.
Bram melihat Ana yang mematung disampingnya,mencoba tersenyum karna mungkin ia dan Ana sedang mendapatkan masalah.
"Kita dapat masalah besar,"Bisik Ana ketakutan.
Berbeda dengan Bram,ia malah tersenyum seolah tidak berbuat apa-apa. Kini guru BK itu mulai memukul mukul kan rotan ditangannya.
"Terlambat ya? Apakah bapak ibu ada masalah rumah tangga?"
***