Part 13

1051 Kata
"Ana cantik yang melebihi kecantikan ratu Elizabeth,lebih seksi dari Megan Trainor,dan lebih manis dari gula. Plissss maafin gue ya?" Untuk kesekian kalinya Koko memohon pinta kepada Ana. "Lo pernah denger gak lagunya 'bodo amat' kalau belum, dengerin deh." Balas Ana cuek. Kembali dia membaca n****+ tebal ditangannya. Koko langsung cemberut,mungkin bukan karena takut tidak dimaafkan. Tetapi ketakutan membayangkan bagaimana dirinya nanti saat Bram menemuinya. "Maafin gue dong,gue janji gak bakalan jahilin Lo lagi. Lagipula mana mungkin gue berani,elokan udah punya bodyguard." Katanya lagi, kali ini dia memegang tangan Ana. "Plissss dong Ana,kalau enggak,gue bakalan dihabisin sama sebangku Lo. Gue takut! Lihat aja,keringat gue udah banjir." Koko menunjukkan keringatnya yang bercucuran di keningnya. Karena Ana kasihan, akhirnya dia menganggukkan kepalanya. "Yaudah,gue maafin. Tapi janji gak bakalan ganggu gue lagi yah?" Ana mengangkat jari kelingkingnya. Koko mengangkat jari kelingkingnya juga, sambil tersenyum lega. " Makasih ya Na,gue bakalan inget sama kebaikan Lo. Untuk membalas kebaikan hati Lo,gue akan nyanyiin elo satu lagu yang spektakuler." Katanya seraya mengambil sebuah gitar berwarna hitam dari mejanya. Spontan semua cowok seipa dua bergerak otomatis kearah mereka. "Ini lagu gue, sebagai permintaan maaf gue sama Ana. Kemon oper in mai diraksion,so tengpul for det..." "Cukup, cukup. Suara Lo gak enak banget, sumpah! Kayak ada horor-horornya gitu. Gak cocok buat anak dibawah umur." Potong Diko sambil menutup telinganya. Mereka semua tertawa sambil menoyor jahil kepala Koko. " Dasar abstrak!" Teriak yang lain. Ana hanya memutar matanya malas. Ini adalah keribuan kali mereka melakukan hal itu. Bermain gitar tanpa ada kunci dan suara yang benar,saling mengejek dan berujung adu mulut. "Makanya jadi cowok itu jantan. Jangan taunya gangguin cewek aja. Sini,biar gue yang gitarin. Dasar kunyuk!" Tiba-tiba seseorang mengambil gitar itu dari Koko. Semua pasang mata mengarah hanya pada satu orang. Koko membesarkan hidungnya. "Emang Lo bisa? Nanti cuma metik-metik aja,anak kecebong mah, juga bisa."ucapnya seraya memberikan gitar itu. "Yah bisalah,Lo pikir gue kayak elo,taunya gangguin cewek cantik aja. Jadi gak sempet kan Lo belajar main gitarnya. Udah! Semua diam. Mas Bram mau nyanyi dulu." Balasnya santai sambil duduk didepan meja seorang cewek, Lauren. "Takan pernah,ada yang lain disisi, segenap jiwa hanya untukmu.. dan takkan mungkin ada yang lain disisi... Kuingin kau disini,tepiskan sepiku bersamamu....Hingga akhir waktu.." "Kyaaaaaaaaaaaaaa"semua gadis teriak histeris,kecuali Ana. Matanya yang masih terbelalak kaget saat melihat Bram memainkan gitar begitu hebatnya. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, kenapa Bram nyanyi didepan Lauren? Lauren yang hampir mati ditempat dikipas-kipas dengan teman satu gengnya. Bram tertawa lebar melihat itu. Ia meletakkan gitarnya diatas meja lalu memegang pundak Lauren dengan ekspresi perhatian. "Lo sehat kan? Mau gue anterin ke UKS?" Tanyanya simpel tapi mampu membuat semua orang menjadi gila. "Modus banget lo!" Seru cowok cowok yang ada dikelas itu. Mereka menarik rambut frustasi dan mendadak seseorang memukul-mukul d**a Bram. "Elo jahat!Elo jahat!Masa elo selingkuh dari gue," Kata seorang cowok yang paling kurus dan pendek seipa dua. Bram melihatnya geli, apalagi saat dia dipukul kecil seperti seorang lelaki yang ingin mempertanggungjawabkan bayi seseorang. "Gue bukan bapak dari bayi Lo,tolong cari yang lain. Gue masih punya banyak urusan." Kata Bram mendrama. "Woiiii! Sinting, kemaren elokan mabok,elo paksa gue. Jadi elo harus bertanggung jawab atas anak ini. "Balas cowok itu mendrama lagi. Namanya Rikki Syuhada. Bram memegang pipi Rikki. "Kalau gue mabok,trus maksa elo,kenapa gak Lo bacok aja kepala gue? Berarti elo mau juga kan?" Rikki menepis tangan Bram,lalu membelakanginya. "Saya sudah bilang mas,tapi masnya tetep maksa!" Katanya sambil memegang jahitan celananya. Awalnya Bram hanya terbawa drama,tapi kini wajahnya jijik setengah mati. "Udahlah Ki,mau muntah banget gue. Otak gue gak bisa kayak gituan,masih dibawah umur. Elo cari yang lain aja deh." Katanya kepada Rikki lalu berjalan kearah meja seseorang. Rikki mengulurkan tangannya seolah berharap Bram menghentikan langkahnya. Mereka tertawa terpingkal-pingkal,Koko sebagai peran figuran hanya mengelus-elus punggung Rikki. Sungguh mereka adalah aktor yang hebat. "Mending gue disini,sama ayang bebeb Nana ci keceh badai anak pintar cayang mama papah celamanya." Katanya sambil duduk di bangkunya. Melihat Ana yang sedang membaca n****+ tebal ditangannya. Ana yang awalnya melihat kegilaan mereka ikut tertawa terbahak-bahak. Tetapi karena Bram berjalan kearahnya, seketika dia memalingkan wajahnya dan melihat n****+ itu seakan sedang membaca. Bram melambaikan tangan ke arah kumpulan Rikki. Dengan wajah super konyol. Dan lebih gilanya lagi,Rikki berteriak histeris sambil memasang ekspresi menangis. Bram tertawa tampan lalu menoleh kesampingnya. Dia melihat Ana yang sangat sibuk dengan n****+ ditangannya. "Baca apa sih? Sibuk banget." Katanya seraya mengambil n****+ itu. Ana spontan menatap tajam Bram yang tertawa membaca judul novelnya. " Diam-diam suka? Pantesan aja dari tadi elo diam. Bacaannya n****+ beginian,ingat! Elo nanti bisa baper abstrak kalau baca n****+. Atau jangan-jangan,elo diam-diam lagi suka ya sama seseorang?" Ucapnya seraya meletakkan n****+ itu lagi. Ana berpikir keras. " Mak,maksud Lo apaan? Baper abstrak? Apa itu?" Tanyanya keheranan. Bram mendekatkan kepala Ana ke wajahnya. "Entar elo malah kebawa baper karna tu n****+. Trus bayangin Udin yang diam-diam suka sama Lo. Gak usah khawatir! Gue ada sebagai pemeran konkret yang bisa buat hati lo baper beneran. " Jawabnya membingungkan. "Maksud Lo apa sih? Sumpah deh,gue gak ngerti beneran. " Ana menatap datar Bram. Krikk.. Krikk.... Krikk "Elo gak ngerti juga? Gini,kalau elo baca n****+,bapernya itu gak beneran. Tapi,kalau elo jalanin hidup bersama gue,baru... Elo akan merasakan cinta yang sebenarnya." Jelasnya lagi. Ana tetap datar! Ia menaikan kacamatanya lalu membuka n****+ itu lagi. "Bodo amat, yang jelas gue bisa nemuin sosok cowok yang gue ingin di n****+ ini. Mau abstrak atau nyata yang penting gue nyaman." Balasnya cuek. Bram hanya menganggukkan kepalanya,lalu berdiri dan berjalan kembali kekumpulan para pemojok. "Ya elah,kok balik lagi? Ditolak ya? Makanya jangan selingkuh aja kerjanya." Sambut Koko,dengan ekspresi gila yang super khasnya. Bram menggeleng kepalanya. "Enggak kok,cuma mau nanya aja. Apakah bapak dari anak itu telah ditemukan." Tanyanya sambil mengambil gitar itu dari Diko. "Ya ampunnnn," "Gue mau nyanyi dulu ya,soalnya patah gue lagi hati" katanya mendrama lagi. "Patah hati keles," sorak yang lain. "Gak taulah gue, yang jelas hati gue kacau banget. Udah,jangan ganggu abang lagi." Katanya lalu menyanyikan sebuah lagu. "Tunggu, kayaknya elo barusan dari bangku Ana. Apa mungkin kalian lagi ada masalah rumah tangga?" Tanya koko. "Dianya susah peka bang!" Jawab Bram kuat, matanya melirik kearah Ana. Kemudian dia bernyanyi lagu yang sama lagi. Hingga akhir waktu. Entah apa yang menjadikan lagu itu spesial baginya,yang pasti Bram sangat menikmati​ nyanyiannya. Yah,hingga akhir waktu..... ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN