Part 11

1667 Kata
Diki baru saja tiba di apartemennya. Setelah seharian dipenuhi jadwal yang padat mulai meeting kantor, makan siang dengan silmi dan keluarga, lembur di kantor, tiba-tiba harus mengurus keponakannya. Akhirnya ia bisa beristirahat. Waktu menunjukkan pukul 9 malam, Ia tidak buru-buru ke kamar mandi melainkan merogoh ponselnya, Ia membuka aplikasi WAnya dan segera menghubungi Silmi gadis pujaannya. Diki Assalamualaikum Silmi. 21.00 Silmi Waalaikumsalam Mas Diki 21.01 Diki Belum tidur?21.01 Silmi Belum mas. Lagi beres-beres.21.02 Diki Gimana tadi jalan-jalannya.21.03 Silmi Cape banget tapi seneng Mami mas Diki baik banget.21.04 Diki Mami emang gitu, hobbynya shopping.21.05 Silmi He.he..iya tadi maksa maksa aku biar belanja ini itu.21.06 Diki Ga papa yang penting Mami senang. Soal shopping ada 2 wanita lagi yang ga kalah jagonya sama Mami.21.06 Silmi he..he.. pasti Tasya sama Tante Heni.21.07 Diki. Iya.21.07 Silmi Iya,aku udah tahu. 21.08 Diki Kamu tidurnya jangan terlalu malam.21.08 silmi bentar lagi juga tidur.21.09 Diki ya udah selamat tidur, mas juga mau tidur sekarang. 21.09 silmi selamat tidur juga mas 21.10 Diki assalamualaikum 21.10 silmi waalaikumsalam 21.10 Diki tersenyum bahagia. Setiap detik ia ingin selalu mendengar kabar tentang gadis bernama Silmi itu. Setelah puas mendengar kabar dan suara merdu Silmi, pemuda 30 tahun itu pun langsung ke kamarnya, mandi lalu tidur. *** Setelah 10 hari berada di Belanda Tasya, Erik, Ehsan dan Siti kembali berada di kediaman Hadiwijaya. Tadi malam mereka dijemput oleh Adit. " Selamat pagi kesayangan Nenek." Bu Ratih menyerbu kamar Ehsan. Bayi itu baru terbangun. " Tidurnya nyenyak banget. Semalam dipaksa, dibangunin buat mimi tetap aja sambil merem." Tasya tertawa. " Kayanya kecapean habis perjalanan jauh." Seru Nenek buyut Ehsan. " lusa perjalanan lagi deh pulang ke Bogor." seru Tasya. "Ya, sepi lagi ni rumah." Bu Ratih kecewa. " Hari senin juga kan pulang lagi ke sini." Jawab Tasya. Tentu saja mereka harus pulang ke Bogor, terlebih sudah 3 minggu mereka tidak tahu kondisi rumah di sana. " Mandi dulu yuk ah." Tasya mengajak Ehsan. " Mandi sama nenek ya." Bu Ratih menoel pipi gembil nya. Ehsan mengangkat kedua tangan dan kakinya. lalu bayi itu tersenyum seolah menyatakan persetujuannya. " Ehsa..n" Diki yang mau berangkat ke kantor mengintip ke kamar Ehsan. Tadi malam ia sengaja pulang ke rumah untuk menemui Ehsan, namun semalam bayi itu keburu tidur. " Tuh ada Opa Diki" Tasya berbicara kepada bayinya. " Hallo sayang, apa kabar? Makin gede aja kamu." Diki menyapa Ehsan begitu tiba dihadapannya. " Aku mimi terus Opa" Jawab Tasya mewakili Ehsan. " Opa kangen banget sama kamu." Diki berusaha memangku Ehsan. " Aku belum mandi, bau acem ntar kena baju Opa yang wangi." Tasya berusaha mencegah. " Ga apapa, Ehsan wangi kok." Diki menggendong dan menciumi Ehsan. Bayi itu tampak senang. Tasya dan Bu Ratih tersenyum mendengar ucapan dan aksi Diki. Sekarang Diki sudah tidak gengsi lagi mengakui Ehsan sebagai cucunya. Ia juga perlahan mulai bisa berinteraksi. Sebuah perubahan yang sangat berarti terlebih dirinya harus berlatih untuk menjadi seorang ayah. *** Hari kamis pukul 3 sore, Silmi sengaja menemui Tasya di rumah Mama nya. Kebetulan hari ini Tasya sengaja ke rumah ibunya sekalian pamit karena besok subuh mau pulang ke Bogor. Jadinya mereka janjian ketemuan di rumah Mama Heni. " Kamu udah kasih kabar sama ortu kamu kan" Begitu ketemu Silmi Heni langsung menanyakan masalah itu. " Udah, Tante." Jawab Silmi. Tentu saja hal sepenting itu pasti langsung disampaikan. Kedua orangtuanya pun menyambut baik niat keluarga Diki. " Bagus." Heni tersenyum puas. " Tante, Silmi jadi bingung harus manggil apa ya sama Tante Heni?" Silmi memberanikan diri untuk bertanya. Sebenarnya ia sudah akrab dengan Mamanya Tasya. " Panggil apa aja deh. Kalau udah nikah sama Diki baru panggil mbak." Heni tersenyum. Memang lucu juga sih ia akan memiliki adik ipar yang seumuran Putri nya. " Makasih ya, Tante." Silmi tersenyum. " Kak, Mama mau ke dapur dulu ya mau masak. " Pamit Heni kepada Tasya dan Silmi. " Iya, Ma. Maaf Tasya ga bantuin ya." Tasya masih dalam posisi duduk sambil menyusui Ehsan. Hampir satu jam bayi itu tidak mau lepas. " Ehsan miminya kuat banget pantesan badannya gemuk gitu." Silmi memberikan komentar " Iya, kerjaannya nyusu mulu untung aku pake jilbab jadi mau ngasih ASI di manapun aman ketutupin." Tasya terkekeh. Awal mula Tasya berkerudung memang sehabis lahiran Ehsan. Awalnya ia suka bingung dan malu kalau menyusui Ehsan harus selalu di kamar. Tidak praktis. Atas saran Heni dan Dany akhirnya Tasya memakai Jilbab. " Gimana nih hubungan kamu sama Om Diki? Kabarnya keluarga aku udah siap melamar kamu." Tasya membuka obrolan dengan sahabatnya. " Alhamdulillah, kabar baik. Doain aja semuanya lancar." Jawab Silmi. Ia tampak malu-malu. " Berarti aku nanti panggil kamu Tante Silmi, Kamu juga jadi Omanya Ehsan." Tasya tertawa geli membayangkan itu semua. " Ha..ha...aku juga jadi geli membayangkannya. Aku langsung jadi Oma." Silmi pun terbahak. " Kalau gitu Selamat datang di Keluarga Hadiwijaya." Usai menidurkan Ehsan di stroller nya Tasya dan Silmi langsung terlibat obrolan seru tentang hubungan Silmi dan Diki, Tasya juga banyak memberikan bocoran tentang omnya yang bernama Diki. *** Satu bulan kemudian Dua Hari lagi Keluarga Hadiwijaya akan melakukan perjalanan penting. Mereka akan menemui orang tua Silmi untuk melamar putri cantik nya. Semua keluarga Hadiwijaya sibuk mempersiapkan acara besar itu. Berbagai bingkisan untuk bakal calon besan dan menantu sudah siap sedia. Bu Ratih dan Heni jauh-jauh hari sudah berbelanja. Ketiga orang anak pak Yusuf lainnya juga sudah diberi tahu tentang acara lamaran lusa. Mereka akan datang kecuali Diana yang super sibuk. Erik dan Tasya juga pasti ikut. Apalagi Erik sekalian survei lahan perkebunan yang akan dibelinya di Malang. Di kepala Ayahnya Ehsan itu penuh dengan proyek penelitian dan pengembangan dunia tumbuhan. Cita-citanya menjadi seorang botanist. " Pulang kantor Om mau ke salon, kira-kira salon buat cowok dimana sih?" Diki bertanya kepada Tasya. Mendengar penuturan Om jomblonya, Tasya langsung terbahak. " Ha..ha...ya Allah Om Diki kecentilan banget sih." " Bukan gitu Tasya, Om kan harus tampil ganteng maksimal pas ketemuan sama keluarga Silmi." Diki melakukan pembelaan. " Iya deh Om, Tasya ngerti. Salon buat cowok banyak tuh. Ntar Tasya anter deh. Pulang kantor Om langsung jemput Tasya ke kampus ya." Tasya bersedia membantu Omnya " Iya nanti Om mau pulang cepat." Diki tersenyum puas. Pukul 4 sore Diki menjemput Tasya ke kampusnya seperti rencana tadi pagi. Tasya sudah menunggunya di parkiran. Untung Silmi tidak bersama Tasya. Gadis itu sengaja pulang duluan karena selepas Magrib akan pulang ke Malang untuk mempersiapkan acara hari Sabtu. " Ayo Om." Tasya segera membuka pintu mobil ketika mobil Diki berhenti di dekatnya. " Kebetulan kamu udah keluar jadi Om ga usah nunggu."Diki bahagia. Waktunya tidak terbuang percuma. " Kita ke Kenanga Salon aja ya. Itu tempat langganan Aku sama Mama. Ada buat cowoknya juga." Tasya memberikan petunjuk. " Terserah kamu, Om ikut aja." Diki yang awam dengan dunia salon menurut kepada Tasya. Gara-gara mau acara lamaran dirinya mendadak alay. " Papa juga pernah ikutan nyalon sekali." Tasya memberitahu Omnya. " Apa? Ga ada kerjaan banget Papa kamu sampai perawatan di salon." Diki kaget. " Ga sengaja itu nungguin Mama, Iseng ikutan mau facial segala." Tasya tersenyum. Ia juga tahu cerita itu dari Mamanya. " Ha..ha..." Diki terbahak membayangkan Dany. " Tapi Om jangan nanya masalah ini ke Papa ntar dia malu dan Tasya pasti yang kena omel Papa. Lagian Papa cuma sekali nyalonnya." Walaupun sudah menikah tetap saja Tasya masih takut sama Dany. " Tenang aja, ga akan kok. Kamu juga jangan bocorin sama siapapun kalau hari ini Om ke Salon." Diki tersenyum malu. Akhirnya mereka tiba di Salon Kenanga. " Selamat sore mbak Tasya ada yang bisa dibantu?" Seorang resepsionis yang sudah mengenal baik Tasya langsung menyapa Tasya. " Sore mbak Amel, aku cuman anter Om aku yang mau perawatan wajah." Tasya tersenyum. Setelah itu Tasya mengantar Diki ke ruangan perawatan wajah. Tasya duduk manis menunggu dan menemani omnya yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di salon itu. Satu jam setengah akhirnya beres bertepatan dengan berkumandang nya adzan Maghrib. Diki melihat wajahnya di cermin. Kini tampak kinclong dan fresh. Ia pun semakin percaya diri. " Om jadi tambah ganteng." Tasya langsung berkomentar melihat penampilan wajah omnya. " Mudah-mudahan Silmi jadi makin suka sama Om." Serunya. *** Hari Sabtu pagi sekitar pukul setengah tujuh, Keluarga Hadiwijaya yang terdiri dari Pak Yusuf, Bu Ratih, Diki, Dany dan keluarga, Tasya dan keluarga juga Siti sudah berada di Bandara Soekarno Hatta. Mereka akan terbang menuju kota Malang. " Ih Mama sama Papa mojok mulu." Tasya melirik ke arah kursi belakang. Heni dan Dany malah asyik berfoto dan cekikikan. " Mumpung Nizam bobo." Dany tertawa. Dia paling pandai memanfaatkan setiap kesempatan. " Mereka emang sukanya bikin orang lain baper aja." Diki tampak kesal dengan ulah kakaknya. " Ha..ha..santai Om Diki ntar juga Om bisa ngikutin jejak mereka."Erik tak kuasa menahan tawanya. " Om Diki sirik aja." Tasya tertawa. " Aku grogi banget nih Mi. ini kali pertama langsung lamar gadis ke orangtuanya." Bisik Diki kepada ibunya. Ia sengaja duduk di samping Mami Ratih tersayangnya. Sementara Pak Yusuf duduk dengan Nizam. " Santai aja." Sang Mami berusaha menenangkan putra bungsunya. " Doain lamaran Diki diterima ya Mi, Diki sudah cape nyari calon istri kesana kemari." Curhat Diki. " Mami selalu mendoakan yang terbaik buat kamu sayang." Bu Ratih mencium kening putranya lalu membelai lembut rambut hitamnya. *** Pukul 10 pagi rombongan keluarga Hadiwijaya yang diantar oleh 5 buah Taksi tiba di rumah orang tua Silmi. Rumah sederhana namun halaman dan bangunan nya cukup luas. " Assalamualaikum." Begitu tiba di depan teras rumah Pak Yusuf mengucap salam. Suasana rumah tampak ramai. " Waalaikumsalam." Jawab Pak Imran sang tuan rumah yang merupakan ayah kandung Silmi. Sejak tadi pria berusia 50 tahun itu menunggu kedatangan tamunya. Bu Farida, Ibu kandung Silmi juga langsung menyambut tamunya. " Ayo silahkan masuk." Wanita 45 tahun itu menyambut kedatangan tamunya dengan ramah. Semua rombongan lalu masuk ke dalam ruang tamu. Di sana beberapa anggota keluarga lainnya ikut menyambutnya. Semua bingkisan buah tangan mereka dari Jakarta langsung diserahkan kepada pihak tuan rumah. Semua duduk berjajar rapi di atas karpet yang di gelar. **** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN