Sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-5 Rachel mendapat hadiah seekor kuda poni dari sang kakek, Victor Hong. Harga kuda itu tidak main-main, tapi bagi Victor hadiah ini tidak ada apa-apanya dibanding kebahagiaan yang telah Rachel berikan dalam hidupnya. Sementara untuk Sandra, Victor juga memverkkan hadiah seekor kuda hitam dengan aura misterius yang harganya sangat mahal. Sandra dan Rachel suka berkuda, karena itulah Victor memberikan hadiah kuda pada mereka.
Sandra dan Rachel tentu saja senang mendapat hadiah dari orang yang mereka sayangi. Sekali lagi, Sandra memdapat hadiah mahal dari ayahnya, setelah sebelumnya mendapat hadiah mobil mewah keluaran terbaru. Ayahnya begitu baik padanya, membuat Sandra semakin ragu untuk mengatakan keinginannya untuk menolak memimpin Black Mamba.
“Aku tidak sekaya Ayah, jadi, aku hanya bisa memberikan ini padamu. Aku juga membelikan model yang sama untuk Rachel, agar kalian terlihat semakin cantik.” Sedangkan Delvin kini juga memberikan hadiah pada Sandra, berupa kalung berlian yang sangat cantik.
“Jangan merendahkan dirimu. Aku tahu harga kalung ini. Ini juga edisi terbatas yang tidak bisa aku dapatkan, tapi kau bisa mendapatkannya. Terima kasih.” Sandra tersenyum pada Delvin. Sandra yakin ini bukanlah suatu kebetulan Delvin memberikan hadiah kalung yang sangat ia inginkan. Sandra yakin Delvin sangat memperhatikan dirinya sampai tahu apa yang ia inginkan.
“Biar aku pasangkan.” Delvin pun akhirnya memasangkan kalung untuk Sandra setelah mendapat angukkan dari wanita cantik itu.
Saat memasangkan kalung untuk Sandra, untuk pertama kalinya Delvin bisa sedekat ini dengan Sandra, bahkan dari kejauhan Delvin terlihat seperti sedang memeluk Sandra. Meski sudah selesai memasangkan kalung, Delvin masih mempertahankan posisi seperti ini. Sekali saja, Delvin ingin merasakan bagaimana rasanya memeluk erat wanita yang ia cintai, lebih tepatnya cinta pertamanya.
“Jangan berharap padaku. Aku tidak pernah ingin membawa pria ke dalam hidupku,” ucap Sandra yang tahu isi pikiran Delvin saat ini. Sandra adalah tipe wanita yang sangat peka dan kadang itu menyebalkan. Kalau saja bisa, Sandra memilih untuk tidak memahami perasaan Delvin.
“Kau tidak punya hak untuk mengatur perasaanku. Aku bebas mencintai siapapun dan berharap pada siapapun. Kau sangat peka dan aku suka itu. Aku suka pada semua yang ada pada dirimu. Aku tidak memanggilmu kakak karena tidak ingin menjadi adikmu, tapi menjadi priamu. Aku menyukai apa yang aku lakukan. Apa kau juga akan mengambil hakku?” Delvin bicara tanpa mengubah posisinya.
Sandra tersenyum mendengar ucapan Delvin. “Kau masih muda.”
“Usia kita hanya beda 4 tahun. Kau bicara seperti orang tua saja.” Delvin menatap Sandra setelah bicara seperti ini.
“Aku ingin menendangmu jauh-jauh.” Dan Sandra berkata seperti ini sembari melangkah pergi meninggalkan Delvin, menghampiri Rachel yang sedang sibuk mengelus kepala kuda dan ternyata di sana tidak hanya ada ayahnya, tapi juga Darren.
Delvin tahu ucapan Sandra bisa menjadi kenyataan. Sandra menendang dirinya menjauh bukanlah sesuatu yang mustahil setelah melihat sikap Sandra pada setiap pria. Namun, Delvin tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Delvin tidak ingin melepaskan Sandra begitu saja. Delvin ingin mengenal Sandra lebih jauh, agar tahu cara masuk ke dalam hidup Sandra.
“Kau harus pergi.” Sekarang Sandra bicara dingin pada Darren.
“Jangan seperti ini. Rachel akan kembali kecewa padamu jika kau mengusir Darren dengan terang-terangan. Kau tahu betapa Rachel menginginkan sosok ayah dalam hidupnya, jadi, tahan dirimu.” Victor menasihati Sandra.
Sandra lupa pada hal itu. Bahkan jika dirinya tidak menyukai Darren, pada kenyataannya Rachel sangat senang dengan kehadiran Darren di sini. Rachel yang tadi terlihat takut, kini terlihat mulai akrab dengan Darren. Rachel yang beberapa saat yang lalu murung, sekarang tersenyum dengan bahagia. Bagaimana ia bisa menjadi egois dan merusak kebahagiaan Rachel? Tapi, bagaimana jika Darren punya maksud lain dari semua ini?
Darren tersenyum saat Sandra tidak bisa mengusirnya dari sini. Sandra tidak akan bisa mempermalukannya lagi. Itu adalah janji Darren. “Ayah juga punya hadiah untukmu. Bagaimana jika kau ikut dengan ayah?” Darren kini bicara pada Rachel.
“Ibu juga ulang tahun. Ayah tidak akan memberikan hadiah untuk Ibu?” tanya Rachel.
“Ayah sudah memberikan hadiah untuknya.” Darren melirik Sandra saat mengatakan ini.
Benar. Darren sudah memberikan hadiah untuknya. Sandra membenarkan hal itu dan hadiah dari Darren adalah kedatangannya ke pesta ulang tahun untuk membuat harinya menjadi sangat buruk. Kalau saja waktu bisa diulang, maka Sandra tidak akan pernah melibatkan dirinya dalam hidup Darren. Karena pertemuan singkat di club malam, kini membawa masalah sebesar ini.
“Jadi, ayo ikut dengan ayah.” Darren tersenyum manis pada Rachel.
“Ibu ikut?” Rachel menatap Sandra.
“Kita pergi lain kali saja. Kita harus makan malam bersama Kakek dan Paman hari ini.” Sandra harap ini bisa menjauhkan Rachel dari Darren.
“Ayah ....”
“Dia harus kembali bekerja. Ayo.” Sandra menyela kalimat Rachel, lalu meraih tangan Rachel dan membawa Rachel pergi. Delvin ikut bersama Rachel dan Sandra, sedangkan Victor masih diam di tempatnya.
Rachel tersenyum pada Darren dan melambaikan tangannya. Dan Darren juga tersenyum pada Rachel, juga melambaikan tangannya. Darren tidak masalah dengan hal ini. Darren bahkan ingin melihat selama apa Sandra bisa menjauhkan Rachel darinya.
“Sebelum hasil tes DNA kedua keluar, kau sebaiknya tidak melewati batasmu. Ini peringatan pertama dan terakhir dariku,” ucap Victor yang mendapat senyuman dari Darren.
“Hasilnya tidak akan berubah, kecuali terjadi konspirasi di dalamnya. Aku tidak akan melewati batasanku, tapi hanya akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ayah. Permisi.” Darren tersenyum pada Victor, lalu pergi.
Victor mengepalkan tangannya. Dari sekian banyak pria di dunia ini entah karena harus Darren yang menjadi ayah Rachel. Perang seharusnya terjadi tidak lama lagi, tapi Victor tidak akan bisa berperang jika Darren sungguh ayah Rachel. Bagaimana bisa ia melenyapkan sosok yang sangat Rachel tunggu selama ini?
••••
Setelah memberi kejutan pada Sandra sebagai awal dari rencananya, kini Darrem pulang untuk mandi dan setelahnya pergi lagi untuk mendekatkan diri dengan Rachel. Darren juga harus mengambil hadiah yang sudah ia siapkan untuk Rachel.
Saat sampai di rumahnya, Darren mendapat tatapan penuh tanda tanya dari ayahnya. “Kenapa Ayah menatapku seperti itu? Ada masalah?” tanya Darren.
“Itu benar?” dan Edward balik bertanya pada Darren.
“Ayah sedang bicara apa?” Darren benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan oleh ayahnya sekarang.
“Yang dikatakan oleh Addy tentang Rachel. Itu adalah fakta atau rekayasamu?”
Ternyata tentang itu. Darren kira ada masalah yang terjadi selama dirinya pergi, tapi ternyata hanya tentang Rachel. “Itu adalah kenyataannya. Mengejutkan, bukan? Kecelakaan ternyata bisa menguntungkan kita. Aku bisa memanfaatkan keadaan ini untuk menaklukkan Sandra dan Black Mamba.” Darren berucap dengan sangat percaya dirinya.
Edward tidak mengerti bagaimana bisa Darren punya anak dengan Sandra. Kecelakaan macam apa yang membuat Darren tidur dengan Sandra, tapi mereka justru bersikap seperti tidak saling kenal sebelumnya. “Ayah tidak mengerti apa yang terjadi di antara kau dan Sandra.”
“Ayah tidak perlu memahami segalanya. Cukup ikuti saja alurnya. Aku akan melakukan yang terbaik.” Darren tersenyum pada ayahnya.
“Jangan memulai permainan dengan Black Mamba, jika belum ada kepastian kau akan menjadi pemenangnya.” Edward memperingatkan Darren.
“Aku pasti akan menang. Kita akan menjadi yang terkuat. Ayah tunggu saja.”
Edward juga ingin menyingkirkan Black Mamba, agar Black Shadow bisa menjadi yang terkuat, apalagi setelah Sandra mempermalukan Darren di depan anak buahnya. Mempermalukan Darren sama seperti mempermalukan Black Shadow. Sangat memalukan dan membuatnya marah, tapi ia harus tetap merendah di depan Sandra. Jejak Black Mamba tidak pernah ternoda sekalipun dan siapapun yang mengangkat senjata pada Black Mamba, maka kehancuran adalah balasannya. Victor seperti diberkati karena selalu berhasil membawa orang-orang kuat dan tidak terkalahkan ke dalam Black Mamba. Tetapi menyerang dengan cara berbeda bisa saja menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
“Baiklah. Addy sudah membertiahu ayah tentang rencanamu. Ayah tidak peduli dengan kisah yang sebelumnya terjadi di antara kau dan Sandra, ayah hanya ingin kemenangan. Kau sudah memulai ini, maka menang adalah satu-satunya penyelesaiannya. Jangan menambah kotoran yang dilemparkan pada kita. Tapi, sebelum itu, lebih baik kau temui Helen dulu. Dia ada di kamarmu sejak tadi.”
Mendengar ayahnya menyebut nama Helen membuat Darren teringat sesuatu, yaitu tentang janjinya untuk makan bersama ayah Helen dan juga dengan Helen sendiri. Darren cenderung lupa pada sesuatu yang tidak pernah ia inginkan untuk dilakukan.
Saat ini, Darren sudah masuk ke kamarnya dan Darren melihat Helen sedang duduk di dekat jendela dengan sebatang rokok di tangannya. “Maaf. Aku lupa,” ucap Darren.
Helen meremas rokok di tangannya, tidak peduli pada api rokok akan melukai tangannya mulusnya. Helen memang tidak peduli pada luka itu, tapi Darren sangat peduli. “Apa yang kau lakukan?” ini adalah ungkapan kekhawatiran Darren pada luka di tangan Helen.
Helen senang melihat Darren begitu peduli pada luka di tangannya, tapi sayang Darren tidak bisa melihat luka yang ada di hatinya. Bahkan untuk mendapat perhatian dari Darren, ia harus terluka dulu. Walau setelah semua rasa sakit ini Helen tidak pernah berpikir untuk melupakan cintanya pada Darren.
“Bagaimana bisa kau punya anak dengan wanita itu?” Helen buka suara.
“Kau ternyata sudah mendengar hal itu ...” Darren menjawab setengah, lalu pergi untuk mengambil kotak obat untuk mengobati luka Helen. “Itu karena kecelakaan. Aku tidak begitu ingat apa yang terjadi. Mungkin aku salah masuk kamar hotel, lalu semuanya terjadi. Entahlah, tapi ini sangat menguntungkan untukku.” Darren memberikan jawaban penuh dengan nada santainya. Darren sungguh tidak tahu betapa sakitnya hati Helen sekarang.
“Aku akan menerima anak itu. Kau tidak perlu khawatir.”
Darren seketika menatap Helen setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Helen. “Kau tidak perlu melakukannya. Aku tidak pernah benar-benar ingin menarik anak kecil itu ke dalam hidupku. Aku hanya memanfaatkannya.” Dan Darren kembali mengobati luka Helen setelah mengatakan hal ini.
“Apa yang kau rencanakan? Jika kau tidak tertarik padanya, kenapa kau harus memdekatinya? Apa yang bisa kau dapatkan dari anak kecil berusia 5 tahun?” Helen mengajukan banyak pertanyaan pada Darren.
“Kau nikmati saja pertunjukkannya. Tujuan utamanya adalah menaklukkan Sandra dan Black Mamba, tapi ...” Darren menatap lekat Helen. “Untuk bisa melakukannya aku harus menunda pernikahan kita.”
“Apa? Pernikahan kita sebentar lagi. Bagaimana ....”
“Kalau begitu, sekalian saja dibatalkan.” Darren menyela ucapan Helen dengan nada bicara yang sangat santai. Batalnya sebuah pernikahan sesungguhnya bukanlah perkara besar bagi Darren. Obsesinya untuk menaklukkan Sandra dan Black Mamba jauh lebih besar dari keinginan untuk menikah, bahkan sesungguhnya Darren tidak pernah ingin menikah, ia menerima perjodohan semata-mata hanya karena ingin bersenang-senang saja, menantang dirinya untuk tahu bagaimana rasanya hidup dengan satu wanita saja, ditambah wanita itu adalah sahabatnya.