10 Tahun yang Lalu
Rose
Sebuah lengan yang tiba-tiba merangkul pundak milikku dari belakang tidak menganggetkanku sama sekali.
Ya, aku tahu siapa pemilik lengan tersebut.
Dia Bee sahabatku sejak kami masih duduk di bangku SMP.
Hari ini adalah hari kelulusan kami dari pendidikan di tingkat SMA dan Bee tidak kunjung membiarkanku pulang ke rumah, karena ingin mengajakku ke acara perayaan kelulusan.
Perayaan kelulusan ini diselenggarakan oleh anak-anak populer di sekolah kami.
Seharusnya aku tidak diundang. Hanya Bee yang diundang, karena walau dia tidak bersahabat dengan banyak orang dia selalu populer.
"Bee... aku pulang saja ya..." ucapku sambil mencoba melepaskan diri dari rangkulan lengannya.
"Oh come on Rose... Temani aku... Aku tidak punya teman jika mengikuti acara itu sendirian." jawab Bee dan mengeratkan rengkuhannya.
"Tapi Bee... aku belum izin Mama dan Papa... nanti mereka nyariin gimana?" tanyaku lagi.
"Nanti aku yang anterin pulang. Tenang..." ucapnya lagi mencoba meyakinkan.
Sebenarnya selain karena ingin pulang, aku mencoba lepas dari rengkuhan lengannya adalah karena debaran jantungku yang mulai tidak beraturan.
Debaran jantungku selalu seperti ini setiap berdekatan dengan Bee. Ya, tanpa seizinku hati ini menambatkan rasanya pada Bee.
Sayangnya, Bee tidak pernah melihatku lebih dari temannya sejak kecil.
Rose bagi Bee hanyalah teman yang bisa menemaninya kapan saja dan semaunya saja.
Akupun tidak bisa menolak, karena aku suka selalu berada di sisinya walau tak mungkin bisa menjadi kekasihnya.
*****
Masa Sekarang
Aku saat ini telah bekerja sebagai desainer pakaian wanita. Sejak lulus dari kuliah jurusan fashion 6 tahun yang lalu, akhirnya sudah 2 tahun butik milikku ini beroperasi.
Bee? Dia pun sudah memiliki perusahaannya sendiri. Hari ini adalah hari peresmian pembukaan cabang baru perusahaannya.
Bee sangat sukses dan kami tetap bersahabat.
Walau kami tetap bersahabat, beberapa tahun terakhir Bee tidak lagi selalu di sisiku seperti dulu.
Bee sudah memiliki kekasih bernama Mary.
Wanita itu saat ini sedang berada di sini, di butikku untuk mencoba beberapa dress. Dress ini akan dia kenakan untuk acara perayaan pembukaan cabang perusahaan milik Bee.
"Hai Rose... Mana ya baju yg aku mau coba?" tanya Mary dan segera menyadarkanku dari lamunan panjang.
Mary adalah wanita yang sangat cantik dan merupakan teman kuliah Bee di jurusan Ekonomi sebelumnya.
Mary hadir menemani hari-hari selama kuliah karena aku memilih jurusan yang berbeda dengannya.
Sejak kehadiran Mary juga, aku mulai menjaga jarak dari Bee.
Walau memang Bee selalu meluangkan waktunya untuk bertemu dan berkomunikasi denganku.
"Wah yang ini cocok sekali untukku. Ya kan Rose?" tanya Mary setelah mencoba dress ketat sexy berwarna merah.
Aku pun mengangguk ringan sambil tersenyum dan berkata "You look good..."
Mary pun tersenyum lebar sebelum sesaat kemudian berbalik bertanya "Kamu nanti malam datang kan Rose?"
"Iya akan kuusahakan..." jawabku.
"Mana dress yang akan kamu kenakan?" tanyanya penasaran.
Aku pun mengatakan aku belum memutuskan dan nanti akan mengenakan salah satu dress di butikku saja.
Setelah mendengar jawabanku Mary pun mengangguk dan berkata "Berdandanlah yang cantik dan dapatkan kekasih seorang pengusaha sukses di sana"
Lalu kemudian dia berlalu memproses p********n ubtuk dress yang sudah dipilihnya.
*****
Malam pun datang dan kini saatnya aku bersiap menuju hotel di mana Bee mengadakan perayaan perusahaannya.
Sesaat aku kebingungan memilih dress di butikku yang sangat beragam ini.
Akhirnya aku pun memilih dress berwarna silver dengan satu tali di bahu kiriku.
Aku segera merias wajah sederhana dan mengenakan sepatu senada untuk segera meluncur ke tempat tujuan.
Sesampainya di sana, acara tersebut sudah dipenuhi dengan banyak tamu undangan.
Bee pun sudah berdiri di podium dengan Mary di sisinya untuk membuka acara.
Saat Bee melihatku dari kejauhan dia menghampiriku terkesan marah dan meninggalkan Mary di podium sendirian.
"Baju macam apa ini Rose?" tanya Bee mendadak.
Aku bingung harus menjawab apa dan Bee malah melanjutkan "Jangan mencari laki-laki hidung belang dengan berdandan seperti jalang Rose. Mary sudah memberitahuku kau ingin memanfaatkan acara ini untuk mencari kekasih bukan?"
Mataku terbelalak mendengarnya. Bagaimana mungkin Mary mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah kukatakan sebelumnya.
“Terserahmu saja Bee...” ucapku karena kesal dan memutuskan menjauh untuk pergi menyendiri di kursi yang diletakkan di pojok ballroom itu.
Aku tidak menikmati acara ini sama sekali. Namun karena aku menghargai Bee, aku mencoba bertahan di sini.
Satu jam kemudian, aku yang masih betah menyembunyikan diri di pojok ruangan tiba-tiba mendengar suara aneh.
Suara seperti desahan dua orang. Aku mencoba mencari asal suara dan menemukan sebuah pintu terbuka tidak jauh dari pintu toilet di ujung lorong.
Rasa penasaran membawaku melihat melalui celah pintu yang terbuka itu. Saat itu aku melihat Mary sedang berada di atas tubuh seorang pria dengan posisi yang terlalu intim antara keduanya.
"Mary?" panggilku dengan keras karena terkejut melihat pemandangan itu.
Saat mendengar suaraku Mary menolehkan wajahnya ke arahku dan itu memang benar Mary.
Saat itu Mary langsung berdiri dan menghampiriku sambil berkata "Yeah, your bestfriend is not good enough in bed..."
"Tapi kamu nggak boleh begini Mary... kamu berkhianat..." ucapku sebelum Mary pergi berlalu begitu saja.
Bersambung