Aku dan Salwa sama-sama menikmati makan malam dalam Keheningan. Setelah mendengar ucapan bernada putus asa darinya, aku tak mampu berkata-kata, meski hanya untuk berbasa-basi membuka obrolan. Wajah cantik Salwa yang nampak sendu dan ucapan yang ia lontarkan beberapa menit yang lalu menjadi tanda tanya besar bagiku. Entah karena terlalu rindu pada Mas Bima atau cemburu sebab suami kami menanyakan kabarku dan Vano, tapi yang jelas, sikapnya malam ini terasa aneh di mataku. Salwa yang selama ini nampak ceria berubah jadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar semenjak keberangkatan Mas Bima ke luar kota. Ah, memikirkan adik maduku ini membuat kepalaku bertambah pening. Masalah Adrian saja masih menghantui pikiranku, ditambah sikap aneh Salwa yang tiba-tiba berubah. Lebih baik aku abai