Nai sudah bersiap-siap untuk pergi bersama suaminya. Nai sudah dandan cantik juga memakai pakaian yang cantik pula. Hari ini untuk pertama kalinya setelah menikah Nai dan James pergi berkencan. Ah senangnya hari ini, Nai sangat excited sekali karena James sangat jarang mengajaknya kencan berdua. Apalagi mereka sudah lama sekali tidak menonton film di bioskop.
Kemudian Nai turun ke bawah untuk menemui James. Nai melihat James sedang menunggunya di ruang tamu.
"Gue udah siap, yuk."
"Bentar."
"Ngapain?" Tanya Nai, Nai sudah tidak sabar lagi padahal.
"Maaf, kalian pasti udah nunggu lama ya?"
Nai mengernyit saat dia melihat Bella yang sudah berdandan rapi. Apa jangan-jangan...
"Bella ikut, nggak papa kan?" Kata James.
"Hah?"
"Hai semua, sorry, kalian pasti nungguin gue kan?"
"Mario?" Nai semakin bingung, kenapa malah ada Mario juga Bella?
"James, maksud lo apa si?" Nai tidak habis pikir sebenarnya apa rencana James, bukannya dia hanya mengajaknya saja, kenapa ada Mario juga Bella sih?
"Mereka ikut sama kita, nggak papa kan?" Jawab James.
Nai mendengus, ia kesal karena James itu tidak pernah peka. Jelas nggak boleh lah. Nai hanya ingin mereka pergi berdua saja, tapi James sama sekali tidak pernah mengerti. Nai sudah lama menantikan ini, Nai berharap mereka bisa jalan-jalan menikmati waktu mereka berdua, hanya berdua tapi James mengacaukan semua harapannya.
Tapi Nai tidak bisa menolaknya, dia harus menerimanya walaupun hatinya sudah sangat kesal.
"Ya udah, berangkat yuk." Ucap Mario.
James berjalan terlebih dahulu di susul dengan Bella, sedangkan Nai dan Mario mengikuti dari belakang. Saat Nai mau membuka pintu mobil bagian depan, Bella mencegahnya lebih dulu, "Aku boleh duduk di depan nggak? Kamu tau kan kalo aku nggak akrab sama Mario?"
Nai tersenyum kecil, "Nggak papa kok."
"Makasih." Bella langsung masuk dan duduk di depan.
Nai hanya bisa menghela nafas. Dia harus bersabar dan tenang. Alhasil Nai duduk di belakang bersama Mario. Lalu James mulai menjalankan mobilnya.
Di mobil, Mario melihat Nai yang terdiam dan terlihat cemberut. Mario tau, Nai pasti kesal karena Bella yang duduk di samping James bukan dia.
"Lo kenapa?"
"Nggak papa."
"Halah bohong, lo pasti cemburu kan lihat cewek itu duduk di depan sama suami lo?"
"Sok tau." Jawab Nai sarkasme.
James melihat Nai dari kaca spion di depannya, tumben Nai diam saja. Biasanya Nai akan terus berbicara. James juga melihat istrinya cemberut, dia seperti tidak senang hari ini. Padahal kemarin Nai bilang Nai tidak sabar menunggu besok, tapi sekarang istrinya itu terlihat tidak semangat.
Sampai saat Bella menyentuh tangan James, dan Nai melihatnya. Nai mengernyit kesal.
"James, nanti sekalian cari Apartemen buat aku kan?"
James kaget karena tiba-tiba Bella menyentuhnya, dan dia juga melihat Nai dari spion, istrinya itu terlihat kesal. Lalu James menjauhkan tangannya.
"Iya.."
Akhirnya mereka sampai di mall, Nai turun terlebih dulu karena kesal melihat James dan juga Bella.
"Bini lo kayaknya ngambek tuh." Ucap Mario.
James melihat Nai yang sudah menjauh.
"Udah biarin." Lalu James dan Bella menyusul Nai.
Mario mengendik, dia bingung juga dengan sifat James yang tidak peka kalo istrinya itu tidak suka jika dia duduk dengan Bella. Mario yang temennya saja mengerti perasaan Nai, tapi James yang suaminya malah tidak mengerti. Aneh!
Nai yang berjalan paling depan tidak perduli dengan mereka yang tengah mengobrol di belakangnya. Nai fokus dengan toko-toko yang menyediakan banyak gaun-gaun indah. Nai tertarik untuk mengunjungi toko itu. Ia lantas memasuki toko gaun tersebut.
Wah! Nai terkagum melihat gaun-gaun di depannya, tapi sayangnya Nai tidak bisa membelinya karena pasti itu sangat mahal. Nai melihat harganya, ia tercengang saat melihat bandrol harga gaun itu. Satu gaun dengan harga 5 juta. Nai hanya bisa mengelus d**a, mana mungkin dia mengeluarkan uang segitu banyaknya hanya untuk membeli satu buah gaun, yang ada Nai tidak bisa makan selama satu bulan.
"Lo mau itu?"
Nai kaget saat tiba-tiba James sudah ada di belakangnya.
"Nggak, gue cuma lihat-lihat aja kok." Ucap Nai berbohong, padahal di dalam hatinya Nai ingin sekali berteriak 'Iya gue mau itu James'.
"Ya udah." James kemudian keluar dari toko itu.
"Dih, gitu doang?" Nai mendengus, emang sudah nasib punya suami seperti James yang tidak pernah peka. Nai kesal, harusnya tadi dia bilang mau saja.
Nai menyusul James, dan dia menyesal karena sudah mengikuti mereka. Kenapa? Karena yang Nai lihat adalah Bella berjalan di samping suaminya dan merangkul lengan suaminya. Bella seakan tidak perduli jika James sudah punya istri dan istrinya juga sedang bersama mereka.
Nai hanya bisa menghela nafas berat agar tidak emosional melihat kelakuan suami dan cewek itu. Mario melirik Nai yang berjalan di sampingnya. Mario mengikuti arah pandang Nai yang tengah memandang kesal James juga Bella.
"Lo mau diem aja lihat mereka berdua pegangan tangan?"
Nai terdiam, dia ingin sekali menjauhkan mereka berdua tapi nanti di kira Nai yang cari masalah. Tapi Nai juga tidak mau melihat kedekatan James dan Bella.
Mario tersenyum miring, walaupun Nai tidak menjawab pertanyaannya tapi dia sangat tau apa yang sedang di rasakan Nai.
"Lo istrinya, lo berhak menegur mereka Nai. Jangan diem aja lo, kek patung."
"Udah lah, biarin aja. Males gue." Jawab Nai cuek.
"Lo tuh ya, suami lagi mesra-mesraan sama cewek lain, malah di biarin gitu aja."
Mario tidak habis pikir dengan jalan pikiran kedua temannya itu. Mereka sudah menikah tapi terlihat seperti belum menikah.
James dan Bella menuju ke restoran terlebih dahulu untuk sarapan. Nai dan Mario mengikutinya.
Seperti biasa, Bella merebut tempat duduknya, harusnya Nai yang duduk di sebelah James tapi Bella lebih dulu duduk di sana. Nai lagi-lagi harus mengalah, dia duduk di samping Mario.
Mereka memesan makanan, beberapa menit kemudian pesanan mereka sudah datang.
"James, nih kamu cobain, enak lho." Bella menyuapi James, awalnya James ragu tapi karena merasa tidak enak akhirnya James mau menerima suapan Bella.
"Enak nggak?" James mengangguk.
Nai melihatnya, hatinya ngilu melihat suaminya di suapi perempuan lain di depan matanya. Nai melihat ke arah lain, dia tidak ingin melihat kejadian menyedihkan di depannya.
"Gue ke toilet dulu." Nai beranjak dan pergi dari sana.
Mario menatap Nai yang sudah menjauh kemudian menatap James yang masih sibuk dengan Bella. Sebenarnya Mario ingin sekali memarahi James dan mengatakan kalo Nai juga marah karena melihat suaminya sendiri bermesraan dengan perempuan lain, tapi Mario tidak mau di tuduh mencampuri urusan orang lain sekalipun mereka adalah temannya.
Di toilet, Nai menangis. Ia tidak bisa menahan air matanya lagi makanya dia pergi ke toilet. Nai tidak bisa melihat suaminya sendiri bersama perempuan lain. Nai hanya manusia biasa, ia bukan wonder women yang bisa menahan rasa sakitnya. Nai akui, dia cemburu. Dan baru kali ini Nai merasakan sakit hati saat James bersama perempuan lain. James memang sering kali dekat dengan perempuan lain tapi tidak sedekat James dengan Bella. Nai merasa aneh dengan hubungan mereka berdua.
"Nggak! Lo nggak boleh cengeng Nai. Lo udah janji kalo lo bakal percaya sama James, lo harus yakin kalo James nggak akan bisa mengkhianati lo."
Nai menghapus air matanya dengan kasar, dia juga mencuci mukanya agar tidak terlihat habis menangis. Lantas Nai keluar dari toilet dan menghembuskan nafasnya kasar, "Lo bisa Nai. Lo pasti bisa." Ucap Nai menyemangati dirinya sendiri.
"Lo ngapain aja di toilet, lama bener?" Tanya Mario menyenggol lengan Nai.
"Kepo."
Mario berdecak, kalo di lihat dari matanya, Nai pasti habis menangis. Ya, Nai pasti menangis di toilet. Tapi sepertinya James tidak tau kalo istrinya itu menangis dan itu gara-gara dia sendiri.
"Kayaknya filmnya udah mau mulai, kita langsung ke atas aja gimana?" Tanya Bella.
Dari awal memang perempuan itu yang terlihat sangat bersemangat. Nai tersenyum kecut, padahal James yang mengajaknya lebih dulu tapi kenapa Bella yang lebih bersemangat!
Lantas semua orang naik ke atas untuk ke Bioskop.
Di sana, James duduk di antara Nai dan Bella. Sedangkan Mario duduk di samping Nai. Nai mengerucutkan bibirnya, kalo saja hanya ada mereka berdua pasti lebih seru dan romantis walaupun mereka menonton film horor.
Film pun di mulai. Awalnya mereka asik-asik saja menonton, tapi lama-lama adegannya semakin horor.
Nai melihat Bella bersembunyi di belakang punggung James, dan Bella juga memegang tangan James dengan erat. Dalam hati Nai ingin sekali mengakhiri semua ini. Nai ingin cepat-cepat pulang.
Nai kembali fokus dengan film di depannya, namun tangannya merasakan sentuhan dari seseorang. Nai melihat James yang tersenyum ke arahnya.
"Lo pasti kedinginan kan?"
Nai mengangguk, lagi pula Nai sudah tau di Bioskop dingin tapi dia memaksakan untuk tidak memakai jaket. Nai tersenyum saat James akan membuka jaketnya untuk Nai pakai, tapi tiba-tiba Bella berkata, "James, aku boleh pinjem jaket kamu nggak? Aku kedinginan."
Senyum Nai luntur, karena James memberikan jaketnya untuk Bella. Oke fix, hati Nai seperti di patahkan. James lebih memilih perempuan itu.
"Nih, lo pakai jaket gue aja."
Mario memberikan jaketnya untuk Nai. Nai menerimanya, "Makasih."
2 jam berlalu, film pun udah selesai. Semua orang bergiliran keluar dari ruangan.
"Nai, gue mau temenin Bella cari Apartemen, lo mau ikut?"
Dengan cepat Nai menggeleng, Nai sudah tidak tahan dengan semuanya. Lebih baik Nai pulang dari pada hatinya bertambah sakit. "Nggak, gue mau pulang."
Nai berjalan cepat meninggalkan mereka.
"Biar gue yang anterin Nai, lo sama Bella pergi berdua aja. Istri lo, biar gue aja yang urus, lo urus dia aja." Ucap Mario lalu menyusul Nai.
James terdiam, ia rasa kata-kata Mario seperti sedang menyindirnya.
"Yuk." Ucap Bella masih menggandeng tangan James.
******
Mario dan Nai sudah berada di taksi. Iya mereka pulang naik taksi karena Mario juga tidak membawa mobil kan?
Mario melihat Nai yang terdiam dan melamun. Mario tau Nai sedang sedih. Nai pasti memikirkan suaminya dan juga perempuan itu.
"Nai, gue ngerti apa yang lo rasain. Lo nggak perlu bohong sama gue, gue orangnya peka tau. Gue tau sejak pertama kita berangkat, sebenarnya lo udah nggak seneng. Iya kan?"
Air mata Nai kembali menetes, jika ingat dengan apa yang sudah ia lihat, Nai merasakan sakit yang begitu dalam.
"Lo kalo mau nangis, nangis aja. Bahu gue siap buat jadi sandaran lo kok."
Nai akhirnya menangis, dia bersandar di bahu Mario. Hanya Mario lah yang mengerti perasaannya sekarang. Mario mengelus bahu Nai yang bergetar karena tangisannya, "Kalo nangis bisa buat lo lega, lo boleh nangis sesuka hati lo."
"Mario, apa yang harus gue lakuin sekarang? Gue bingung. Di satu sisi gue percaya kalo James nggak akan pernah mengkhianati gue, tapi di sisi lain hati gue sakit lihat suami sendiri bersama cewek lain."
"Nai, lo istri sah James, lo berhak atas James. Lo juga berhak ngelarang James buat deket sama cewek lain. Lo jangan diam aja, lo harus bisa jaga suami lo. Jangan sampai sesuatu terjadi sama rumah tangga kalian karena lo terlalu menganggap remeh hal kaya gini."
Nai memikirkan apa yang sudah di katakan Mario. Jika saja Nai bisa melarang James untuk tidak terlalu dekat dengan Bella, tapi sayangnya tidak semudah itu. James pasti berfikir kalo dia tidak mempercayainya lagi.
"Ingat kata-kata gue barusan Nai. Lo harus pikirin lagi. Jangan sampai apa yang lo takutkan benar-benar terjadi."
Nai mengangguk, apapun yang terjadi Nai tidak akan membiarkan James meninggalkannya. Nai tidak akan membiarkan siapapun merebut James darinya.
******