Dita terpaksa datang ke kantor Stevan untuk mengembalikan dompetnya yang tertinggal. Dia mengendarai motor besarnya yang memiliki suara yang amat berisik.
Ngengg ngenggg ngenggg brummmm
Dita memarkirkan motornya di depan kantor milik Stevan. Seorang satpam menegurnya untuk memindahkan kendaraannya ke parkiran.
"Neng jangan parkir disini. Disana kan ada parkiran tolong pindahkan kendaraannya disana"
"Nih kunci motor saya tolong ya pak" Dita malah melempar kunci motornya pada satpam itu.
"Hei saya bukan tukang parkir neng!! hei!!" satpam itu berteriak-teriak memanggilnya tapi Dita tetap cuek dan terus berjalan masuk ke dalam kantor. Sampai akhinya Dita berdiri di meja resepsionis untuk menanyakan keberadaan Stevan.
"Pagi mbak bisa ketemu Stevan? " tanya Dita. Staff resepsionis itu melihat penampilan Dita dari atas sampai bawah dengan tatapan mengejek.
"Apa kamu sudah buat janji? " tanyanya tak yakin.
"Iya mbak saya ini tunangannya" jawab Dita percaya diri.
"Hah?!! serius?!! astaga sudah kuduga kalau pak Stevan itu gay ihh menjijikkan!! " staff resepsionis itu memberitahu Dita untuk naik ke lantai 20 untuk menemui Stevan disana.
Dengan gaya tomboynya Dita merapikan sedikit rambutnya yang berantakan di dalam lift. Setelah itu jarinya mengorek-ngorek lubang hidungnya yang terasa gatal. Tiba-tiba saja pintu lift terbuka. Tepat di hadapannya ada Stevan orang yang dicarinya dari tadi. Posisi Dita masih dalam keadaan jari mengorek-ngorek hidungnya.
"Halo mbak" sapa Stevan dengan senyumnya yang menawan. Dita menurunkan jarinya lalu mengelap upilnya di ujung bajunya.
"Halo juga pak Stevan maaf saya kesini ingin menyerahkan dompet bapak yang terjatuh di depan bengkel" Dita menyerahkan sebuah dompet pada Stevan tapi Stevan malah bergidik jijik karena tangan Dita baru saja dipakai buat ngupil.
"Makasih" Stevan menerima dompetnya dengan terpaksa. Sehabis ini dia harus cuci tangan sampai bersih.
"Mau masuk dulu ke ruangan saya untuk minum teh? " ajaknya basa-basi.
"Boleh kalau bapak memaksa" Dita langsung keluar duluan dari lift. Stevan hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Dita.
Di dalam ruangan Stevan, Dita terkagum-kagum melihat gedung-gedung pencakar langit di luar sana. Stevan membawakan dua cangkir teh untuk mereka minum bersama.
"Ini tehnya mbak" Stevan memberikan segelas teh untuk Dita.
"Makasih pak Stevan, panggil saja saya Dita" Dita duduk dan menyesap tehnya dengan perlahan karena masih panas.
"Baiklah Dita terima kasih sudah jauh-jauh kemari mengantarkan dompet milik saya" ucap Stevan.
"Sama-sama pak"
"Stevan!! anakku!! kamu dimana sayang? " mama Stevan masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu ke dalam ruangan. Stevan menemui mamanya dan menyambutnya.
"Ada apa ma? kenapa mama gak bilang kalau mau kesini? " tanya Stevan.
"Kenapa harus bilang kalau mama mau kemari. Itu siapa? " tanya mama Stevan melihat ke arah Dita.
"Maaf tante saya... "
" Dia pacarku ma namanya Dita" jawab Stevan sebelum Dita bicara.
"Apa?! pacar?! akhirnya kamu punya pacar juga anakku!!" mama Stevan tampak bahagia karena anaknya yang sudah menjomblo selama 35 tahun ini ada pacar juga. Dia sudah menjodohkan Stevan dengan banyak wanita tapi wanita-wanita itu malah lari tunggang langgang tanpa alasan. Stevan mengkode ke arah Dita agar mau jadi pacar pura-puranya. Dita pun mengerti dan mau memainkan sandiwara ini.
"Iya ma saya pacarnya pak Stevan. Perkenalkan nama saya Dita" Dita berkata semanis mungkin di depan calon mertuanya di masa depan.
"Calon mantuku!! walau kamu tomboy yang penting kamu adalah wanita tulen hehe terima kasih karena sudah menjadi pacar anakku bujang karatan selama 35 tahun ini" mama Stevan langsung memeluknya dengan erat. Dita sampai sesak nafas dan meminta pertolongan pada Stevan.
"Ma Dita bisa mati kalau mama kekep begitu. Nanti batal dong Stevan nikah tahun ini kalo dia mati" mama Stevan langsung melepas pelukannya sambil tertawa nyengir.
"Aduh maafkan mama ya nak mama terlalu senang kamu akan jadi menantu mama hehe. Dulu mama juga tomboy kayak kamu loh sebelum ketemu papanya Stevan. Tapi setelah itu mama perlahan berubah agar papanya Stevan gak genit sama cewek lain. Kamu juga nanti belajar dandan ya sayang"
"Iya ma" jawab Dita. Dalam hatinya dia menyesal menikahi Aaron. Kalau saja dia belum nikah mungkin dia bisa dekat dengan Stevan yang kaya raya dan gantengnya kebangetan mengalahkan kegantengan oppa kimbum dan oppa Lee min ho. Mana mamanya baek banget dan sefrekuensi aduh nikmat apalagi ya kau dustakan ya Tuhan.
Tring tringg tring
Suara nada telepon hp Dita bergetar. Ternyata Aaron yang menelponnya. Ganggu saja nih orang gak bisa sehari saja membuatnya tenang.
"Maaf saya angkat telepon dulu" ucap Dita pada mereka lalu sedikit menjauh menjawab telepon dari Aaron.
"Halo Dita!! apa kamu sibuk? tolong aku Dit hiks hiks hiks" tangis Aaron dari seberang telepon.
"Kamu kenapa lagi? tiap hari ada aja ya masalah yang kamu buat. Coba katakan pelan-pelan jangan nangis mulu" tanya Dita setengah berbisik.
"Aku ditilang sama polisi gara-gara lupa bawa helm. Dita tolong aku hiks hiks aku takut sama bapak polisi ini. Dia marah-marah terus Dit hiks hiks hiks"
"Yasudah tunggu disana jangan kemana-mana. Shareloc aja tempatnya aku kesana sekarang"
"Iya dit nanti sekalian beliin aku tisu basah, minuman yang mengandung oksigen satu, sama masker juga. Aku nggak bisa minum sembarangan yang dijual di pinggir jalan nanti aku mencret Dit tolong ya istriku cintaku"
"Iya bawel!! udah dulu ya aku tutup dulu teleponnya" Dita mematikan teleponnya sepihak lalu kembali menghampiri Stevan dan mamanya.
"Ma saya permisi dulu ya mau pulang soalnya ada banyak kerjaan di bengkel" ucap Dita.
"Yah padahal mama masih ingin ngobrol banyak sama kamu. Stevan tolong anterin Dita sampai ke bengkelnya. Jangan biarkan Dita pulang sendiri" suruh mama Stevan pada anaknya.
"Tidak usah ma. Aku juga bawa motor kok. Ini juga lagi buru-buru banget kalau pakai mobil nanti aku telat ma" tolak Dita.
"Hem yasudah sayang hati-hati di jalan ya. Nanti jangan lupa main kerumah mama ya nak" mama Stevan mencium pipi Dita sebelum Dita pergi.
"Iya ma" jawab Dita merasa terharu. Mama Stevan baik sekali gak kayak mertua-mertua yang diceritakan di film indosiang.
"Ayo aku antar sampai bawah sayang" Stevan merangkul Dita sampai ke lantai bawah. Para karyawan menatapnya iri karena dia adalah satu-satunya wanita yang digandeng oleh Stevan.
"Pak aku pergi dulu ya terima kasih tehnya"
" Saya juga berterima kasih karena kamu mau pura-pura jadi pacar saya. Ini kartu nama saya. Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa hubungi saya di nomor yang tertera disana."
Dita menerima kartu nama yang diberikan oleh Stevan lalu menyimpannya.
"Iya pak kalau begitu saya pulang dulu" Dita kemudian berbalik dan meminta kunci motornya pada satpam. Dia langsung bergerak ke tempat dimana Aaron sedang ditilang. Sebelum dia kesana Dita membeli semua yang dititip oleh Aaron di sebuah minimarket.
"Apa ya yang dipesan sama Aaron tadi? Ah sudahlah ambil saja yang ada" Dita mengambil pesanan Aaron dan langsung membayarnya di kasir.
Setelah itu Dita langsung meluncur ke TKP. Aaron bersorak kegirangan saat Dita datang untuk menolongnya.
"Dita sayangku!! istriku!! akhirnya kau datang juga sayang!! " Aaron langsung memeluknya dengan erat.
"Lepaskan!! kamu ini kalau lagi susah nyari aku!! kalau seneng nyari Tiara!!" sindir Dita. Setelah itu Dita menyelesaikan permasalahan Aaron dengan polisi yang menilangnya. Aaron malah sibuk membuka kantung belanjaan yang baru saja Dita belikan untuknya.
"Hah apaan ini?!" Aaron melihat ada tisu basah buat p****t bayi, minuman soda, dan masker medis.
"Dita!! kok ini sih?! kamu budek ya?! aku kan nggak pesan semua ini!! " rajuk Aaron dengan kesal.
"Udah bawel minum saja yang ada kalo masih bawel aku tinggal loh disini mau?! " ancam Dita.
"Iya iya!! galak banget!! " jawabnya kesal sambil membuka minuman soda yang dibelikan oleh Dita. Soda ini mengandung banyak kalori dan gula. Besok dia harus diet biar gak gemoy dan diabetes di kemudian hari.