Amira POV
Aku meremas celanaku dengan kuat sembari menutup mata merasakan rotan yang mencambuk diriku.
Itu semua karena aku telat datang dan begini akhirnya aku di hukum oleh ayah.
Aku mendengar terus u*****n kesal sebelum akhirnya dia meninggalkanku sendiri. Aku meringis kesakitan ketika aku menyentuh lukaku.
Inilah hidupku yang penuh dengan derita yang terus beruntaian air mata. Selama ini, aku dianggap sebagai hewan untuk semua orang termasuk orangtua dan semua saudaraku.
Aku selalu menerima perlakuan kasar mereka hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun ku lewati dengan penderitaan.
Terkadang aku berpikir, aku tak sanggup dalam menghadapi semuanya dan berdoa semoga aku pergi dari tempat ini atau aku ingin ada orang yang datang dan menjemputku untuk keluar dari desa ini.
Tapi, aku mengurung niatku untuk pergi karena keluargaku maksudnya bukan keluarga yang tinggal denganku tapi karena kakek dan nenekku, paman dan bibi dan juga sepupuku yang sangat baik padaku.
Aku sangat mencintai keluargaku yang juga menyayangiku. Tiba-tiba saja memoriku teringat tentang Om yang menyelamatkanku dan mengobati lukaku.
Aku tersenyum mengingat Om yang memperhatikanku dengan kasih sayang, baru kali ini ada orang luar yang menyayangiku saat pertama kali bertemu ya walau aku harus di cambuk dengan rotan tapi aku sangat senang bisa bertemu dengan Om Max yang sangat baik.
End of Amira POV
Max POV
Namaku Maxy Anderson, aku di kenal sebagai seorang CEO muda berbakat yang memiliki Anderson Corporation yang datar dan dingin.
Umurku baru 20 tahun dan aku cukup terbilang tampan bukan narsis ya tapi itu fakta yang ku perhatikan setiap harinya.
Bagaimana tidak ? Saat aku melewati seorang wanita, wanita tersebut hanya tersenyum malu atau tertegun yang paling menyebalkan ada beberapa wanita yang menatap genit padaku begitu juga saat aku berbicara dengan mereka. Mereka selalu mencari muka denganku.
Itu sebabnya aku tak tertarik dengan kaum hawa dan lebih mengutamakan pekerjaanku.
Sahabatku yang bernama Alvin bingung padaku karena aku tak tertarik pada wanita manapun, kalau di ajak pergi ke club aku pasti akan menolak.
Alasannya bermacam-macam tak minum alkohol, tak mau melihat wanita yang genit, atau yang paling jujur aku malas.
Dia bahkan mengatakan padaku bahwa aku adalah orang yang tidak normal *you know what i mean * tapi aku langsung membantahnya.
Pekerjaanku yang sukses membangun perusahaan besar berbeda dari kehidupan pribadiku. Aku hanya hidup sebatang kara, tak punya ayah dan ibu karena aku yatim piatu.
Selama aku kecil, aku hidup di panti asuhan sampai aku dewasa dan meninggalkan panti asuhan tersebut.
Tapi aku bahagia, mereka adalah keluargaku. Aku selalu ke sana setiap liburan hanya untuk bersilaturahmi atau membawa beberapa hadiah untuk adik-adikku.
Itulah aku Maxy Anderson, pria yang terkenal sebagai pria yang datar dan dingin seperti es menjadi pria yang hangat dan lembut berkat gadis bernama Amira.
End of Max POV