Studio milik Juna.
Nampak beberapa berkas berserakan di lantai dan juga di sekitar kaki Risa yang sibuk memperbaiki not-not didepannya. Matanya begitu fokus dengan kertas ditangannya sambil mencoba alur nada untuk menyelaraskannya. Hingga gadis itu tidak menyadari keberadaan Juna yang beberapa menit lalu telah memperhatikannya.
Juna mulai mendekati Risa dengan tetap menjaga pandangan matanya yang tertuju pada gadis itu. Kedua tangannya tersedia cangkir berisi kopi hangat buatannya. Juna mengambil tempat duduk di sebelah Risa dan meletakkan satu cangkirnya di atas meja.
"Minumlah."
"Ah terima kasih Juna oppa." dengan gugup Risa mengambil cangkir itu dan meminumnya secara perlahan. Baru disadarinya Juna mengambil tempat begitu dekat dengannya hingga bahu mereka terkadang bersentuhan.
"Bagaimana lagumu?" suara berat Juna yang terdengar begitu dekat menyadarkan Risa kembali pada tempatnya. Ini bukan waktunya untuk berdebar-debar.
"Aku mencoba menambahkan beberapa nada yang kupikir bisa menjadi lebih menarik oppa. Biarkan aku menyalakannya untuk kau dengar?" lalu musik mulai terdengar. Dengan fokus mereka mendengarkan secara seksama.
"Bagus. Sepertinya kau mulai belajar Risassi." Juna tampak puas dengan hasilnya. Jemarinya mengusap kepala Risa dan mengacak rambutnya sedikit dengan gemas. Jangan lupakan senyum manisnya yang tercetak di wajah tampannya. Dan itu semakin membangunkan jiwa fangirling Risa yang notebanenya adalah seorang Bora.
"Ah Ju-Juna oppa, kau membuatku semakin gugup. Terima kasih sudah bersabar mengajariku memakai alat-alat ini. Wahh dunia benar-benar modern sekarang bisa menciptakan alat canggih seperti ini. Membuat lagu jadi lebih mudah."
Risa benar-benar takjub dengan alat-alat yang baru diperkenalkan Juna padanya.
"Hahaha kau bicara apa. Kau pikir kau sedang berada di zaman purba ha. Dasar. Habiskan minumanmu. Jangan sampai mengotori berkas-berkas penting lainnya. Mengerti."
Juna kembali mengacak rambut Risa gemas. Dan beranjak menuju tempatnya.
"Ne oppa." suara Risa lirih sambil menjaga kecepatan detak jantungnya saat ini.
Ah . . Ternyata membuat lagu bisa semenyenangkan ini. ❤
.
.
Pagi yang cerah untuk memulai kegiatan di dorm STIGMA saat ini. Udara Seoul terasa segar sekali ketika matahari telah muncul menerangi seluruh kota. Begitu juga yang dirasakan Jung Wook dan Kim Baekhyeon yang baru saja pulang dari joging paginya. Terlihat keringat yang menetes dari masing-masing pelipis mereka.
Jung Wook mendorong pintu memasuki dorm terlebih dahulu diikuti Baekhyeon dibelakangnya. Mereka kompak menuju meja pantry untuk mengambil minuman. Dari ujung tangga terlihat Dongmin yang baru keluar dari kamarnya dengan setelan santai. Sepertinya pria itu baru saja selesai mandi. Tercium dari wangi tubuhnya yang kini berjalan mendekati mereka.
"Wah, kalian terlihat semakin bugar akhir-akhir ini." seru Dongmin sesampainya dihadapan mereka berdua. Tangannya meraih cangkir kosong disebelah Baekhyeon yang sedang meminum air putihnya.
"Tentu saja. Setelah ini kita akan bekerja keras, dan saat comeback nanti hyung tidak ingin terlihat paling lemah diantara kalian uri lovely dongsaeng." jawab Baekhyeon setelah meneguk satu liter airnya.
"Benar. Persiapan dari sekarang akan lebih bagus hyung. Dongmin-ah, kau juga harus persiapan dari sekarang. Jangan sampai kalah dari maknae line kita. Kau lihat Dayon? Anak itu sudah mulai bernafsu untuk menjadikan tubuhnya besar seperti Ye Jun."
"Apanya yang besar, Hyung." Tiba-tiba Dayon datang entah dari mana.
"Dayon-ah."
"Ya, lihatlah lenganmu ini. kau mencoba menyembunyikannya dari kita bukan." Jung Wook mengagumi lengan Dayon yang semakin terlihat jantan menurutnya. Disingkapnya lengan baju Dayon yang berwarna hitam. Memperlihatkan otot bisep yang mulai terbentuk. Dan menimbulkan decak kagum dari hyungnya yang lain.
"Uwahh, ya Dayon-ah." Dongmin tidak percaya melihatnya.
"Woah Dayon-ah kita. Sejak kapan kau membentuknya. Daebakk." Baekhyeon menyentuh otot itu dan menelusuri ruamnya. Terasa keras dan terlihat kuat.
"Benarkan hyung. Maknae line kita sudah tumbuh besar sekarang. Bora pasti akan senang melihatnya hahaha."
"Ya hyung kau membuatku malu." Dayon berusaha menutup kembali lengan bajunya. Dan itu menimbulkan gelak tawa dari mereka.
"Oh hyung, ternyata kalian disini." Park Yonghwa setengah berlari menghampiri membernya.
"Ada apa Yonghwa-yah."
"Kalian tidak melihat grup chat? Juna hyung menyuruh kita ke studionya sekarang."
"Memangnya ada apa? Kenapa tiba-tiba memanggil kita." tanya Baekhyeon sambil menghabiskan air minumnya yang tinggal sedikit.
"Aku juga tidak tahu hyung." ujar Yonghwa.
"Ayo kesana hyung." Dongmin melangkah lebih dulu diikuti yang lainnya.
"Oh, Ye Jun-ie bagaimana. Kau sudah memanggilnya?" Baekyeon menghentikan langkahnya ketika teringat maknae mereka.
"Anak itu sudah lebih dulu kesana menunggu kalian."
"Oh geure."
Park Yonghwa segera memasuki studio milik Min Juna setelah pintunya terbuka. Diikuti member yang lain.
Terlihat Juna yang berdiri didepan monitornya. Dan di sofa sudah dihadiri Jung Ye Jun yang sibuk memakan snacknya bersama Risa. Mereka terlihat akrab sekali seperti adik dan kakak sedari awal. Terlebih sejak Risa mengakui bahwa Jung Ye Junlah bias pertamanya. Itu membuat Ye Jun senang sekali mendengarnya dan terlihat bangga di depan hyungnya. Terlebih Baekhyeon. Entah ada apa diantara mereka yang selalu mendapat topik untuk saling mengejek satu sama lain. Mereka seperti Tom and Jerry di dunia nyata. Meski begitu siapapun juga pasti tahu bagaimana mereka saling menyayangi satu sama lain.
"Oh Risassi juga disini." seru Jung Wook. Dayon duduk disebelah Ye Jun dan langsung mencomot snack digenggaman Ye Jun. Diikuti Baekhyeon yang duduk disebelah Risa.
"Hai semua." sapa Risa dengan senyum cerianya.
"Kau sudah lama disini?" tanya Dongmin yang terlihat penasaran. Baekhyeon mulai menyenderkan punggungnya dan menghadap gadis itu.
"Umm, begitulah."
"Hyung, noona bermalam disini sejak kemarin, kau tahu." celetuk Ye Jun yang mengundang teriakan histeris dari para hyungnya.
"MWO!" (Apa!)
"Jinjayo!" (Sungguh!)
"Waeyo?" (Kenapa?)
"Juna hyung, kau curang. Aku juga ingin mengurungnya bersamaku."
"Yak! Yonghwa-yah pabbo." Dayon menjitak kepala Yonghwa. (Bodoh.)
"Apa yang kalian lakukan semalaman. Apa terjadi sesuatu yang enak?" otak m***m Dongmin segera meresponnya. Pria itu terlihat paling bersemangat.
"Bu-bukan begitu, Dongmin oppa."
"Semuanya, diamlah." kali ini Min Juna angkat bicara setelah selesai mengutak-atik layar didepannya.
"Gadis itu bermalam disini bersamaku untuk mengerjakan sesuatu. Dan sekarang akan kutunjukkan pada kalian. Kalian siap?"
"Nee!" seru mereka kompak. Dan Klik! Diputarlah lagu baru itu hingga selesai. Sejak nada awal terdengar suasana terlihat sunyi karena semua member langsung fokus mendengar dan memusatkan perhatian mereka terhadap lagu tersebut. Setinggi itulah dedikasi mereka terhadap musik.
Beberapa detik terlewati setelah lagu itu selesai diputar. Namun seluruh member terlihat masih terpaku dalam posisi masing-masing. Bisa diyakini bahwa mereka sedang takjub dengan lagu barunya karena setelah itu terdengar sorakan bahagia dari mereka.
"Daebak hyungg! Apa itu tadi." Ye Jun segera berlari ke depan layar untuk mengulang lagunya kembali menggunakan haedphone yang dipasang di sebelah telinganya. Mendengarkannya lebih seksama lagi.
"Hyung, kau luar biasa. Bukankah itu genre baru." seru Dongmin mengikuti Ye Jun yang mendekati monitor dan ikut mendengarkan kembali.
"Ya. Ini sebuah genre baru. Kita belum pernah mencobanya bukan."
"Wahh daebak. Kau memang genius hyung." Jung Wook bertepuk tangan dengan bangga. Diangguki yang lain juga.
"Itu benar sekali. Kita bisa menambahkan beberapa unsur lagi didalamnya." Dongmin memberi pelukan kecil pada Juna.
"Kau terinspirasi dari musim salju? Aku bisa merasakan suasana musim itu saat mendengarnya." kali ini Baekhyeon berbicara.
"Ne hyung. Melodinya terdengar lembut. Nan nomu joha." Ye Jun memberi dua jempolnya dihadapan Juna. (Aku sangat menyukainya.)
"Begitukah. Aku senang mendengarnya. Aku hanya menambahkan beberapa part saja disitu." ujar Juna tersenyum kecil. Pria itu dengan santai menyenderkan pantatnya di tepian nakas. Matanya masih tertuju pada satu objek yang tengah tertidur pulas di sofa dengan posisi duduk.
"Maksud hyung?"
"Gadis itulah yang membuatnya. Aku hanya membantu mengembangkan idenya."
Otomatis semua menoleh kearah Risa dengan tampang shocknya.
"Apa kau serius hyung?" seru Yonghwa sambil membulatkan matanya masih tidak percaya.
"Uh, noona tertidur."
"Ya. Kemarin dia datang menemuiku untuk memberikan berkasnya." Juna menunjukkan lembaran kertas milik Risa yang segera di periksa member.
"Summer Rain? Judulnya terlihat menyimpan banyak kenangan." celetuk Dayon.
"Oh kau memang benar." Jung Wook menyetujuinya.
Baekhyeon menepuk lembut pucuk kepala Risa yang tertunduk dan menariknya agar dapat bersandar di bahunya.
"Kau sudah bekerja keras, Risassi. Terima kasih." bisik Baekhyeon.
"Dongmin-ah, sisanya kuserahkan padamu. Kita juga harus membuat listnya."
"Ne, hyung."
"Aku jadi memiliki ide untuk membuat solo dance milik Yonghwa dalam lagunya nanti. Kita harus bekerja keras juga untuk ini anak-anak."
"OKE!"
"Ya-ya. Kalian bisa membangunkan gadis ini jika berteriak seperti itu." Baekhyeon mengintrupsi mereka.
"Dia terlihat lelah sekali. Apa kita akan membiarkannya seperti itu?" Dayon mendekati Risa.
"Jangan. Dia bisa sakit nanti. Haruskah kita memindahkannya?" Jung Wook menimpali.
"Biar aku yang menggendongnya, hyung." segera Yonghwa menempatkan diri di depan Risa dan membuka kedua lengannya untuk mengambil alih tubuh Risa sebelum akhirnya dicegah Baekhyeon.
"Tidak apa-apa. Biar aku yang melakukannya. Tolong bukakan pintunya saja." pria itu perlahan mengangkat tubuh kecil Risa diikuti Yonghwa yang menjadi doorboy untuk mereka. Baekhyeon menempatkannya di kamar Risa.
Setelah itu seluruh member kembali berkumpul di studio milik Juna untuk merapatkan kembali langkah selanjutnya. Mereka tidak ingin mengecewakan salah satu Bora istimewanya yang sudah bekerja keras membuatkan sebuah karya yang luar biasa untuk STIGMA.