"Kamu harus membayarku mahal, Liliana Soedibjo!" Ucapan dari Pradana tersebut membuatku termangu, untuk beberapa saat aku terpana dengan kehadirannya yang seperti superhero hingga aku lupa jika Pradana tetaplah Pradana, manusia perhitungan yang culasnya minta ampun. Dia memiliki sejuta cara untuk menikmati kelemahan lawannya. Dengan penuh ketidaksukaan aku masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di depan minimarket , membicarakan hal seperti ini dijalan sama sekali bukan hal bijak, apalagi setelah drama Pradana yang mengaku-aku calon suamiku. Dan rupanya untuk hal ini kita satu pemikiran, tak lama setelah aku masuk, pria ini pun menyusulku, terlalu banyak hal yang ingin aku katakan kepadanya hingga nafasku terengah-engah, itu sebabnya saat Pradana menyorongkan botol air mineral, aku langs