[Daaron & Dikara]
•••
Daaron, sosok abang yang tak pernah Dikara akui sebagai 'kakak', menyatakan cinta dengan ajakan menikah. Menyuruh Dikara menyimpan jawaban atas pernyataan cinta darinya, untuk nanti diutarakan saat satu sama lain sudah dewasa.
Tentu tidak Dikara anggap serius karena saat itu mereka masih SMP. Terlebih, dinding di antara mereka begitu tinggi. Bagaimana bisa dipersatukan?
Namun, seiring waktu banyak hal yang terjadi dan alasan kuat Dikara menolak cinta Daaron tidak sepenuhnya karena 'perbedaan'. Penolakan itu Dikara utarakan lebih awal dari waktu yang Daaron berikan, tepatnya sehari setelah tragedi yang membuat cacat kesempurnaan seorang Dikara.
Mestinya Daaron henti berjuang karena lelaki itu salah satu saksi dalam tragedi, melihat Dikara terbaring tanpa busana dengan seorang pria. Harusnya Daaron jadi yang paling kecewa melebihi Dikara atas dirinya sendiri. Nyatanya, cinta Daaron untuk Dikara begitu besar lebih dari yang orang tahu.
Sayang, jawaban Dikara tetap sama. Dia menolak.
Tahun-tahun berlalu. Dikara pikir tentang Daaron sudah usai, apalagi lelaki itu dikabarkan telah bertunangan dan akan segera menikah.
Daaron laki-laki yang sangat layak untuk itu. Perihal layak, Dikara yang tidak. Daaron terlalu sempurna untuknya yang merupakan 'kado rusak'.
Bukan lagi tentang 'perbedaan' yang agung, tetapi keras kepalanya seorang Dikara. Namun, di suatu pagi, entah bagaimana ceritanya Dikara terbangun dalam pelukan hangat calon suami orang.
Daaron berucap, "Ini yang kedua. Abang nggak jamin gak akan ada yang tumbuh di kamu."
Seyakinnya tidak terjadi apa-apa walau terbangun di atas kasur yang sama. Dan lagi, bagaimana bisa Dikara ada di sana? Dengan calon suami orang. Tak cukupkah gelar kado rusak tersemat, lalu sekarang Dikara dapat gelar sehina pelakor?
Mereka lantas berpandangan.
Entah sejak kapan Dikara tak lagi bisa mengartikan sorot mata seorang Daaron Edzhar Reinaldi.
•••
[Dewasa 21+]