Aku melihat semuanya terasa nyata bagiku, aku mengalami semuanya pertengkaran pertamaku dengan Nathan. Harusnya aku bahagia karena untuk pertama kalinya juga, dia berbicara sepanjang itu setelah 3 bulan aku mendekatinya, berusaha untuk membuatnya berbicara selain Ya dan Tidak.
Aku kembali melangkahkan kakiku menuju lapangan basket dan semuanya kembali berputar.
>>> Flashback On
Sejak hari itu sudah 2 minggu aku tidak pernah membuntutinya lagi, terserah dengan permintaan dari ketua yayasan. Siapa yang kuat kalau terus-terusan di hujani dengan kata-k********r. Sebenarnya sudah sering kali Nathan berbicara kasar pada ku tapi kejadian waktu itu benar-benar terlalu kasar untukku dan itu adalah batas kesabaran ku.
Aku berjalan menuju kantin sekolah yang berada di sebrang gedung sekolah dan harus melewati lapangan basket dan sepak bola di antaranya. Aku mendapati Nathan yang sedang melakukan shoot dengan lihainya aku terdiam sedikit terpukau dengan caranya mendribble bola basket di tanganya itu. Aku tidak tahu kalau dia pemain basket yang handal. Pantas saja baru masuk team, dia sudah dipercaya memegang team basket sebagai ketua. Takut kepergok sedang memandanginya aku berlalu, melanjutkan langkahku menuju kantin. lagi pula Lisa pasti akan mengomel karena menungguku terlalu lama
"Awaaasssss" aku mengalihkan pandanganku pada wanita yang berteriak ke arahku, dengan cepat aku berbalik dan mendapati bola basket dengan kecepatan 180 KM
Menghampiriku. Seakan akan waktu berslowmotion, bola basket itu sedikit melambat, aku memejamkan mataku dengan pikiran mungkin dengan memejamkan mata, rasa sakitnya tidak akan terlalu parah mengenaiku.
BUKK
Aku mendengar suara bola basket itu, namun aku tidak merasakannya mengenaiku tidak, sama sekali. Hanya ada sesuatu yang aneh di tubuh ku, terasa seperti sesuatu mendekapku aku juga merasakan desahan nafas menerpa wajahku,..
Aku membuka mataku dan ….
Binggo!!
Seseorang sedang mendekapku aku rasa salah seorang pemain basket melihat seragam yang ia kenakan, tunggu, aku mengenali ini.
Dia mengangkat kepalanya dan menatapku
"NATHAN!!" aku terkejut. Mataku membulat sempurna menatapnya yang juga membalas tatapanku.
"dasar ceroboh,!! kalau berjalan cobalah untuk tidak melamun dan terus memandangku dengan tatapan bodohmu itu" ucapnya yang kemudian melepaskan dekapannya dan berlalu dari hadapanku. Lagi, lagi meninggalkanku seperti orang bodoh
Aku tersadar "jadi.. dia tahu aku memandanginya tadi, Analice kau memalukan. Lagi, lagi kau melakukan hal bodoh" aku merutuki diriku sendiri dan berlalu berlari menuju kantin sekolah dengan kedua tanganku menutupi sebagian wajahku malu
"Argghhhh”
***
2 bulan kemudian…
Hari ini sekolah sibuk dengan pergelaran acara olahraga sekolah yang sering di adakan 1 (satu) tahun sekali, dan tahun ini sekolahku di jadikan tuan rumah pertandingan, karena aku ikut dalam gabungan OSIS, aku tidak di perkenankan ikut dalam kompetisi dan menjadi pembimbing dalam setiap bagian acara. Sialnya, aku kebagian dalam sebuah team basket dan hebatnya di sana ada Nathan, pria yang akhir-akhir ini sedang kuhindari selain di kelas. Karena kami 1 kelas dan dia duduk tepat di belakangku, dan aku tidak bisa melakukan apapun untuk menghindarinya di sana.
"Ana mana vitamin yang kau ambil tadi?" tanya Deren padaku, salah satu anggota klub basket. Aku pun langsung mengambil salah satu vitamin dan memberikan padanya. Entah kenapa bukan sebagai pembimbing, aku malah lebih mirip sebagai pembantu saat ini, segala yang meraka butuhkan harus aku siapakan.
5 menit lagi pertandingan basket akan segera di mulai, semua peserta mulai berbaris untuk diberikan pengarahan dari kepala sekolah, kami berhadapan dengan sekolah dari Oregon High School...
Entah perasaan ku saja atau mataku yang mulai tidak fokus, tapi salah seorang anggota tim basket lawan kerap kali memberikan senyumnya padaku. Aku menatapnya bingung antara membalas atau tidak senyuman itu, dengan sedikit canggung aku menunduk dengan senyum kaku di bibirku, dia membalas ikut tersenyum namun, tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan yang melingkar di pinggangku.
Aku menoleh dan mendapati nathan lagi-lagi. Dia menarikku untuk mendekat ke arahnya hingga tubuh kami menempel, aku melihatnya membalas tatapan pria yang tadi tersenyum padaku, dengan sedikit sinis dan smirk di bibirnya.
Aku menatapnya bingung hingga dia beralih menatapku dalam.
*PRITTTTT
Peluit berbunyi tanda pertandingan di mulai, tapi aku maupun Nathan belum ada yang beralih dan menyerah untuk berhenti. Nathan mendekat menempelkan bibirnya di bibirku sedikit melumatnya hingga membuat mataku membulat menatapnya hingga akhirnya ciuman itu berhenti dan dia berlalu dari hadapanku walaupun sebelumnya, terlihat dia tersenyum sebelum berlalu meninggalkanku yang menatapnya bengong
Dengan perlahan aku menyentuh bibirku "Ciuman pertamaku –aishhh" jantungku berdebar entah kenapa. Senyum perlahan mengembang di bibirku apa aku mulai menyukai. Bukan lebih tepatnya mencintai Nathan.....
>>> Flassback off
Buliran bening itu lolos mengalir di pipiku, kenangan itu terasa manis aku menyentuh bibirku bahkan bibir Nathan seakan masih terasa dibibirku.
Air mataku lagi-lagi menetes....
Aku menyeka air mataku dan berjalan kembali mengelilingi sekolah.
>> Flashback On
Aku dan Nathan berkuliah di tempat yang berbeda dia melanjutkan kuliahnya selama 4 tahun di California jurusan bisnis, sementara aku melanjutkan studiku di Chicago jurusan desainer. Aku ingin mengejar cita-cita ku sebagai seorang desainer ternama walaupun kami berbeda jarak kami masih saling berhubungan. Nathan akan pulang 1bulan sekali atau aku yang ke sana dan setiap malam dia akan melakukan video call denganku
Kini aku dan Nathan, kami sedang berada di taman. Pagi-pagi sekali dia datang ke rumahku dan mengajakku untuk menikmati liburan kami, setelah kelulusan 6 bulan yang lalu dan liburan dari setumpuk kerjaan yang menghadang kami. Setelah pulang Nathan langsung di suruh belajar menjadi penerus perusahaan nenek nya.
Itu juga adalah salah satu syarat untuk menikah denganku syarat dari nenek, dan memenuhi kesepakatan dari kedua orang tuaku.
Menyebalkan bukannya mengajakku jalan-jalan di taman seperti yang orang lain lakukan dia malah tertidur di pangkuanku. Sudah 1 jam seperti ini dengan tanganku yang mengelus rambut hitamnya.
"Nathan" panggilku sambil mengusap kepalanya dengan helaian rambut hitam miliknya di sela-sela jariku
"Nathan" panggilku lagi yang masih tidak di hiraukannya
"aishhh... Nathan!"
"hmmm"balasnya.
"mau sampai kapan kau tertidur seperti ini ayo kita jalan-jalan ini liburan pertama kita setelah 4 tahun. Eoh, dan kau malah mau bermalas-malasan seperti ini" dia hanya tersenyum mendengar ocehanku.
Dia bangkit dan duduk di sampingku dan beralih menatapku dengan senyumnya yang sangat manis. Diam-diam aku adalah pengagum senyuman Nathan, dia jarang menunjukan senyumannya. Tapi dia selalu menunjukannya padaku, haruskah aku bahagia karena itu. Dia meraih tanganku dan menggenggam tanganku , ibu jarinya mengelus lembut kulitku.
"haruskah kau dapat tepukan tangan dariku Nathan, perlakuanmu membuat jantungku terasa akan lepas" ucapku yang membuatnya tertawa.
“baiklah nona, kau mau kita kemana hari ini?" aku nampak berfikir dan kemudian beralih menatapnya yang sedang menunggu jawabanku
"ayo kita ke lotte world"
***
"huaaaaaa...... hahahahaha..... aaaaaaaaa"
"oh rambutku....ckckckckck"
"ayo kita naik wahana yang lain Nathan" aku menarik tangannya seperti seorang anak kecil yang meminta permintaannya untuk di kabulkan, Nathan juga tidak menolak setiap ajakanku
Kami menaiki hampir semua wahana di lotte world hanya beberapa permainan yang tidak kami naiki karena itu untuk anak, anak !!
Caffetaria
Di sini kami di sebuah Caffetaria menikmati sebuah kopi, kesukaan kami masing-masing dengan sebuah kue manis. Aku memesan cappucino dan Nathan memesan kopi americano.
#PRANGGG
Salah seorang pelayan tidak sengaja memecahkan piring saat mengantarkan salah satu dessert untuk kami. "maafkan aku" ucapnya seraya menundukan kepalanya berkali-kali, walaupun kami berdua juga sudah berkalI-kali mengatakan tidak apa-apa.
Nathan mengambil sebuah serpihan paling besar di daerah sekitar kakiku menjauhkannya dan memberikannya ke pelayan yang datang untuk membersihkannya.
"tanganmu berdarah" serukku heboh yang mendapatinya menatapku bingung, dia melihat ke arah tangannya yang sedikit mengeluarkan darah karena serpihan piring.
Aku menggeser bangkuku mendekatinya.
"hisap" perintahku padanya dia menatapku bingung seolah bertanya, hisap darahku?
Aku mengambil tangannya, mengelap ibu jari tangannya yang mengeluarkan lumayan banyak darah dan langsung menghisapnya. Aku pernah membaca sebuah artikel kalau air liur dapat membantu penyumbatan atau menghentikan darah sementara. Aku merasakan Nathan yang sedikit terlonjak atas perlakuanku padanya.
"tunggu sebentar" ucapku dia mengangguk. Aku meraih tas ku untuk mengambil sebuah plaster yang selalu aku siapkan di tas ku. Aku termasuk orang yang ceroboh plaster, dan obat selalu ada di tasku saat aku pergi kemana pun untuk berjaga-jaga. Aku memplester jarinya yang terluka.
"selesai" aku melihat ke arahnya yang sedang menatapku dalam mungkin sejak tadi tanpa aku sadari.
"kenapa kau menatapku seperti itu?!!" tanyaku dia mendekat dan menciumku singkat
Aku terpaku terdiam atas ciuman singkat itu yang tiba-tiba, dia tersenyum dan kembali mengecup singkat bibirku hingga berkali-kali hingga akhirnya aku tersadar.
"sudah hampir sepuluh kali kau menciumku di tempat umum tuan" lagi-lagi Nathan terkekeh.
"siapa suruh menatapku seperti orang bodoh"
"APA!" ucapku terkejut. Lagi-lagi Nathan menempelkan bibirnya di bibirku, lebih lama dari sebelumnya. Dia melumat bibirku begitu juga denganku yang membalas setiap lumatannya sambil memejamkan mata.
Untung saja Cafe ini mempunyai sekat dan lampunya sedikit redup dan lagu romace yang begitu mendukung suasana saat ini. Nathan menghentikan lumatan kami dengan kening kami yang masih menempel 1 sama lain dan memejamkan mata
"jangan pernah memperlihatkan wajah bodohmu itu pada pria lain selain aku. Awas kalau kau melakukannya. Mati kau" ancamnya padaku
Aku tersenyum dengan masih memejamkan mataku" itu ancaman –eoh terdengar mengerikan" ucapku yang membuat kami terkekeh hingga Nathan kembali menempelkan bibirnya padaku dan kembali melumatnya.
>>> Flashback Off
***
Aku melangkahkan kakiku menaiki 1 demi 1 anak tangga di sebuah bukit dengan dedaunan berwarna kuning kemerah-merahan di setiap pesisir jalannya. Aku berhenti melihat ke arah gundukan tanah. Air mataku mentes, dadaku mulai sesak
"haaaaaaaahhhhhhhhh" nafasku tercekat
"Ana"
Terdengar seseorang memanggilku. Wajahku mendongkak melihatnya. Bibirku tersenyum ketika melihat seseorang yang sudah begitu lama tak bertemu.
"grandma"
***
Aku berdiri menatap sebuah batu nisan bertuliskan Nathan. Mataku perih, mulai berair dan meneteskan, setetes demi tetes air mata yang tidak pernah bisa ku bendung untuk menangisi Nathan.
"Aku datang Nathan, aku merindukanmu" aku membersihkan setiap ilalang, walau tidak banyak aku masih bisa melihatnya. Aku meletakan bunga lili di dekat batu nisan. Aku ingat dia bilang bunga lili itu cantik aku tersenyum mengingatnya. Ya tuhan sungguh bayangan Nathan tidak bisa lepas dari pikiranku. Grandma tersenyum ke arahku, aku membalasnya tak kalah hangat
"aku ingin bicara padamu Ana"
Aku terdiam menatap grandma yang tersenyum padaku hingga akhirnya aku membalas senyumannya seraya mengangguk setuju.