7-TURUN!

1328 Kata
Acara berangsur selesai Mike masih menunggu Adisa dan sahabat-sahabatnya mengabadikan moment kelulusan mereka memamerkan attribute wisuda kebanggan yang mereka kenakan. Tampak mereka di sana melampirkan tawa-tawa yang terdengar pecah di hadapan photographer. Mike sudah berkali-kali mengangkat arlojinya membuat Adisa mengerti, ia pun memutuskan menyudahi pemotretannya. “Guys, aku duluan ya!” “Loh tunggu dong, padahal kita mau ngajakin Om lo foto bareng, kali aja jodoh!” Celetuk Gresaa. “Ngaco kamu Gress, ketuaan tau!” Gelak Adis. “Yang kaya gitu lagi Hype tau!” Sahut Gressa mendorong kursi roda Adisa untuk kembali ketempat pembantunya. “Dis, Lo udah putus sama Wafda?” “Nggak tau deh Gress!” Adis menghela nafasnya berat sangat tidak ingin membahas ketidakjelasan hubunganya. “Aku Pulang duluan ya.” Adisa menoleh kesamping. “Kiaaaaa! Aku duluan ya!” Teriak Adisa kepada Kia dilain sisi. “Eh, Tunggu dulu Dis!” Panggil Kia memberhentikan Gressa yang mendorong. Gressa dan Adis menunggu Kia yang melangkah cantik berlenggak-lenggok mendatangi mereka, “Dih, anak pengusaha garam, Sok ngartis!” Celetuk Gressa. Kia tertaqa, “Itu di sana ada bapak ibuku, kalian belum nyamperin!” “Sudah, lo aja sibuk pacaran mulu!” “Sudah deh ya Guys, Om aku nungguin, lihat mukanya sudah kayak lipatan apa gitu.“ “Tunggu dulu Dis, ada yang mau aku sampein! tapi please jangan kaget, Please! ya... mungkin aja kita salah” Adis menatap serius Pada Kia, “Apaan? Jangan basa-basi deh,Ki!” Adisa menatap tegas mendadak perasaannya tidak enak. “Tentang Wafda?” Tudingnya seketika. Gressa yang tadi berbasa-basi menanyakan menjadi terkesiap, “Lo udah tau Dis?” Adis menggeleng, “Apaa? Kalian berdua tau apaan?” “Pak Wafda kemarin pulang dijemput cewek!”Jelas Kia. “Nggak usah Pak Pak deh Ki! Jijik gua! Dia sudah bukan Dosen kita lagi sekarang.” Kesal Gressa. “Jadi aku mau manggil apa Gressa, aneh nih anak namanya juga dia pernah jadi pengajar disini!” Dada Adis bergemuruh ia tidak ingin menyahuti perdebatan kedua temannya lagi-lagi keburukan Wafda jelas dan nyata. “Gua sudah bilang juga! Wafda itu gak bener, otaknya dimana coba, masa iya mau pacaran tapi hubungan harus di batasi. Ya emang sih bener! Agama juga ngajarin gitu. Tapi tolong bilang ke dia kalau mau jahat ya jahat aja, jangan bawa-bawa agama, ingin memperbaikidiri jadi pribadi yang lebih baik, dih gua santet juga tuh orang!” Kesal Gressa meledak-ledak. “Yahh…Kok Emosi!” Kia tertawa. “Cewek itu jemput dikampus?” Tanya Adisa pada keduanya. “Depan kampus lah, Kaga tau sih apa tujuan dia datang, time kita lagi mau makan tuh di kantin belakang mampir habis masukin lamaran-lamaran kerja. Eh…Ada Wafda depan gerbang sumringah amat ngelambai sama tuh cewek terusmasuk deh kedalam mobil.” “Mobilnya ingat?” “Pajero nya si Wafda kalau nggak salah.” Lanjut Kia. Sebah, Kesal, sesak rasanya Adis ingin berteriak, sebisa mungkin ia menahannya bukan mendua yang membuat sakit tapi sebuah kebohongan,“Yaudah, nanti aku cari tahu lagi!” “Masih mau lanjut, Dis?” Gressa menggeleng, “Lo itu enggak di Anggap, dibohongi, dipermainkan!” Gressa benar-benar menggeram dengan tangannya yang terus mengepal-ngepal. “Gress, kita kan belum pasti bener Dis mending cari tahudulu kali!” Adis sudah bergemuruh ini semua sudah jelas Wafda membuatnyabenar-benar telak sudah dibohongi di selingkuhi. Apakah itu Kak Mayra? Bagaimana bisa jika itu kak Mayra dia kan tau hubungan aku dan Wafda seperti apa, bahkan dia satu-satunya dikeluarga yang tahu tentang aku dan Wafda. “MASIH LAMA LAGI!!” Boritone itu menyadarkan ketiganya ada orang lain yang menunggu Adis disana. Kia dan Gressa terkekeh, membuat Adis memutar sendiri kursi rodanya untuk bergerak, “Aku duluan ya, sering-sering hubungin aku!” “Jagain jodoh Gue Dis.” Gelak Gressa melambai pada temannyaitu. *** Suasana dimobil tampak terasa hening tidak sepecah ketikapergi tadi Adis tampak diam ditempatnya begitupun Mike didepan tampak sangat sibuk dengan gawainya. “Mbak Adis, kok kalem, tumben…baru juga senang-senang.”Celetuk Pak Untung yang lagi mengemudi. “Aku pulang ke kos aja deh, Pak Un!” Alihkan Adisa ucapanPak Un. “Loh, jangan Mbak nanti disana sama siapa?” Teh Nina menatap prihatin, “Pokoknya jangan ya Mbak Adis, pulang kerumah pokoknya sebelum sembuh dirumah dulu” “Cuma gini aja teh jangan khawatir, aku dikosan lebih nyaman tau. Anak-anak dari yayasan pengajar pun kalau mau mampir aman, kalau dirumah pasti ayah, Ah… Teh Nina tahulah, di anggap macem-macem.” “Aduh Mbak, udah deh jangan mikirin orang dulu, fikirin diri sendiri aja dulu.” Sambung Pak Untung menimpali. Mike yang sedari tadi menjadi pendengar memasukan gawainya kedalam jas miliknya, kemudian sedikit menoleh kebelakang pada Adis yang berada di kanannya. “Turunin disini saja Pak Untung, terserah dia mau kemana, jangan pernah di tolongi lagi!” Mike berucap tenang dan dalam kemudian mengalihkan wajahnya kejalan, “Tidak tahu berterimakasih.” Adis menunduk tidak membalas cercaan Mike ia yang sedari tadi diam bergelut dengan fikiran nya atas ucapan kedua temannya tentang Wafda pun mendadak mengeluarkan bulir beningnya. “Sialan kenapa sakit banget ya dibilangi kaya gitu doang!” “Egois, tengil tapi cengeng, tidak tahu berterimakasih!” Seringai Mike sadar Adisa sudah menangis “Siapa yang egois! Kalau enggak mau nolong, ngapain ditolong, siapa juga yang mau ditolong Anda!” hikss hikss Adis membuang wajahnya melihat kejalan dengan tangan menyeka air mata dipipinya. “Udahh.. toh Mbak, jangan nangis." Bujuk Teh Nina. Adis tidak mengindahkan,“Pak UN! Berhenti disini!” Pinta Adis membuat Pak untung terkesiap. “Mbak Adis, jangan!” Pegang Teh Nina pada Adisa. “PAK UN. AKU MAU TURUN!!” Pekik Adisa. Pak Untung bingung melihat pada Mike menatap meminta arahan. “PAK UN, DENGER GAK SIH AKU BILANG AKU MAU TURUN, TERSERAHAKU MAU KEMANA! Aku enggak bakalan merepotkan kalian lagi” Hikss hikss Ada banyak hal yang membuatnya tidak ingin kembali tentang orang tua nya yang tidak peduli, Tasya yang akan kembali juga ia ingin menyelidiki Wafda dan Mayra diluar sana dengan mudah. Hiksss hiksss… Suasana seketika hening hanya terdengar isakan kecil Adisa dan Teh Nina yang membujuk pelan. “Sudah! Sudah selesai teriak-teriaknya, sudah? Pak Un berhenti didepan!”Perintah Mike menunjuk ke arah trotoar padahal masih berada ditengah kotasangat jauh dari kost-kost’an Adisa. “Serius Pak?” “Ya serius!” Tegaskan Mike lagi. “Mas Mike jangan, masihan Mbak Adis nanti kenapa-kenapa dijalan gimana?” Resah Teh Nina menatap pada Adis yang mendadak diam tidak percaya Mike akan menurunkannya ditengah jalanan. Pak Untung pun tidak bisa membantah, “Pak Bos, benar nih?” Tanya Pak Untung lagi saat mobil sudah diperlambat lajunya. “YA…” Mobil pun berhenti tepat didepan gedung-gedung tinggi di tengahkota tepat ditrotoar jalan. “TURUN!” Sentak Mike kepada Adisa yang mematung. Gadis itu menghela nafas tidak menyangka akan seperti ini dengan kasar ia menarik tasnya melepaskan semua Attributenya. “Teh tolongi ke kursi roda!” “Mbak jangan, Mbak mau kemana?”Khawatir Teh Nina berusaha menghalau. “Turun cepat!” Sarkas Mike lagi membuat Adis mengumpat dalamhati dan lagi-lagi hampir menangis merasakan lengkap dikelilingi orang-orang tidak ada hati. Teh Nina pum turun membuka while chair Adis diluar mobil dengan Adis yang perlahan-lahan menggeser untuk turun kemudian disambut Teh Nina tangannya untuk turun. “Mbak, ya Gusti Mbak, Kenapa jadi begini saya ikut mbak ya!” Gusarnya terus memapah Adisa ke kursi rodanya. “Teh Nina, maik cepat! jangan lama-lama, biarkan dia entah kemana terserah!” Perintan Mike lagi. Membuat Adisa menahan kubangan air matanya yang sudah membajiri korneanya merasakan sesak didadanya atas sarkasan kejam Mike bertubi-tubi. “Naik teh, Adis nggak Apa-apa” Dengan berat hati Nina pun masuk kembali ke dalam mobil menatappenuh air mata pada gadis malang dan keras kepala itu seketika pintu mobil Mike pun tertutup sendiri “Jalan Pak!” Perintah Mike tiba-tiba ia turun. Membuat Adisa benar-benar terperangah menatap heran pada laki-laki yang berdiri tinggi di hadapannya itu dan mobil pun sudah melaju pergi meninggalkan keduanya di sana. “Om, kau?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN