Chapter 76 - Mr. Pella Empat Tahun Kemudian (1985)

1343 Kata
Mr. Pella mulai mencari cara agar ia dapat kembali ke Dunia Waktu dan membalas perbuatan saudaranya, Tunc. Saat membunuh Tn. Lion, Cat membawakannya sebuah buku yang menjelaskan cara mengendalikan ketiga goblin yang di segel di pulau itu. Ia berencana akan menggunakan ketiga Goblin legenda tersebut dalam upaya p*********n Dunia Waktu.  Selain menggunakan Goblin, Mr. Pella berencana untuk membuat sebuah robot hebat yang tak terlawan yang akan menjadi tentara nya saat melakukan p*********n di dunia waktu. Ia memilih murid terbaik mereka yang akan melakukan penelitian diam-diam. Setiap murid yang terbaik dari tahun ke tahun akan dipilih sehingga bisa melanjutkan pembuatan robot raksasa tersebut. Setiap murid yang dipilihnya haruslah merahasiakan hal tersebut. Mereka tidak boleh membicarakan hal tersebut kepada siapapun. Mereka yang terpilih menjadi team dalam penelitian pasti mendapat perlakuan istimewa dibandingkan dengan murid-murid yang lain. Setiap awal tahun ajaran, Mr. Pella akan membuat sebuah pertandingan yang bernama, Hoki Robot sebagai bagian dari acara penyambutan murid baru. Murid-murid dari tingkat pertama hingga ketiga akan diberi kesempatan untuk bermain memperebutkan kemenangan. Ide tersebut didapat dari Jumbur. Ia membuat robot yang akan bertanding di arena memainkan permainan hoki. Murid-murid yang terpilih akan mengendalikan robot tersebut dengan alat pengendali yang ditempelkan di otak. Pemenang dari ketua tim akan dijadikan tumbal saat upacara keturunan istimewa. Murid-murid yang lain tidak akan tahu tentang hal tersebut, karena Mr. Pella mengalirkan racun pelupa ingatan kepada seluruh murid dari lubang udara. Mereka akan melakukan hal tersebut setiap tahunnya. Ini adalah cara terbaik untuk memilih murid dengan daya tingkat otak yang dibutuhkan sebagai tumbal. Empat tahun berlalu. Tak terasa waktu menjadi sangat cepat berlalu. Mr. Pella berusaha untuk mengendalikan pemerintah dengan kekuatannya dalam mendidik manusia. Tetapi, ia masih belum berhasil. Tujuannya bekerja sama dengan pemerintah adalah agar beberapa pabrik pemerintah mau membuatkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk robot paling canggihnya. Ia juga membutuhkan uang yang sangat banyak untuk membangun robot itu. Dengan dukungan finansial dari pemerintah, barulah ia bisa membuat robot tersebut dengan lancar.  Di awal pembuatan robot, ia mencoba menggunakan dengan biaya yang dihasilkannya dari uang sekolah murid. Tetapi, itu tidak cukup. Selama empat tahun ini, ia mencoba untuk membuat pemerintah percaya kepadanya, tetapi belum juga berhasil. Ia mencoba untuk menghubungi Ms. Slufi agar mau membantunya, tetapi ia selalu menghindar. Ms. Slufi secara terang-terangan berkata bahwa ia tidak ingin berurusan dengan Mr. Pella lagi untuk sementara waktu. Padahal kejadian kesalahpahaman itu sudah terjadi empat tahun lalu. Mr. Pella tidak ada pilihan lain. Sambil bersabar, ia menunggu moment dimana ia akan mendapat kepercayaan dari pemerintah. Untuk sementara, ia menggunakan budget tipis yang dimilikinya untuk penelitian tersebut. Mr. Pella sedang menunggu Tn. Smith. Ia menunggu kabar, apakah ia sudah menemukan anak dari Flos. Sudah empat tahun, dan tidak pernah didengarnya tentang Flos. Tak lama kemudian Tn. Smith datang. Ia memberikan laporan kepada Mr. Pella. Ia berdiri di depan meja Mr. Pella dengan menundukkan kepalanya memberi salam. Ia melipat tangannya ke depan sambil berbicara tanpa menatap mata Mr. Pella. “Saya sudah mencari kemana-mana Tuan, tetapi tidak menemukannya! Ada yang mengatakan bahwa ia bekerja di perusahaan Penelitian Indonesia! Tetapi, saya mencari ke sana dan mengatakan bahwa ia telah melarikan diri dari sana dan telah dibunuh!” Jelas Tn. Smith. “Benarkah begitu? Jadi keturunannya sudah mati?” Kata Mr. Pella lalu tertawa membayangkannya. “Hingga saat ini, hanya itu informasi yang saya ketahui Tuan!” Mr. Pella tertawa. “Apa maksud dari semua ini menyimpulkan bahwa ramalan tersebut akhirnya terhenti karena anaknya sudah mati?” “Sebenarnya mereka tidak mengatakan bahwa anaknya sudah mati. Tetapi yang bisa dipastikan bahwa suami Flos, yang bernama Rei dikatakan sudah dibunuh oleh pasukan direktur Penelitian Indonesia. Mereka berasumsi bahwa anaknya masih kecil dan tidak ada yang merawat. Bisa jadi anak tersebut sekarang kelaparan dan akhirnya mati!” Jelas Tn. Smith. “Itu tampak tidak bisa dipercaya. Tapi, kau sudah mengerahkan seluruh tenagamu untuk itu! Aku harus menghargainya. Kau coba cari informasi lain jika anak tersebut masih hidup!” Kata Mr. Pella.  Selesai memberikan laporan, Tn. Smith pun pergi dari hadapan Mr. Pella. Saat dalam perjalanan ia mengingat ancaman dari Mr. Pella, bahwa jika ia tidak juga menemukan anak dari ramalan tersebut maka ia akan dijadikan toples jiwa. Membayangkannya membuat kepala Tn. Smith sakit. Ia hanya kasihan melihat anak-anaknya nanti yang tumbuh dewasa tanpa seorang ayah. Mr. Pella kemudian pergi menyusun buku-bukunya di ruang perpustakaan miliknya yang sangat tinggi. Buku-buku tersebut tersusun di sekeliling dinding yang tinggi dan sebuah tangga roda disandarkan agar bisa mengambil buku dengan mudah. Ia menaiki tangga dan memilih buku-buku yang akan ia pelajari.  Sewaktu membaca buku tentang ramalan, seorang manusia ada mengatakan bahwa Alam memiliki kelicikan mendalam yang menyembunyikan dirinya di bawah penampilan keterbukaan, sehingga orang-orang sederhana berpikir mereka dapat melihat melalui dirinya dengan cukup baik, dan sementara itu dia diam-diam menyiapkan sanggahan atas ramalan percaya diri mereka. Mr. Pella langsung berpikir, “Sepertinya ada sesuatu di balik ini semua! Ramalan itu pasti terjadi dan anak itu pasti masih hidup!” Ia berbicara sendiri di ruang bacanya.  Saat sedang asik membaca, Cat datang ke kantornya dan memberikan laporan mengenai wabah yang terjadi. Sebuah wabah membuat banyak manusia menjadi mati. Tak ada yang bisa menghentikan wabah tersebut. Kabar baiknya, wabah itu tidak akan bisa sampai pulau mereka jika mereka tidak kembali ke kota. Selama wabah itu masih ada, mereka harus bisa membuat makanan sendiri dan bertahan agar tidak terkena wabah tersebut. Mr. Pella memandang ini sebagai peluang. Ia menyuruh Cat menyiapkan kapal menemui pemerintah untuk mengadakan tawar menawar. Ini kesempatan yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.  Ia pun berlayar dengan satu kapten dan lima awak kapal. Mereka dengan cepat pergi menemui kepala pemerintah. Sesampainya di sana, ia melihat keadaan sangat tidak terkendali. Ia memakai sebuah alat pernapasan yang membantunya dapat bernapas dengan baik meski ada banyak virus berkeliaran di sana. Sehingga ia berjalan dengan santai tanpa takut dan masuk ke ruang pemerintahan.  “Siapa kau?” Teriak seorang pria berpakaian putih dan berambut putih. Ia tampak stres dan dikelilingi oleh pria dan wanita yang tampak lebih muda darinya. Para penjaga mencoba mendorongnya keluar dari ruangan tersebut. “Tunggu sebentar!” Kata Mr. Pella mendorong penjaga tersebut dengan mudah. Kemudian ia membersihkan bajunya yang tersentuh penjaga tadi. Dengan berang ia memberikan tatapan balik. “Apakah kau kepala pemerintah?” Tanya Mr. Pella. Ia berjalan menunjuk. Masker yang dipakainya tidak membuat suaranya sama sekali terdengar kecil. “Ya, itu saya. Mengapa kau bisa masuk ke gedung ini. Ini hanya untuk staf pemerintahan saja!” “Kalau begitu, buat aku menjadi salah satu staf mu saja! Bagaimana?” “Apa tujuanmu sebenarnya?” “Aku ingin menyelamatkan kalian! Manusia sudah banyak yang meninggal. Hanya beberapa dari kalian yang tersisa. Ini tentu tidak bisa dibiarkan! Kita perlu penyelesaian!” Kata Mr. Pella. “Apa yang bisa kau perbuat?” Tanya kepala pemerintahan. “Aku akan berikan obat penawarnya, tetapi itu tidak akan banyak. Aku akan membuatkannya dalam waktu satu bulan. Jika berhasil, aku ingin kau memberikan ku menjadi pengawas seluruh pabrik di dunia. Bagaimana?” Ucap Mr. Pella memberikan penawaran. Mereka semua berbisik-bisik. Mereka masih kurang yakin. Kemudian salah satu dari mereka teringat dengan Mr. Pella yang sering mengajaknya bekerja sama, tetapi ia tidak mau. Ia mengatakannya kepada rekan-rekannya, dan mereka berburuk sangka kepadanya. Mereka berpikir bahwa Mr. Pella sangat haus akan kekuasaan. “Kalian mau atau tidak?” Senggak Mr. Pella. Ia tidak ingin lagi mendengar bisik-bisik dari mereka. Sangat tidak enak di kupingnya. “Buktikan dulu obat tersebut berhasil, kami akan rundingkan setelahnya.” Kata kepala pemerintah akhirnya. Ia juga takut menolaknya karena sikap Mr. Pella yang seperti orang gila. “Pelayanku akan mengantarkannya, dan kalian bisa mencobanya.” Kata Mr. Pella lagi.  Setelah merasa bahwa ia sudah cukup memberikan penjelasan, ia pun keluar dari gedung dan berjalan ke lantai paling bawah. Saat keluar gedung ia melihat pria yang baru saja terinfeksi virus dan menggelepar-gelepar. Ia mendekatinya, lalu menyeretnya. Ia membawanya ke dalam kapal untuk diteliti. Dengan begitu ia bisa membuat penawarnya.  Sempat terpikir untuk mengunjungi Ms. Slufi, tetapi ia mengurungkan niat karena tak ingin harga dirinya terinjak-injak karena kekhawatiran. Ia ingin Ms. Slufi yang merasa membutuhkannya dan akan datang ketika membutuhkannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN