Chapter 14 - Sol mendapat Keahlian

1619 Kata
Sol dan Mensis akhirnya sampai di istana. Mereka masuk ke dalam istana sambil memperhatikan setiap titik tempat untuk mencari keberadaan ibu mereka. Mereka mendengar teriakan Dari anggota prajurit. Mereka melihat beberapa prajurit sedang berdiri memandangi sebuah pengumuman yang melekat di dinding istana. Mereka mendekati dengan rasa penasaran dan berkumpul satu demi satu. "Prajurit terbaik dipilih untuk menyelamatkan putri Flos. Wah, ini akan hebat!" Kata seorang prajurit berbicara kepada dirinya sendiri. "Bagaimana kita bisa bertahan di Bumi di daerah para Mungkit?" Ucap prajurit lain kepada temannya. "Lihatlah, kau langsung ketakutan. Pasti sudah ada cara untuk bisa kesana makanya dibuat pengumuman ini." Jawab salah seorang prajurit. "Aku ingin melihat keindahan Bumi. Kakekku bilang, Bumi sangat indah." Seorang prajurit yang tiba-tiba nimbrung di antar percakapan itu. "Apakah ia pernah kesana?" Tanya penasaran prajurit di sebelahnya. "Sebelum adanya pengaturan Raja seperti sekarang, kita bisa mengintip dari ... aku tak tahu bentuknya. Pokoknya bisa. Ini rahasia!" Jelasnya. Sol dan Mensis mendengarkan cerita para prajurit. Mereka saling menatap karena kebingungan mendengar apa yang mereka bicarakan. Mereka belum tahu tentang perintah raja mengenai pembentukan tim khusus untuk penyelamatan putri Flos. Mereka pun berjalan lagi mencari ibu mereka. Tn. Klakson sedang berada di ruangannya. Ruangan kepala prajurit. Ia sedang sibuk menyiapkan bahan tes yang akan dilakukan untuk seleksi berikutnya setelah daun pohon Patron naik. "Paman!" Panggil Sol di luar pintu. Ia mempersilahkan mereka masuk lalu menghampiri mereka dan memeluk erat.  "Kalian selamat." Ucapnya. "Ya, kami bisa bersembunyi di lorong bawah sekolah." Ucap Mensis memberitahukan mengapa mereka bisa selamat. Tn. Klackson kemudian berganti memeluk Mensis. "Kau pandai Mensis! Semua yang berkhianat meski karena terpaksa juga ikut dihukum. Untunglah kalian tidak terlibat masalah ini!" Ucap Tn. Klackson yang menyentuh pipi mereka usai selesai memeluk. “Apakah kalian datang bersama ibu?” Tanya Tn. Klackson. Ia tahu bahwa ibu mereka, Femina sedang mencari mereka. “Kami berjalan ke istana hingga daun pohon Patron naik. Tak ada Sluppart yang bisa kami naiki!” Kata Mensis kesal.  Tn. Klackson masih menunggu kelanjutan cerita mereka. Sol berkata, “Kami belum menemukan ibu! Apakah paman melihatnya?”  "Ya, dia baik-baik saja.” Angguknya.  Tn. Klackson tampak bingung menjelaskannya. “Semalam saat daun Pohon Patron menutupi kota, ibu kalian mencari kalian dan belum juga kembali.” Ucapnya. Mereka merasa cemas sekaligus lega. Mereka cemas karena belum bertemu ibu mereka, dan merasa lega karena mengetahui bahwa ibu mereka baik-baik saja. “Dimana ibu?” Kata Mensis yang akan meneteskan air mata. Sol langsung merangkulnya. “Ibu akan baik-baik saja!” “Dia pasti akan kembali. Lebih baik kalian menunggu di ruang Saga.” Kata Tn. Klackson. Ia mengantarkan mereka ke ruangan Saga dan menyuruh mereka untuk tidak pergi kemana-mana. “Paman yang akan mencari mereka.” Tn. Klackson pun pergi menggunakan Sluppart kerajaan. Ia mencari Femina ke setiap kota. Ia memulai dari kota Rasam, Langit, Energi Hitam, dan Musim. Ia menemukan Femina bersama ayah Sol.  “Zensus, kau baik-baik saja!” Kata Tn. Klackson kepada suami Femina. Zensus menceritakan mengapa ia tidak terlibat dalam pemberontakan tersebut. Ia sedang berada di tempat yang aman di sekitar pohon Patron sedang memanen buah. Para prajurit Nunc sudah ditangkap sebelum mereka sampai ke tempat Zensus berada. Saat Femina menceritakan apa yang terjadi dengan dunia waktu, Zensus sangat terkejut. Ia pun menjadi khawatir karena Femina tidak mengetahui keberadaan anak-anak mereka. Yang paling ditakutkan adalah anak-anak mereka termasuk ke dalam pemberontak dan lari dengan Saga yang lain ke Bumi.  “Tenanglah!” Ucap Tn. Klackson. Mereka mencoba tenang dan mendengarkan apa yang akan dikatakan Tn. Klackson.  “Semua yang kalian pikirkan itu tidak benar. Mereka baik-baik saja. Mereka berada di istana menunggu kalian di ruangan Saga.” Kata Tn. Klackson. Mereka pun menjadi tenang. Tn. Klackson pun membawa ayah Sol ke istana. Sedangkan Femina, ia menaiki Sluppart dan kembali ke istana dengan cepat.  Femina dan Zensus langsung menuju ruang Saga sedangkan Tn. Klackson menuju lapangan latihan prajurit. Mereka langsung memeluk anak-anak mereka. Femina sangat tenang melihat kedua anaknya selamat.  “Kalian selamat.. kalian selamat!” Kata Zensus sambil mengelus-elus rambut putrinya.  "Dimana Saga yang lain?" Tanya Sol. Mereka sudah lama berada di ruangan itu tetapi tidak ada satupun Saga yang masuk. Ini menimbulkan kecurigaan. Femina terdiam sejenak dan menarik napas panjang. Air matanya dihapus. Ia tak sanggup menceritakan yang sebenarnya. "Untunglah kalian selamat. Ibu ingin mencari kalian tetapi kalian tahu kan situasinya. Ibu harus melayani raja." Jelas Femina memberikan pengertian. Ia langsung mengingat para Saga lain. Saga yang pergi ke Bumi pasti berpikir yang sama. Mereka tidak bebas bersama anak-anak mereka ketika menjadi seorang Saga. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa banyak Saga yang lebih suka tinggal di Bumi.  "Apakah mereka mati?" Sol yang melihat sekeliling dan memberikan spekulasinya. Dari semua situasi yang terjadi, kemungkinan tersebut tampak lebih masuk akal. "Sol, jangan bicarakan ini pada penghuni lain. Ini akan membuat mereka khawatir." Ucap Femina. Ia menyentuh wajah Sol dengan kedua tangan dan menatap dengan serius. Femina tidak memberikan jawaban yang jelas. "Apa yang terjadi? Ini terlalu kelewatan!" Ucap Sol marah mengayunkan tangan. Ia sangat marah karena perbuatan Nunc tersebut kepada dunianya. Sesuatu yang berbeda terjadi pada tubuhnya tanpa disengaja. Ia tidak sadar sedang mengalami perubahan. Sol tiba-tiba merasa kesakitan. Ia terjatuh ke tanah dan tangan kirinya memerah. Ia memegang tangan kirinya yang sakit dan mengarahkan wajahnya ke tanah menahan kesakitan. Tubuhnya bersinar terang beberapa detik. Mensis ketakutan dan memeluk ibunya. Ibunya terlihat kagum. Ia tahu ini hal yang baik.  "Apa yang terjadi Ibu?" Tanya Mensis menutup matanya dengan memeluk Femina. Ia baru pertama kali melihat kakaknya kesakitan seperti itu. "Ia mendapat keahliannya." Jawab ibunya singkat. Ia mengatakannya sambil sumringah.  Zensus tak banyak bicara. Ia hanya memperhatikan mereka.  "Ia tampak kesakitan." Ucap Mensis tak bisa melihat kakaknya yang sedang kesakitan. “Semua penduduk yang akan mendapat keahlian berbeda-beda. Beberapa akan menyakitkan, sedangkan yang lain bahkan tidak memiliki tanda. Ia hanya tahu hal tersebut ketika mencoba sesuatu dari setiap kota, dan merasa keahliannya berada di kota tersebut. Itulah fungsi praktek lapangan di sekolah kalian!” Jelas Femina kepada Mensis. Mereka tak menyangka bahwa Sol akan mendapatkan keahliannya sekarang. Sol berhenti bergerak. Ia seperti sedang menarik napas dalam-dalam karena tak sadar apa yang terjadi. Ia melihat tanda di kedua tangannya. "Tatto," tunjuk Mensis yang memperhatikan Sol mendapat tanda bergambar tameng di tangannya.  Rasa sakit Sol masih berlangsung, lalu Ia berteriak keras kesakitan. Femina, Zensus, dan Mensis seperti sedang menonton pertunjukan obat pinggir jalan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menunggu. Sambil menunggu pun mereka lebih banyak diam, mengamati perkembangan Sol. Beberapa waktu berlalu dan Sol tidak merasa sakit lagi. Ia melihat tato di tangannya dan merasa senang. Ia tahu keahliannya bukanlah hal yang biasa. "Wow. Aku seorang prajurit Bu!" Teriaknya. Mata Femina dan Zensus berkaca-kaca lalu memeluk anaknya itu. Ia tidak menyangka Sol akan menjadi prajurit.  “Kamu seorang prajurit!” Ucap Zensus ayahnya. Tak berapa lama, Zensus merasa tidak begitu senang. Ia memikirkan sesuatu. "Ibu merasa bangga karena tidak melewatkan momen ini. Kau sudah besar!" Ucap Femina sambil melingkarkan tangannya di pundak Sol setelah Zensus memeluknya. "Wow. Aku pasti begitu nanti." Ucap Mensis dengan menyentuh tangan kakaknya. Ia menekan-nekan tangan kakaknya di bagian yang bertato dan berkata, "Apakah sakit?"  Sol tersenyum melihat tingkah adiknya itu. "Ya, tentu." Jawab Femina menanggapi ucapan Mensis. "Ini hebat. Kita satu tempat Bu." Ucap Sol lagi dan memeluk ibunya untuk yang kesekian kali. "Aku akan bekerja di istana. It's cool!" Ucap Sol lagi dan lagi sambil melihat kedua tangannya. Ia tidak menyangka bahwa ia wanita pertama yang menjadi prajurit. Mensis melihat dengan senang lalu heran apa yang dimaksud dengan keahlian yang mereka miliki. Apakah itu berguna atau tidak. Sol pun membawa adiknya pulang ke rumah. Femina berjanji akan pulang setelah keadaan membaik. Karena sudah mengetahui kondisi ibu mereka yang baik-baik saja, mereka-pun pulang dengan senang. Femina mengingatkan Sol untuk datang ke Istana besok pagi dan meminta raja untuk memberkatinya sebagai prajurit dan bergabung di istana. Dalam hati Femina, ia berharap Sol tidak terpilih sebagai prajurit khusus dalam penyelamatan Putri Flos. Setelah melihat anak-anak mereka pergi, Zensus tampak cemas. Ia melihat ke arah Femina dengan tatapan penuh curiga. Ia merasa ada yang aneh dengan keahlian Sol. “Ada apa?” Tanya Femina kepada suaminya. “Kau tidak akan kembali ke kota Musim?” Tanyanya lagi karena melihat suaminya tidak menjawab. Ia menatap Femina dan memegang bahunya. Ia menatap dalam. “Bukankah tampak aneh?” Kata Zensus memulai. “Maksudmu?”  “Keahlian Sol!” Kata Zensus lagi menambah kode. “Dia seorang prajurit kan!”  “Dia anak kita. Aku seorang petani dan kamu Saga. Seharusnya anak kita salah satu dari keahlian tersebut. Tetapi mengapa tidak seperti itu?” Tanya Zensus. “Aku meragukan dia anakku!”  “Zensus! Kau sudah gila! Dia itu anakmu!” Kata Femina. “Mengapa ia memiliki keahlian yang berbeda dari kita berdua?” Tanya Zensus kepada istrinya.  Ia tidak bisa menjawab apapun. Ia tidak memiliki alasan untuk itu. Sol seharusnya memiliki keahlian di antara mereka berdua. Tetapi, mengapa tidak begitu? Tidak ada alasan yang logis. Belum lagi, Sol adalah wanita pertama yang menjadi prajurit. Pasti ini bukan sesuatu yang kebetulan. “Kau harus menjaga ucapanmu! Jika ia mendengar hal ini, pasti akan sulit baginya untuk mengerti, meski itu bukanlah kebenaran!” Pengingat dari Femina. “Aku tidak bisa berjanji untuk melakukannya. Yang pasti aku curiga!” Kata Zensus dan pergi. *** Tn. Klackson pun keesokannya memanggil prajurit menuju lapangan latihan istana. Mereka melanjutkan tes yang akan dilakukan Tn. Klackson. Ia melanjutkan pembicaraan mereka lagi ketika semua prajurit sudah berkumpul. Creksi dan Fortis masih ikut menyaksikan pemilihan tersebut. Meski mereka telah terpilih, mereka harus melalui tes fisik lagi.  Tn. Klackson pun berkata saat tes dimulai. “Apakah kalian baik-baik saja?” Ucap Tn. Klackson.  Semua prajurit tersenyum dan mendengar ucapan Tn. Klackson dengan seksama.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN