Chapter 20 - Wajah Prof. Rei Memerah

1055 Kata
Prof. Rei memandangi wanita tersebut yang sedang makan. Ia berpikir dalam hati, tidak ada wanita secantik Flos yang pernah dilihatnya. Ia berpikir kecantikan yang dimiliki wanita tersebut benar-benar sempurna. Saat Putri Flos menatapnya balik dan tersenyum, Prof. Rei langsung memalingkan mukanya karena malu. Putri Flos tidak begitu peduli dengan tatapan tajam Prof. Rei. Ia kemudian sadar dengan warna wajah Prof. Rei yang berubah. “Pipimu memerah!” Ucap Putri Flos.  Mata Prof. Rei membesar. Ia menyentuh pipinya dengan lembut dan mengusap-usapnya. Ia menunduk dan melanjutkan makannya. Ia tidak menanggapi ucapan putri Flos. Dengan santai, Putri Flos melanjutkan menyantap makanannya.  Makanan Prof. Rei belum habis, sedangkan makanan Putri Flos sudah habis. Prof. Rei berkata kepada Putri Flos untuk meletakkan piring kosong tersebut di wastafel cuci piring. Ia pun pergi ke dapur mengantarkan piring yang selesai dipakainya. Tiba-tiba bunyi ‘krek’ saat ia berjalan. Putri Flos melihat rok panjangnya. Rok-nya yang panjang dan lebar ternyata nyangkut di kaki kulkas sehingga pakaian luarnya robek. Prof. Rei mengintip apa yang terjadi. Ia mendekati putri Flos, melihat langsung apa yang terjadi. Ia jongkok dan menyentuh pakaiannya dan melihat bahwa pakaian yang sekarang dikenakannya tidak bisa digunakan sehari-hari. Ia juga perlu baju ganti. "Sepertinya kau perlu baju dan peralatan lain. Kita akan pergi ke kantor polisi sebentar untuk melaporkanmu lalu membeli peralatan mandi dan ke pasar baju bekas." Ucap Prof. Rei yang khawatir akan Flos. Ia menghabiskan makanannya dengan cepat.  Putri Flos meletakkan piring di wastafel lalu melihat setiap alat yang ada di sana. Setelah Prof. Rei makan, ia meletakkan piringnya di wastafel dan melihat Flos sedang mengamati benda-benda di dapur. Prof. Rei pun mengenalkan peralatan dapur yang sering digunakannya kepada Putri Flos. Tak sulit bagi Prof. Rei untuk mengajarkannya menggunakan peralatan dapur seperti pisau, talenan, sendok, garpu, spatula, saringan, panci dan lain-lain. Ia juga mengajarkannya cara membersihkan kamar mandi, buang air kecil dan buang air besar. Ia tidak ingin Flos mengeluarkan air seninya di sembarang tempat karena tidak tahu harus melakukan apa. Setelah selesai mengajarkan tentang membuang air besar dan kecil, Prof. Rei langsung kebingungang sendiri. ‘Mengapa aku mengajarkan hal dasar seperti ini?’ Pikirnya. Kadang putri Flos tertawa sendiri dengan apa yang ia coba untuk lakukan. Ia merasa bahwa manusia mempersulit sesuatu yang mudah. Contohnya saja seperti memasak, di dunianya, mereka tak perlu memasak karena ada banyak buah yang bisa mereka makan. Ini juga mengurangi pekerjaan mereka untuk mencuci piring seperti yang dilihatnya sedang dilakukan oleh Prof. Rei. Contoh yang lain seperti mencuci baju. Mereka tidak perlu melakukannya karena baju mereka tidak akan pernah kotor. Mereka juga tidak perlu menggunakan uang karena buah dari pohon Patron bisa dimakan bersama. Mereka hanya perlu memberikan tugas kepada masing-masing penduduk dunia waktu lalu membagikannya rata kepada sesama penghuni. “Ini sangat lucu!” Kata Flos yang tertawa terbahak-bahak. Suara tawanya sudah meredah dan ia berkata lagi, “Pantesan banyak yang mau ke sini. Banyak yang bisa dilakukan!”  Prof. Rei tidak terlalu menanggapi ucapan tersebut. Yang terpenting baginya adalah wanita tersebut sangat pandai dan cepat menangkap apa yang diajarkan olehnya. Ia pun menjalankan rencananya. Ia pergi memanaskan mobil yang akan dipakai ke kota mengantarkannya ke kantor polisi. Suara mobil toyota corolla abunya terdengar cukup berisik meski mereka berada di dalam rumah dan mobil itu diluar.  Setelah mobil tersebut siap untuk dipakai, mereka pun pergi.  “Ayo masuk!” Ucap Prof. Rei yang menyuruh putri Flos untuk masuk ke dalam mobil. Tetapi, ia kebingungan dengan benda tersebut. Mengapa ia harus masuk ke dalam benda itu juga sesuatu yang mengherankannya.  “Ayo masuk!” Ucap Prof. Rei lagi.  “Bagaimana cara masuk ke dalam benda yang ribut ini?” Kata Putri Flos.  Prof. Rei semakin bingung. Mengapa masuk ke mobil juga bisa termasuk dalam hilang ingatan wanita tersebut. “Sebentar, aku akan bukakan pintunya.” Kata Prof. Rei. Ia pun mengajarkan Putri Flos cara masuk ke dalam mobil tersebut.  “Wow, ini hebat!” Ucap Putri Flos. Dan saat mobil itu berjalan, ia berkata, “Oh, ini Sluppart! Ini Sluppart Mungkit!”  Prof. Rei tidak mengerti maksud ucapannya. Ia tidak menghiraukannya dan fokus menyetir.  Putri Flos berkata lagi ketika mobil bergerak. “Tapi ini sangat lambat!”  Selama melewati jalan lintas, Prof. Rei melihat pohon-pohon bertumbangan. Beberapa warga terlihat sedang memperbaiki rumah karena atap mereka yang terbang. Beberapa warga lain sedang memperbaiki jalan lintas yang terhalang karena beberapa pohon besar tumbang yang menghalangi jalan. Mereka memotong kayu-kayu tersebut menjadi potongan yang lebih kecil dan mengangkutnya ke mobil. Prof. Rei bisa melihat dahsyatnya hujan badai kemarin.  Mereka pun sampai di kantor polisi. Ia masuk ke dalam menggenggam tangan putri Flos dan melaporkan bahwa ia menemukan seseorang di depan rumahnya yang hilang ingatan. Bukannya berfokus pada cerita Prof. Rei, banyak yang menatap Flos dengan penuh nafsu karena kecantikannya. Prof. Rei berupaya untuk melindunginya dengan tidak berlama-lama disana.  "Terima kasih Pak. Mohon kabar secepatnya!" Ucap Prof. Rei kemudian memberi isyarat kepada Flos untuk keluar. Seorang polisi menghentikannya dan berkata, "Jika kau keberatan untuk mengurusnya, ia bisa tinggal di rumahku sampai keluarganya ditemukan atau di kantor polisi ini." Matanya menunjukkan ketidaksenonohannya dalam berbicara. Prof. Rei tersenyum paksa menganggap itu hanyalah lelucon belaka. Ia menatapnya saja dan pergi memberi salam. Setelah dari kantor polisi, Prof. Rei tidak langsung pulang ke rumah. Ia berencana untuk membelikan beberapa baju bagi putri Flos untuk dipakainya di rumah. Waktu yang ditempuh untuk ke pasar baju sekitar dua jam. Tentu ini menyita waktu kerjanya untuk melakukan penelitian. Tak ada yang bisa diperbuat. Meski ia tak tahu apakah perbuatannya itu benar untuk memperbolehkan wanita tersebut tinggal atau tidak, ia tidak terlalu memikirkannya. Jika ia membiarkan wanita tersebut untuk pergi ke tempat lain, ia bisa lihat bagaimana para lelaki di kantor polisi menatapnya. Bisa jadi ia dalam bahaya jika dibiarkan sendiri di luar. Ia berpikir, yang penting ia sudah melibatkan polisi setempat, meski tindakan ini membutuhkan waktu untuk mendapatkan kabar. Selama belum ada kabar, Prof. Rei berniat agar putri Flos menginap di rumahnya. Tetapi, yang menjadi kekhawatirannya adalah siapa yang akan memasak untuk makanan wanita tersebut.  Selama ini, kakek pantilah yang mengantarkan makanan untuknya. Tetapi, bagaimana jika ia meminta kakek menambah porsi masakannya? Apakah ia harus menceritakan siapa wanita yang tinggal bersamanya? Semua itu masih harus dipikirkan Prof. Rei. Tinggal di desa kecil bukan berarti semua orang cuek. Justru, karena lingkungan yang kecil, debu yang masuk ke dalam s**u yang banyak saja bisa terlihat. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN