Chapter 26 - Makhluk Penunjuk Jalan

1193 Kata
Prof. Rei sangat bangga dengan pekerjaannya. Ia dipanggil ke ruangan Pak Wangsa dan memaksanya untuk memberitahu dari mana asal energi yang didapat. Apakah masih ada atau tidak? Ternyata itu semua hanya awal saja. Kekuasaan membuat segala upaya tidak berarti sama sekali.  Prof. Rei tidak ingin memberitahu mereka kebenaran dari asal energi tersebut. Ia menyembunyikan batu cincin tersebut di rumahnya. Ia memang sengaja untuk tidak menunjukkan cincin tersebut kepada rekannya yang lain. Ia tidak mau energi tersebut disalahgunakan oleh mereka.  Ia pun pulang dari kantor dengan perasaan kesal. Ia sampai-sampai dimaki oleh Pak Wangsa dan dituduh tidak bersikap profesional. Ia sempat ingin berkata kepadanya untuk berhenti dari tim tersebut. Untunglah kemarahan Pak Wangsa tidak terlalu panjang. Kemarahannya masih dalam batas kewajaran. Ia masih bisa menahan amarahnya dan tidak berbuat sesuatu yang akan disesalinya nantinya. Memang selama perjalanan pulang ia selalu mengumpat semua teman-temannya satu kerjaan. Dan itu berlangsung setengah jam perjalanan pulangnya. Prof. Rei sampai di rumah sudah tengah malam. Keadaan emosinya sangat tidak stabil karena apa yang dikatakan Pak Wangsa tadi. Saat turun membuka pintu mobil, ia menghentakkannya dengan kuat. Ia melangkahkan kaki dengan sangat keras karena kekesalannya yang tiba-tiba muncul kembali. Ia membuka pintu dan mencari keberadaan Flos. Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya terjadi kepada Flos. Ia melihatnya terbaring lemah di lantai kamar. Pertama sekali matanya tertuju kepada mulut Flos, apakah keluar darah atau tidak. Ia juga sempat kepikiran apakah rumah mereka dimasuki pencuri. Prof. Rei langsung mengangkatnya ke tempat tidur. Ia begitu lemah hingga matanya tidak bisa terbuka sempurna.  Prof. Rei berupaya untuk menyadarkan Flos. Dengan menepuk-nepuk lembut pipinya, tetapi tidak ada reaksi yang terjadi. Ia bingung mengapa dia tiba-tiba sakit. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia ingin membawanya kerumah sakit tetapi, jika ia melakukannya, para penduduk akan tahu bahwa ia hidup dengan seorang wanita selama ini. jika mereka tahu, ia bisa dikeluarkan dari desa tersebut. Porf. Rei harus bertindak cepat sebelum sesuatu yang terjadi dengan Flos semakin parah. Ia melihat ke sana kemari tapi tidak bertindak apapun. Letaknya tidak menerima perintah sehingga ia hanya diam. Prof. Rei teringat akan ke ternama yang diberikan oleh Tn. Smith.  ‘Apakah ini ada hubungannya dengan kartu tersebut?’ Ucapnya dalam hati. Flos tersadar. Ia membuka matanya perlahan dan melihat Prof. Rei berada di depannya. Ia berupaya untuk duduk tetapi tenaganya tidak ada. Kekhawatiran Prof. Rei sedikit terobati. Ia pun bertanya tentang keadaan Flos. Ia berkata kepada Prof. Rei, “Aku merasa kekuatan ku hampir hilang. Seluruh tubuhku tidak memiliki tenaga.” “Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Prof. Rei.  Flos masih tidak dapat bangkit. Ia pun menjelaskannya dengan suaranya yang sangat kecil. “Aku merasa aku akan mati. Satu-satunya cara adalah kau harus menikahiku. Itu akan menambah umurku berapa tahun.” Ucap Flos. ‘Benar apa yang dikatakan Tn. Smith. Berarti benar juga bahwa Flos bukan berasal dari Bumi.” Ucap Prof. Rei dalam hati.  “Mengapa kau diam saja?” Tanya Flos.  Prof. Rei langsung berdiri dan pergi ke kamarnya untuk mencari kartu nama yang diberikan oleh Tn. Smith. Ia berdiri sambil membaca kartu nama tersebut. “Tn. Lion.”  Ia langsung kembali dan menunjukkan kartu nama tersebut kepada Flos. “Kita bisa melakukannya dengan pergi kepada orang tersebut!” Ucap Prof. Rei. Putri Flos terdiam dan bertanya siapa orang tersebut. Ia menjelaskan bahwa kartu tersebut didapat dari Tn. Smith. Flos tidak mengenal siapa orang tersebut. Ia hanya mengangguk dan tidak berkomentar sedikitpun.  Ia merasa perutnya sakit. Ia menekan bagian perutnya dan menekuk tubuhnya. Ia tampak sangat sulit bernapas. Prof. Rei mengambilkannya segelas air minum dan memberikannya kepada Flos. Ia menyiapkan mobil untuk mencari alamat dari Tn. Lion. Setelah mobil siap, ia mengangkat FLos dan memasukkannya ke dalam mobil.  FLos ditempatkannya di sebelahnya dan tampak sangat lemah. Kepalanya tak bisa di sangganya sempurna. Prof. Rei memperbaiki kepalanya dan berpikir, kemana arah jalan menuju Tn. Lion tinggal. Ia memastikan alamat yang ada tertulis di kartu. “Gunung Jeringgat.” Baca Prof. Rei. Ia bingung kemana arah jalan tempat Tn. Lion berada. Ia tidak pernah mendengar nama tempat seperti itu.  Tiba-tiba terdengar bunyi sebuah benda yang dilempar ke badan mobilnya. Bunyi tersebut cukup kuat dan ia bisa membayangkan bahwa kuatnya tabrakan tersebut bisa membuat body mobil tersebut penyok. Ia keluar dan memastikannya. Ia melihat sebuah lubang akibat dari benda padat tersebut. “Apakah ini batu?” Tanya Prof. Rei sambil mencari benda apa yang terlempar. Benda tersebut cukup besar, tetapi ia tidak melihat benda yang cocok dengan lubang yang dihasilkan. Ia mencari di kolong mobil, sekeliling mobil dan beberapa semak-semak di dekatnya, dan tidak ada yang mencurigakan. Ia bingung asal dari benda tersebut. Karena sudah kelelahan, ia pun menyerah dan kembali masuk ke dalam mobil. Ia masuk dan melihat Flos masih terlihat lemah. Ia masih menutup mata dan beberapa kali merasa kesakitan.  Saat akan menghidupkan mobil, ia mendengar dari kursi belakang, suara-suara seperti seseorang yang sedang membongkar sesuatu di dalam mobil. Ia mengecek ke kursi belakang apakah ada binatang yang masuk ke dalam mobil. Sesuatu muncul di depannya. “HAAAA”   Teriak Prof. Rei.  Sebuah makhluk kecil muncul di hadapannya. Ia memiliki telinga yang panjang dengan garis-garis biru di tangan dan tanduknya. Ia memiliki bulu yang halus dengan mata kuning yang besar. Ia memiliki gigi yang tajam berwarna putih, tampak sangat runcing. Jari tangan dan kakinya berwarna pink. Lendir dari mulutnya menetes ke lantai mobil. Tangannya panjang hingga bisa sampai menyentuh kaki. Prof. Rei tercampak ke stir mobil dan berteriak keras.  Makhluk tersebut tersenyum kepada dia. Prof. Rei ingin berlari, tetapi kakinya tidak bisa berjalan dengan cepat. Ia berupaya keras untuk membuka pintu mobil dan keluar. Ia terjatuh ke tanah, seluruh celananya jorok karena tanah yang menempel. Ia ingin berlari tetapi memikirkan Flos yang berada di dalam mobil.  Belum lagi Prof. Rei berdiri, makhluk tersebut sudah berada di depannya. Ia pun kembali terjatuh dan berteriak. Makhluk tersebut mulai kesal. Ia mendekati dan berbicara. “Bisakah kau diam?” Tanyanya. Ia mengelus-elus kupingnya. “Suaramu membuat telingaku sangat sakit. Suara yang kau keluarkan begitu keras membuat telingaku sangat sakit mendengar.” Lanjutnya.  “Kauuu.. bisa berbicara??” Kata Prof. Rei. Keringatnya bercucuran.  “Aku bukan untuk memakanmu! Jangan takut. Aku ingin membantumu!” Ucap Makhluk tersebut. Makhluk itu tidak tinggi. Ia setinggi anak yang berumur lima tahun saja. Saat ia berbicara, wajahnya berubah menjadi imut. Ketika ia diam dan menunjukkan gigi, ia terlihat menakutkan.  Prof. Rei berkata, “Membantu apa?” Ucapnya cepat. “Membantumu mencari tempat Tn. Lion bukan?” Kata Makhluk tersebut. Ditangannya terdapat kartu dari Tn. Smith. Prof. Rei melihat kartu tersebut berada di tangannya. Iya melihat kantongnya dan kartu itu memang tidak berada bersamanya. Ia bertanya dalam hati, ‘Mengapa kartu tersebut berada di tangannya?’ Prof. Rei, mau tidak mau harus mempercayai makhluk tersebut. Ia bisa tahu tentang Tn. Lion dan kartu pemberian Tn. Smith. Itu berarti ia memang ditugaskan untuk itu. “Kau tahu keberadaan Tn. Lion?” Tanya Prof. Rei.  Ia mengangguk. “Berdirilah! Sebelum tuan putri bertambah parah, kita harus segera sampai di sana secepat mungkin!” Kata Makhluk itu. Ia mengatakannya sambil mengangkat tangannya tinggi dan mengajaknya masuk dengan tangannya. Ia pun masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN