Chapter 58 - Pembagian Bidang

1241 Kata
Tiba saatnya pembagian jurusan guru yang mengajar. Cat memulai diskusinya dengan Rebel yang lain di meja makan. Jeli seperti biasa menyiapkan segelas s**u dan sereal gandum sebagai sarapan pagi mereka hari ini. Beberapa dari Rebel seperti Spong, Staig dan Jumbur tak suka sarapan sereal. Jadi ia memanggang roti panggang yang diberi selai. Mereka bisa memilih untuk memberi selai kacang, stroberi ataupun coklat. Jeli membantu mereka dengan memanggang roti tersebut. Ia cukup telaten dalam mengurus para Rebel tersebut. “Aku dan tuan sudah berdiskusi. Kita akan memilih masing-masing pelajaran yang harus kalian ajar nanti. Kalian bisa mempelajarinya di perpustakaan daerah di kota. Kami akan kesana usai sarapan dan kalian bisa tinggal di kota. Kami akan jemput jika kalian sudah siap!” Ucap Cat seperti seorang pengawal yang sedang membacakan pengumuman kepada rakyatnya. “Kalian akan kemana?” Tanya Jumbur. “Kami akan ke salon Mayda. Ada yang ingin dibicarakan oleh tuan kepadanya.” Jelas Cat dengan singkat.  “Bidang-bidang apa saja yang bisa kami pilih?” Tanya Staig penasaran. Semua orang berhenti makan, tetapi dia berbicara sambil menambah porsi makannya. “Ilmu dasarnya ada tiga. Kalian bisa memilih dari ketiga cabang ilmu ini. Yang pertama adalah jurusan Alamiah. Yang kedua jurusan Sosial dan yang ketiga jurusan Budaya. Kita akan bagi dari ketiga jurusan ini, akan ada masing-masing tiga orang yang memiliki jurusan yang sama, tetapi beda tingkat. Misalnya jurusan alamiah tingkat satu, jurusan alamiah tingkat dua, dan jurusan alamiah tingkat tiga.” Jelas Cat. Mereka mendengarkan dengan baik. Tetapi, agar lebih fokus, mereka meminta waktu sebentar untuk menyelesaikan sarapan mereka lalu melanjutkannya. Rata-rata semua yang ada di meja makan sudah hampir selesai. Yang masih butuh banyak waktu adalah Staig. Piringnya masih penuh dengan roti bakar yang dikasih selai kacang.   “Sudah selesaikah?” Kata Cat menatap Staig dengan geram.  “Kenapa?” Tanya Staig seolah-olah tidak bersalah. Ia masih sibuk memasukkan roti panggang ke dalam mulutnya.  “Kami sedang menunggu muuuu!” Kata Cat seperti seseorang yang sedang menyanyikan lullaby. “Aku masih bisa berbicara. Lanjutkan saja..” Kata Staig.  Semua menggelengkan kepala. Jika itu soal makanan tak ada yang bisa diharapkan dari Staig. Mereka pun memulai pembicaraan. “Siapa yang ingin menjadi guru Alamiah?” Tanya Cat.  “Kita mulai dari tingkat satu!” Kata Cat. Ia melihat mata mereka semua dan melewatkan Mr. Pella. Tak ada satupun yang tunjuk tangan. Lalu ia berkata, “Kalau begitu, aku akan mengurus murid Alamiah tingkat satu.” Selesai mencatatnya di buku, ia menghadap mereka lagi. “Setelah itu guru alamiah tingkat dua, apa ada yang ingin merelakan diri?” Six langsung tunjuk tangan. Ia termasuk Rebel yang suka ilmu mengenai alam. Dan ia merasa lebih mudah menyerap ilmu tersebut karena bukan hanya bisa, melainkan juga menyukainya. Lalu mereka berembuk lagi. Cat menanyakan hal yang sama hingga hasil pun di dapat. Guru Alamiah tingkat tiga adalah Slurp.  Untuk bidang yang kedua yaitu Ilmu Sosial. Guru yang akan mengajar di tingkat pertama adalah Jumbur. Untuk tingkat dua adalah Spong, dan untuk tingkat tiga adalah Staig.   Guru yang akan mengajar pada ilmu Budaya adalah Jeli, yang mengajar pada tingkat pertama, Name pada tingkat kedua dan Brake pada tingkat ketiga.  Cat sangat senang. Ini lebih mudah dibanding yang dipikirkannya. Ia dapat menyelesaikannya dengan cepat tanpa argumen penolakan.  Staig tiba-tiba berkata, “Jika berhubungan dengan duit, semua bisa dilakukan!”  Cat dan yang lain menatap Staig. Jeli langsung berkomentar. “Kau memang pembuat onar!”  Mereka pun tertawa.  *** Mr. Pella dan seluruh Rebel menaiki mobil Van. Mereka akan ke kota. Mereka berencana untuk pergi ke salon menemui Mayda. Saat melewati perpustakaan, Cat menurunkan kedelapan Rebel untuk belajar sesuai jurusan mereka. Mereka sangat mudah untuk belajar. Mereka hanya perlu membaca, dan ingatan mereka akan langsung terbentuk seperti jaring laba-laba yang menyusun sebuah kesimpulan.  Mereka harus melakukan hal ini karena Braam akan mengadakan tes pengetahuan kepada guru-guru yang dipilih. Mereka harus berhasil melewati hal tersebut sehingga bisa dipercaya mengambil peranan penting di sekolah. Mr. Pella dan Cat melanjutkan perjalanan. Mereka berjanji akan kembali lagi menjemput mereka. Saat sampai di salon, mereka tidak menemukan seorangpun disana. Beberapa kali menggedor pintu tetapi tidak ada satupun yang membuka. Sebuah klakson terdengar. Mereka melihat ke belakang, ternyata Mayda dan Ms. Slufi keluar dari mobil Skoda 110R berwarna kuning dengan kaca depan yang miring, pintu yang lebar dan lampu mirip mata cacing besar alaska dalam film spongebob.  “Apa yang kalian lakukan?” Tanya Mayda sambil memutar-mutar tasnya seperti penampang helikopter. “Apakah kau akan terus memutar-mutar tasmu seperti itu?” Tanya Cat kesal saat melihat Mayda seperti orang yang kesurupan yang semakin dekat dengan mereka. Ia tidak ingin tas panjang Mayda mengenai kepala mereka. “Maaf.”  Mr. Pella bukanya marah, malah fokusnya kepada Ms. Slufi. Ia seperti patung karena tertegun menatap Ms. Slufi. “Kita bertemu lagi!” Kata Ms. Slufi. Mr. Pella langsung cepat bergerak dan tersenyum. “Kalian sangat cantik!” Kata Mr. Pella memuji kedua wanita itu.  Cat langsung menepuk jidatnya dan menggelengkan kepalanya. Dalam hatinya yang paling dalam, ia sangat tidak ingin mendengar bahasa puitis dari mulut Mr. Pella. Cukup sudah rasanya ia menghabiskan malam bersamanya semalam, saat berada di atas Bus. Dibandingkan diskusi mereka tentang rencana pembangunan sekolah, ia lebih banyak mengatakan kata-kata puitis untuk memuji kecantikan Ms. Slufi. Itu semua karena malam tersebut memang membangun hawa-hawa romantis dan membangkitkan aura kemanusiaan Mr. Pella. Sebelum semuanya menjadi semakin kacau, Cat langsung mengingatkan Mayda untuk membuka pintu terlebih dahulu. Mereka akan membicarakannya saat di dalam rumah.  “Baiklah!” Ucap Mayda mengambil kunci dari dalam tas kecilnya.  Mr. Pella masih menatap Ms. Slufi, hingga membuatnya risih. Beberapa kali Ms. Slufi harus menutupi wajahnya dengan rambutnya. Ia melakukannya dengan menunduk menghadap tanah dan menyamping ke kanan agar Mr. Pella tidak bisa memperhatikan wajahnya dengan jelas.  “Ayo masuk!” Kata Mayda yang sudah membuka pintu. Mereka pun masuk ke dalam. Mr. Pella tidak konsentrasi. Ia tidak berhenti melihat Ms. Slufi. Mayda menarik Ms. Slufi dan mengatakan ia harus permisi dan pergi. Ia pun melakukannya dan Mr. Pella tampak lebih normal. “Mengapa dia sibuk sekali?” Tanya Mr. Pella dengan polosnya. Ia tidak tahu sebenarnya Ms. Slufi disuruh pulang oleh Mayda.  Mayda menyeringai dan tidak menceritakan kebenarannya. “Apa yang bisa kubantu?” Tanya Mayda. Ia sudah merasa bahwa mereka akan datang dan meminta bantuannya. Ia yakin bahwa mereka selalu datang kepadanya saat membutuhkan bantuan seperti sebelum-sebelumnya. “Aku ingin kau membuat ramuan yang bisa menghapus perasaan pemberontakan kepada rebel-rebel yang jatuh bersamaku. Aku akan menjadikan mereka pelayan-pelayanku tanpa ada penolakan ataupun kekesalan.” Kata Mr. Pella langsung tanpa basa basi. “Ramuan seperti itu?” Kata Mayda berpikir. Ia tidak yakin bisa melakukannya. “Mereka sudah memiliki jiwa manusia. Itu tidak akan sulit!” Ucap Mr. Pella menyakinkannya bahwa dengan sedikit kegigihan ia pasti bisa memenuhi permintaannya. “Mungkin..” “Kau pasti bisa!” Kata Cat memberi semangat. “Ramuan itu mungkin tidak akan bekerja pada Para Dog’s seperti kami. Jadi tuan harus tahu mana yang Rebel dan mana yang Para Dog’s!” Ucap Mayda. “Itu tidak akan sulit.” Geleng Mr. Pella. Padahal dalam hatinya ia masih belum yakin bisa membedakannya. “Kami akan berusaha!” Ucap Cat menjanjikan hal itu kepada Mayda.  Mayda menjadi lebih murung karena tugasnya menjadi semakin banyak. Di kepalanya ia sedang mengatur jadwal apa-apa saja yang harus dilakukannya agar bisa membagi waktu mengurus salon dan membuat ramuan permintaan Mr. Pella.  Tiba-tiba lonceng pintu berbunyi. Seseorang masuk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN