13 eps

2651 Kata
“Good morning my princess.”Bisik seseorang pada telinga kanan gadis yang masih terlelap tidur di atas kasurnya. “Wake up, sweetheart.” Bisik seseorang yang lain pada telinga kiri gadis itu yang sama sekali belum bergerak. “Princess ... Wake up.” “My twin, let’s go.” Lagi – lagi gadis itu tak terusik akan bisikan kedua lelaki di sampingnya. Sampai salah satu dari dua lelaki itu mendengus kesal, “dia gak akan bangun – bangun Bang kalo gini caranya.” Gerutu lelaki itu seraya berjalan menuju kamar mandi. Tak lama kemudian lelaki itu kembali dengan membawa gayung berisi air di tangannya, “Dello, lo mau ngapain sih.” Protes lelaki satu lagi. Lelaki yang dipanggil Dello itu mengacungkan gayung yang berada di genggamannya, “Gue bakal bangunin dia pake air ini Bang Lion ku, biasanya manjur.” Kekeh Dello menatap abang lelaki nya itu, “mau lihat?” Tanya Dello terkekeh pelan. Lion menggeram kesal, “mending lo taruh lagi sana, sekarang lagi musim dingin kasian kalo lo siram dia pake air.” Ujarnya pada Dello, “biar gue aja yang coba bangunin dia lagi.” “Ya udah, gue mau lihat cara lo bangunin dia. Kita lihat dia bangun atau engga.” Putus Dello memundurkan badannya selangkah. “Bangun Dek.” Ucap Lion seraya mengguncangkan tubuh adiknya itu dengan pelan. “Gak akan bangun kalo lo guncangnya pelan.” Ujar Dello memberi tahu kakak lelakinya itu. “Dek!” Panggil Lion kembali mengguncang tubuh adiknya yang masih terlelap tidur. “Bangun Dek.” Ucap Lion yang masih diabaikan oleh adik perempuannya itu. “Udah siang, Dek.”’ “Dek, bangun.” “Kok gak gerak sih Dell.” Gerutu Lion menatap Dello dengan raut wajah kesal. Dello pun mengangkat bahunya acuh, “Emang dia tidurnya suka kayak gitu Bang.” Sahut Dello. “Adel.” Panggil Lion mengguncang – guncang tubuh adiknya itu, “Adel bangun, udah siang.” “Adelia Claudia Mazrick.” Ujar Lion memanggil nama adiknya dengan lengkap. Lion menggeram kesal kemudian menarik nafasnyya, “ADELIAAAAA!” Teriak Lion frustasi karena adik perempuannya tak kunjung bangun. Sementara Dello tengah tertawa terbahak – bahak melihat Lion yang sudah menyerah untuk membangunkan Adel, “dia mati kali Bang.” Kekeh Dello seraya berjalan menghampiri Lion. ‘BUGH’ Lion menendang b****g Dello kencang, “jaga mulut kalo gak mau gue jahit.” Ancam Lion seraya masih mengguncangkan tubuh adik kecilnya. Dello masih asyik menertawakan kakak lelakinya itu, “Nih ya Bang dengerin gue aja kali ini, si Adel kalo weekend kan suka tidur sampe siang nah sekarang lo kenapa repot – repot mau bangunin dia coba?” Tanya Dello penasaran, “nanti juga bangun sendiri.” Lanjut Dello memberi tahu kepada Lion. “Iya gue juga tahu.” Decak Lion kesal, “gue mau minta tolong sama dia.” Ujar Lion seraya menatap Adel yang masih berselimut. ‘UHUK’ Tiba – tiba saja Dello tersedak ludahnya, “tumben lo minta tolong sama dia?” Tanya Dello. Lion mengangguk santai, “gue udah bosen sama si Kelly.” Jelasnya. “Ah iya – iya, lo sama kayak gue ternyata. Gak bisa tahan sama cewek lebih dari sebulan.” Ujar Dello mengangguk paham. “Lo samain gue sama diri lo sendiri? Gak salah?” Tanya Lion mengejek adiknya. “Gak lah, lo sama gue sama – sama suka mainin cewek kan.” Jelas Dello, “bedanya cuman kalo lo pacaran sama satu cewek terus tiap bulan ganti, nah kalo gue sekalinya pacaran bisa sampe belasan terus nanti putusnya barengan juga.” Kekeh Dello bangga akan dirinya sendiri. “Terus nanti kembaran lo yang sibuk jadi operator ponsel lo gitu?” Jengah Lion menggelengkan kepalanya karena tingkah adik lelakinya itu. “Hehe.” Cengir Dello. “Mendingan gue dong kalo kayak gitu.” Seru Lion pada dirinya. “Gue lah, gue bisa macarin cewek lima dalam sehari.” Angkuh Dello menyahuti Lion kakaknya. “Lah, lo bisa macarin sehari bangga. Gue aja yang –“ “Cih, kalian bangga sama kelakuan kalian sendiri?” Potong Adel seraya menggeliatkan tubuhnya di atas kasur. Lion dan Dello pun langsung melirik ke arah Adel, “lo udah bangun?” Tanya Dello langsung duduk di tepi kasur. “Belum.” Ketus Adel seraya bangun kemudian memeluk tubuh Lion yang duduk di sampingnya. “Morning too Bang Lion ganteng.” Seru Adel sembari mengecup kedua pipi Lion. Lion tersenyum mengingat pagi ini mood Adel sangat bagus, “Kamu udah bangun dari tadi ya?” Selidik Lion menatap mata indah milik adiknya itu seraya mengusap puncak kepala Adel. Adel memberikan cengiran khasnya, “hehe, abisnya Adel mau lihat gimana abang bangunin Adel.” Lion mengusap rambut adiknya sayang, “bagus.” Angguk Lion, “berarti kamu udah denger kan tadi abang ngomong apa?” Adel menghela nafasnya kasar seraya melepaskan pelukan pada Lion, dia tak menjawab pertanyaan kakak pertamanya itu. Adel terkekeh melihat Dello yang menatapnya kesal, “kenapa sih? Masih pagi udah manyun.” Kekeh Adel menatap kembarannya. “Biasanya gue yang dapet ciuman pertama di pagi hari.” Protes Dello menatap Lion sinis, “tapi ada dia, jadi gue terakhir deh.” Ketus Dello. Adel terkekeh pelan sambil menarik lengan Dello untuk mendekat ke arahnya, “Morning too my twin.” Sapa Adel mengecup kedua pipi Dello bergantian. “Gak dipanggil ganteng nih gue?” Tanya Dello. “Emang lo ganteng?” Ejek Adel. “Ya mikir aja, kalo lo panggil gue jelek berarti kembaran gue juga jelek.” Sahut Dello. “Ck ... iya deh, pokoknya Bang Lion sama Dello ganteng.” Ujar Adel, “dan gue ... jeng – jeng – jeng ... paling cantik di sini.” Lanjut Adel dengan ekspresi datar. Lion dan Dello saling berpandangan, “ajarin adek lo buat bikin ekspresi lain bang selain datar, sama ngejek.” Ucap Dello pada Lion. “Lah itu kan kembaran lo, ya lo aja yang ajarin dia hahaha.” Sahut Lion. “Dih receh.” Ujar Dello dan Adel barengan. Lion langsung menatap Adel, “Jadi kan nanti?” Tanya Lion tersenyum senang. Adel mengabaikan Lion, dia berjalan ke arah kamar mandi, “mau sampai kapan sih kalian mainin hati cewek terus, apa kalian pernah nyempetin waktu buat mikirin gimana kalo hal seperti itu terjadi sama aku?” Tanya Adel tanpa menatap ke arah kedua lelaki itu. “Katanya gak percaya sama yang namanya cinta, tapi malah mikir gitu.” Ejek Dello. Bukannya menjawab ejekan Dello, Adel malah mendelikkan matanya kesal. “Kamu kan pinter, jadi gak akan ada yang berani mainin hati kamu dek.” Kekeh Lion. “Bodo lah.” Gerutu Adel kesal kepada kedua lelaki yang satu atap dengannya. ‘BRAK’ Adel masuk dengan menutup pintu kamar mandi kencang, meninggalkan kedua lelaki yang tengah termenung memikirkan apa yang baru saja dikatakan Adel. Adel menatap wajahnya di balik cermin kamar mandi, tangannya perlahan menelusuri setiap lekukan wajahnya dari mulai dagu kemudian naik menuju pipi dan kening lalu turun melewati hidung sampai berakhir kembali di tempat dia memulainya. “Adelia Claudia Mazrick, Adel udah gede dan bener cantiknya kayak mama.” Gumam Adel seraya tersenyum menatap cermin. “Adel anak ketiga dari pasangan Claudy dan Azrik yang sudah berpisah tiga tahun yang lalu.” Ujar Adel terus menatap wajahnya, “Bunda pergi meninggalkan Adel, Dello dan Bang Lion, andai Bunda di sini pasti mereka bakal nurutin perkataan Adel kayak dulu sesuai perintah Bunda. Dulu Ayah selalu ajarin mereka bagaimana caranya menghargai wanita, tapi semenjak Bunda dan Ayah pisah semuanya jadi tak terkendali. Ayah pergi ninggalin kita Bun, dan gara – gara ayah Adel jadi benci sama lelaki bun.” Lirih Adel seraya mengusap air mata yang perlahan mengalir turun, “kecuali Dello dan kak Lion.” Kekeh Adel seraya mengusap matanya, “dan Aldy.” Lanjut Adel. “Maafin Adel belum bisa balikin keadaan dulu, tapi Adel janji bakal bikin Dello dan Lion kembali.” Ujar Adel menganggukkan kepalanya mantap kemudian bergegas untuk mandi. ... Weekend ini, Adel memutuskan untuk jogging. Setelah memutari komplek perumahan sekitar rumahnya, dia pun memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman yang menghadap ke arah danau kecil. “Mau minum Kak?” Ujar seseorang kepada Adel. Adel merasa dirinyalah yang di panggil kakak pun akhirnya melirik uluran botol minum yang tertempel di pipinya, dengan sekali tegukan gadis itu menghabiskan botol minuman yang anak kecil tadi berikan padanya. “Thanks ya.” Ucap Adel kembali menyodorkan botol yang sudah kososng itu. “Yaaah kok kakak habisin semua sih?” Renggut anak kecil itu seraya ikut duduk di kursi taman. Adel pun langsung tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi rapinya seraya menepuk – nepuk leher bagian depannya, “haus banget. Hehe” Anak kecil itu masih menatap kakak di depannya, “aku juga haus Kak.” Rajuk anak kecil itu. “Lah terus ngapain ngasih ke kakak?” Tanya Adel menahan senyumnya seraya menatap anak kecil yang duduk di sampingnya, “kalo kamu haus minum aja... jangan dikasih ke orang lain oke.” Ujar Adel mencubit kedua pipi anak kecil itu. Anak kecil itu semakin mengerucutkan bibirnya kesal, “pokoknya kakak harus Achel ganti sama es krim.” Renggut anak kecil itu dengan cadelnya. Adel pun menganggukkan kepalanya, “Siap, baby.” Seru Adel. “Serius Kak?” Tanya anak kecil itu berseru girang. “Yup.” Angguk Adel. “Yeeeee, kakak baik banget sih mau beliin Achel es krim.” Sorak anak kecil itu, “sini aku cium Kak.” Ucap anak kecil itu sembari berdiri di atas bangku kemudian memeluk leher Adel. ‘mwuah’ Bunyi kecupan di pipi Adel terdengar, membuat sang pemilik pipi itu terkekeh geli. “Duh, pagi – pagi udah dicium nih.” Seru Adel memeluk anak kecil itu gemas, “ Eh iya, nama kamu siapa?” “Nama aku ... Errrr ... A ... C ... H ... EL.” Eja anak itu dengan susah payah. Adel menahan tawanya, “Achel? Nama kamu Achel sayang?” Tanya Adel menatap anak kecil itu gemas. “No.” Tolak anak kecil itu, Errrr ... A ... C ... H ... EL.” Lanjut anak itu berusaha semaksimal mungkin untuk mengucapkan namanya lalu diakhiri dengan cengiran polos khas anak – anak “Oohhh.... Rachel? Nama kamu Rachel bener?” Tanya Adel yang langsung diangguki anak kecil itu, “Kakak kira nama kamu Ecel, eh tahunya Rachel.” “Achel tuh gak bisa ngomong Errrr ... jadi sering dipanggil Achel aja, soalnya kalo pake Errr suka diketawain sama abang.” Jelas Achel, “tapi kata mama, nanti kalo udah gede panggilnya pake Errr aja.” “Kenapa?” Tanya Adel. “Kan kalo udah gede, Achel bisa bilang Errr.” Cengir Achel menampilkan gigi depannya yang ompong satu. Adel menganggukkan kepalanya sembari terkekeh, “berarti sekarang Kakak juga panggil Achel dong?” “Yup.” Angguk Achel, “sekarang Achel masih umur empat tahun, kalo udah tujuh belas baru boleh panggil Achel pake Errr.” Jelas Achel cadel. Adel mengangguk, “kalo kakak namanya siapa?” Tanya Achel itu menatap Adel. “Nama kakak Adelia Claudia Mazrick, temen – temen kakak suka manggil Adel. Oh iya, Achel kenapa sendirian di taman?” “Achel tadi lagi marahan sama abang di tempat jajan, terus Achel lari aja ninggalin dia sendirian.” Jelas Achel dengan raut muka sebal. “Loh kenapa marahan?” Tanya Adel. “Abisnya Achel mau jajan es krim gak di kasih.” Adel mengangguk paham, “itu karena Achel jajan es krim tiap hari kan?” Tanya Adel diangguki Achel. “Es krim kan kesukaan Achel kak.” Cemberut Achel. “Tapi gak boleh keseringan ya, nanti gigi kamu bakal sakit. Kamu mau?” Tanya Adel mengusap rambut Achel. Achel menggeleng imut, “enggak mau.” “Ya udah, nanti kakak beliin satu tapi besok gak boleh makan es krim dulu ya.” Ujar Adel, “nanti kalo ketemu sama abang, minta maaf oke.” Achel mengangguk, “Iya kak Adel, tapi nanti aku mau beli dua boleh?” Cengirnya seraya meraih tangan Adel semangat untuk dipeluknya. “Heem.” Angguk Adel, “tapi kamu juga gak boleh sering – sering jajan es krim lagi ya.” “Iya.” Angguk Achel. “Good.” Senyum Adel. “Emm kak...” Panggil Achel melirik ke arah Adel. “Kenapa?” Tanya Adel. “Nama kakak mirip sama nama temennya Bang Aldy.” Ujar Achel. Adel mengernyitkan dahinya, “Aldy?” Tanya Adel. Achel mengangguk, “namanya Aldy Arrrrrr ... tieda.” Ucap Achel susah menyebutkan huruf ‘R’. “Oh jadi abang kamu itu Aldy? Aldy Artieda?” Tnay Adel. “Enggak, bukan... kata mama Bang Aldy itu abang Achel tapi beda mama sama papa. Terus mamanya Bang Aldy itu adiknya papa aku.” Jelas Achel yang langsung diangguki Adel, “jadi benera kalo kakak temennya Bang Aldy?” Seru Achel. “Iya.” Angguk Adel, “kenapa emang?” Tanya Adel. Achel mulai memandang wajah Adel dengan teliti, “woah ... betul apa yang bang Aldy omongin.” Ucap Achel menggeleng – gelengkan kepalanya sembari terus menatap wajah Adel. “Kenapa emang?” Tanya Adel, “dia bilang apa?” “Bang Aldy sering cerita kalo dia punya temen yang cantik banget, kalo ke mana – mana itu katanya kakak suka nempel terus sama Bang Aldy.” Ujar Achel. “Nempel?” Tanya Adel, “yang ada tuh si Aldy ngikutin gue.” Gerutunya kesal. “Hah? Gimana Kak?” Tanya Ache tak mendengar jelas ucapan Adel. “Yang suka nempel itu Bang Aldy, bukan kakak.” Jelas Adel kesal. Achel terkekeh geli, “katanya Kakak juga paling pinter, tapi suka bolos kelas.” Ujar Achel, “itu gimana bisa kakak tetep pinter tapi sering bolos?” Bingung Achel. Adel menggaruk kepalanya yang tak gatal, “aduh, Aldy cerita apa aja sama kamu sayang?” Tanya Adel, “nih ya jangan dengerin omongan Aldy, dia kan suka bohong orangnya juga jail.” Lanjut Adel sedikit berbisik. “Iya kak bener, dia sama Bang Alel sama – sama jahat suka jailin Achel.” Rajuk Achel. “Siapa Alel?” Tanya Adel. “Abang asli Achel.” Ujar Achel, “A ... H ... Errr .. E. L. Atau Alel pake Err.” “Aaah ... Ahrel.” Angguk Adel, “namanya susah ya, kasihan kamunya.” Kekeh Adel. Anak itu mengangguk polos, “iya kak, selain namanya aja yang bikin susah orangnya juga bikin susah.” Ketus Achel. “Loh kok gitu?” Tanya Adel pada Achel. “Abang itu suka jahatin Achel, kadang juga suka baikin Achel. Dan itu beneran bikin Achel susah ngertiinnya.” Oceh Achel, “kadang suka jajanin aku makanan kadang juga jailin aku kak, mood nya juga suka naik turun.” “Hahaha kamu lucu banget sih, emang kalo punya kakak itu suka gitu sayang.” Ujar Adel, “kakak apalagi punya dua kakak lelaki.” Jelas Adel. “Oh ya?” Tanya Achel, “siapa aja Kak?” “Yang pertama namanya Dell—“ “ACHEL!” Teriak seseorang membuat Adel menghentikan ucapannya. “Ups, pasti itu bang Alel.” Cicit Achel membuat Adel terkekeh pelan. “Achel!” “Iya – iya Achel disini Bang Alel.” Sahut Achel seraya membalikkan badannya ke arah kakak nya. Adel pun reflek untuk berbalik melihat seseorang yang berdiri tak jauh darinya, betapa terkejutnya Adel melihat sosok di depannya. “LO?” Teriak Adel seraya menunjuk wajah sosok di depannya yang saat ini tengah mengeluarkan senyum miringnya. “Akhirnya kita ketemu lagi kan, hehe” Balas cowok itu dengan senyum mengembang. Achel menatap kakaknya dan Adel bergantian, “loh kalian udah saling kenal?” “Gak.” “Iya.” Jawab Adel dan Arel barengan. “Jadi gimana ini?” Bingung Achel. Arel menyejajarkan tubuhnya dengan Achel, lalu membisikkan sesuatu kepada adiknya itu lalu pergi meninggalkan Achel dan Adel berdua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN