Mario menggandeng erat tanganku memasuki kedai lewat pintu belakang, bukan ke belakang untuk berganti seragam tapi naik ke rumahnya. Aku menghapus airmata agar tidak menjadi perhatian tapi tetap saja deras alirannya tidak dapat kubendung. "Mario? Dina kenapa?" Tanya Tante Melati begitu aku duduk di sofa dengan dibanjiri airmata. Aku hanya diam tidak tau harus berkata apa, lalu perhatiannya beralih ke wajah anaknya yang lebam karena ulah Om Firman. Perlahan Mario menceritakan semuanya, kecuali tentangku yang lahir dan besar di tanah prostitusi. "Dina hanya merindukan sosok sang Ayah, tapi salahnya dia terjebak dalam perasaan dan orang yang salah." Kata Tante Melati sambil mengusap punggungku yang bersandar dalam pelukannya. "Tapi tunggu dulu ... Namanya Firman? Manager bank A.M.