Pemakaman

1128 Kata
Christophen "Apa yang terjadi?"tanya Hansel. Pria itu memandang kami dengan sangat sedih. "Ini benar-benar mengerikan. Ada yang membunuh Perry saat ia akan pulang ke rumah. Sepertinya pelakunya adalah perampok. Akhir-akhir banyak pencurian dengan kekekrasan. Perry yang malang. Nasibnya kurang beruntung kali ini." Pria itu menitikkan air matanya. "Sekarang mayat Perry ada di mana?"tanya Hansel. "Para petugas keamanan kerajaan sudah membawanya ke rumah. Aku baru saja kembali dari rumahnya. Istri dan anaknya sungguh kasihan." "Kami akan ke sana. Ayo Mr. Lutherford!" Kami pergi ke rumah Perry dengan terburu-buru. Pagi itu sudah banyak orang yang memulai aktivitasnya apalagi ditambah ada orang yang ditemukan meninggal. Hampir semua orang yang berada di dekat lokasi pembunuhan membicarakan Perry. Kami dengan susah payah menembus kerumunan orang-orang. Akhirnya kami bisa terlepas dari kerumunan itu. Para pedagang sudah mulai bersiap-siap menjajakan dagangannya. Kami memasuki gang-gang yang kotor dan kumuh. Kami akhirnya tiba di rumah Perry. Di sana banyak orang. Tubuh Perry sudah berada dalam peti siap untuk dikuburkan. Hansel langsung mendekatinya. Aku pun melihat pria itu untuk terakhir kalinya. Hansel terlihat sangat sedih, bahkan ia sempat menangisi kepergian sahabatnya itu. Matanya memerah dan berlinangan air mata. Aku tidak berani berbicara dengannya. Aku melihat istri dan anak laki-laki yang masih berusia delapan tahun sedanh duduk di sudur ruangan dengan raut wajah muram. Bayang-bayang kesedihan menyelimuti wajah keduanya. Aku ke sana menghampirinya. "Aku turut berduka cita atas kepergian suami Anda, meskipun aku baru bertemu dengannya, Mr. Cornwell adalah pria yang sangat baik. Aku tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi padanya. Aku sungguh menyesal." "Terima kasih Anda sudah datang." Aku duduk di sampingnya. "Pertemuan singkat kami berkesan meskipun hanya sebentar dan aku sungguh beruntung bisa bertemu dan diperkenalkan pada pria sebaik suami Anda." Istri Perry menghapus air matanya dengan sapu tangan yang sejak dari tadi digenggam oleh tangannya. "Suamiku memang orang baik. Dia adalah pria baik dan penuh cinta pada keluarganya. Suamiku tidak pernah membuat masalah dengan orang-orang di sekelilingnya. Itu yang aku tahu. Sebaliknya dia sering berbuat baik pada semua orang dengan membantu orang-orang dalam kesulitan. Mereka yang datang ke sini adalah orang-orang yang dulu pernah dibantu suamiku." "Tidak diragukan lagi suami Anda memang orang baik." "Suamiku tidak mungkin punya musuh sehinggah harus dibunuh." Wanita itu kembali menangis. "Orang-orang bilang Mr. Cornwell dibunuh, karena korban perampokan." Sang Istri menatapku dengan wajah basah berlinangan air mata. "Apa Anda percaya dia dirampok?" "Aku tidak tahu, tapi hatiku mengatakan ini bukan sekedar perampokan." "Suamiku orang miskin. Kami tidak punya harta yang berharga. Lihatlah di sekeliling rumah ini! Di sini tidak ada satu pun barang berharga. Kami tidak mempunyai cukup banyak uang, jadi perampok itu mau mencuri apa pada suamiku. Tidak ada uang dan barang berharga untuk di rampok." "Anda benar." "Aku yakin suamiku dibunuh karena hal lain." Aku menatap Mrs. Cornwell dengan rasa iba. "Suamiku tidak akan pernah mendapatkan keadilan. Orang miskin seperti kami tidak akan pernah diperhatikan oleh Raja dan pelakunya dibiarkan bebas begitu saja. Kami tidak punya cukup uang untuk membayar seorang penyelidik." "Apa akhir-akhir ini ada sesuatu yang aneh pada Mr. Cornwell sebelum meninggal?" "Aku tidak tahu." "Coba diingat-ingat lagi!" Wanita diam memandang lurus ke depan. Hansel masih saja di depan peti dengan raut wajah yang sangat sedih. Sepertinya Hansel tidak ingin segera meninggalkan peti itu. "Beberapa hari sebelum kalian datang bertemu dengan suamiku, Perry seperti mencemaskan sesuatu. Dia selalu terlihat gelisah dan selalu terbangun di tengah malam. Dia hanya mengatakan mencemaskan tentang pekerjaannya saja. Aku percaya saja dan tidak mencurigai ada yang tidak beres dengannya." "Jadi dia tidak mengatakan apa-apa?" Mrs. Cornwell menggelengkan kepalanya. "Semalam sebelum kalian datang Perry pulang seperti sedang dikejar sesuatu. Dia nampak ketakutan dan sangat gelisah. Setiap kali aku bertanya, dia selalu menjawab tidak ada apa-apa." Aku diam berusaha menerima informasi yang diberikan oleh Mrs. Cornwell. "Kita mungkin tidak akan pernah tahu apa yang terjadi kepadanya." "Anda benar. Biarkan saja jika orang-orang akan menganggap ini sebagai korban perampokan biasa." Aku mengangguk. Hansel kemudian bergabung dengan kami dan mengucapakan duka cita pada pada istrinya Perry. "Kapan pemakamannya dilangsungkan?"tanya Hansel pada Mrs. Cornwell. "Kira-kira setengah jam lagi." Pemakaman Perry Cornwell pun berlangsung. Orang-orang yang hadir saat pemakaman pun tidak banyak. Peti telah dimasukkan ke liang lahat dan ditimbun oleh tanah. Suasana siang itu kental oleh kesedihan. Aku dan Hansel ikut menaburkan bunga. "Selamat tinggal, kawan!"gumam Hansel. Satu persatu orang meninggalkan makam. Sekarang hanyalah tinggal kami berempat termasuk istri dan anak Mr. Cornwell. Kami mengantarkan mereka berdua kembali ke rumah. Suasana kota Geneva terlihat ramai seperti biasanya. Banyak pedagang yang sudah menjajakan dagangannya dan saat melewati kawasan pandai besi, toko Mr. Cornwell tutup dan di sana berjalan seperti biasanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada rekan kerja mereka. Saat kami melewati Lunar Motel, kami bertemu dengan Gerry si Pemilik motel. Dia menghampiri kami. Hansel memberhentikan kereta buginya. "Apa kalian sudah pulang dari pemakaman?"tanyanya. "Iya,"jawabku. Pria itu melihat ke arah Mrs. Cornwell. "Maaf tadi aku tidak hadir. Para tamu di sini banyak." "Tidak apa-apa. Aku mengerti." Kami pun melanjutkan perjalanan dan kereta berhenti di depan gang, karena tidam bisa masuk. Sesampainya di rumah, kami disuguhi teh lagi. Keadaan rumahnya sudah sangat sepi. "Terima kasih." Aku meminum teh yang disodorkannya padaku. "Apa rencanamu setelah ini?"tanya Hansel pada istrinya Perry. "Aku sudah memutuskan akan kembali ke kampung halamanku di Springwell bersama putraku. Di sana ada orang tuaku dan kami akan memulai kehidupan baru kami di sana." "Mungkin itu lebih baik,"kataku. "Bagaimana toko pandai besi milik suamimu?"tanya Hansel. "Aku akan menjualnya dan uangnya untuk modal usaha yang akan aku jalani di Springwell." "Itu keputusan yang tepat,"kataku. "Kapan kalian akan pergi?"tanya Hansel. "Secepatnya setelah toko berhasil terjual. Jadi sampai kapan kalian akan berada di Geneva?" "Harusnya pagi tadi kami sudah pergi dari sini, tapi karena ada kejadian ini, kami jadi menundanya mungkin kami akan pergi besok pagi." "Kalian akan menginap lagi di Lunar Motel?" "Iya." "Kalau begitu kalian berhati-hati selama perjalanan pulang." "Terima kasih." Aku memghabiskan teh dan berpamitan untuk pulang. "Jaga diri kalian baik-baik!"kataku. Mrs. Cornwell mengangguk. "Kalian juga." "Selamat tinggal!" Aku dan Hansel pergi meninggalkan rumah keluarga Cornwell dan kembali ke penginapan untuk beristirahat setelah makan siang di sana. Gerry sudah menyiapkan makanan untuk kami. Setelah makan aku kembali ke kamar. Aku membuka tasku dan mengambil sebuah n****+ yang aku bawa sejak kepergianku ke Geneva untuk menghabiskan waktu luangku, tapi sejak tiba di Geneva, aku belum sempat membacanya. n****+ itu pemberian dari Macaroon. n****+ roman yang dibeli wanita itu di toko buku sebagai hadiah ulang tahunku yamg ke-26. Ceritanya tentang percintaan antar tokoh. Aku baru membaca sebagian isi cerita itu dan ceritanya sangat sedih mirip dengan kisah cintaku sendiri. Ketika aku membuka halaman berikutnya secarik kertas yang terlipat terjatuh. Aku mengambilnya dan ada tulisan untuk Christophen Lutherford dari Perry Cornwell. Aku cepat-cepat membuka lipatan kertas itu dan langsung membacanya. Isi surat itu membuat jantungku hampir melompat ke tenggorokkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN