Drtt... Drtt... Drttt... Ponsel Rafa yang berada di nakas terus bergetar untuk yang kesekian kalinya dan sukses membuat Rafa terbangun dari tidurnya. Rafa terbangun dengan nafas memburu dan keringat yang hampir membasahi sekujur tubuhnya. Rafa sontak menoleh ke kanan dan kiri, menghela nafas lega saat sadar kalau ia masih berada di apartemen, lebih tepatnya berada di kamarnya sendiri. "Ternyata semuanya hanya mimpi," gumam Rafa disela deru nafasnya yang memburu sambil mengusap kasar wajahnya. "Astaga, untung semuanya hanya mimpi." lanjutnya lirih. Rafa melirik ponselnya yang masih terus bergetar. Ia lantas menuruni tempat tidur dan meraih ponselnya, berdecak saat tahu siapa orang yang baru saja menghubunginya. Sebenarnya Rafa malas sekali mengangkat panggilan dari Rifa, ta