"Sudah Kei, nanti kepalanya pusing lagi kalau terus menangis," nasehat Ajeng lembut. Keira bersusah payah untuk menghentikan tangisannya dan setelah ia merasa tangisnya tak lagi sehebat sebelumnya, ia melerai pelukannya begitu pun dengan Ajeng. Ajeng merangkum wajah Keira, menyeka air mata yang membasahi pipi Keira dengan ibu jarinya lalu mengecup kening Keira, sentuhan yang mampu membuat perasaan Keira jauh sedikit lebih tenang. "Ke-keira enggak mau pergi Bu," lirih Keira terbata sambil terus menggelengkan kepala, menolak untuk melanjutkan kuliahnya di London sesuai dengan perintah Erlangga. Ajeng menghela nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Ia sedang sibuk merangkai kata yang tepat untuk berbicara dengan Keira, agar Keira tidak merasa tersinggung a