Kembali ke Jakarta, kembali pada aktivitas mereka yang sebenarnya. Membosankan memang, tapi seperti itulah kondisinya. Terlalu monoton sehingga membuat mereka jenuh. "See you later, Bunny. Thank you to take me home." Shween tersenyum manis. "Do you wanna come in?" tawarnya. Mereka berada di depan pintu pagar rumahnya yang tertutup. Ini malam hari, pukul sembilan malam, meskipun sudah memberi tahu bahwa dia akan pulang hari ini, tak mungkin kedua orang tuanya menunggunya dengan pintu pagar terbuka. Itu berbahaya, di dalam komplek perumahan elit sekalipun tidak diperkenankan membiarkan pintu pagar rumah terbuka. "Makasih, Mancung, tapi kayaknya nggak dulu, deh," tolak Dav halus. Kepalanya menggeleng. "Why not? You're not afraid of my daddy, are you?" Shween mengulum senyum. Dia yakin b