Dav masih menyusuri tubuh mulus bak patung lilin itu, menikmati setiap inchi menggunakan indra peraba dan pengecapnya. Tidak peduli dengan keringat yang ikut serta. Bagi Dav, keringat dari tubuh yang meliuk di pangkuannya terasa manis. Belum lagi suara-suara yang keluar dari mulut sexy itu. Begitu merdu dan indah ditangkap indra pendengarnya, membuat Dav semakin panas dan bersemangat mengerjai tubuh itu. "Bunnieehhh!" Dav mengangkat sebelah alis, mendongak dan menatap Shween hanya untuk melihat wajah perempuan itu. Namun tidak mengubah posisinya, mulutnya tetap terbenam pada tubuh bagian depan Shween yang sudah tidak berpenutup. Dia membuangnya beberapa saat yang lalu. Kain-kain itu tak berguna, hanya menjadi penghalang saja. Shween terlihat lebih cantik dalam keadaan bagian atas tidak