Elliana mentraktir Aaron dan Gabriel. Mereka makan di restoran fast food KaEfCe, restoran yang menyajikan ayam goreng tepung a la Amerika Serikat. Gabriel manut saja, sedangkan Aaron sangat kecewa. "Kamu menangin duit berjuta- juta, makannya ayam goreng sama nasi sekepal gini doang? Ell, kamu tu pelit banget sih?"
Elliana balas bertanya, "Jadi Bapak gak terima nih ceritanya? Gak papa, gak usah dimakan. Saya sanggup kok habisin porsi Bapak." Apalagi ia kelaparan karena saat kontes kostum tidak bisa makan- makan.
Aaron melindungi baki makanannya. "Eei, enak aja! Aku juga lapar, tau! Huh!" Ia dan Elliana sama- sama merengut dan membuang muka.
"Huh!"
"Hadduuuh!" rutuk Gabriel yang berada di antara mereka."Kalian ini beneran berdebat aja terus kayak anak kecil. Gak malu apa dipelototin orang, apalagi tuh ama anak- anak TK itu?"
Aaron dan Elliana diam. Keduanya melirik sekeliling restoran yang dipenuhi pengunjung sebagian besar anak kecil karena ada acara ultah anak TK. Anak- anak itu ditambah emak- emak mereka memelototi mereka. Pertama karena ribut. Kedua, karena emak- emak merasa familier dengan Aaron. Ya iyalah, wajahnya Aaron 'kan kayak cowok di cover n****+ romance CEO gitu. Wajar mereka curi- curi merekam dan memotret Aaron.
Aaron sih senang- senang saja 'kan gunanya wajah tampan emang buat gitu. Narsis dan eksis. Elliana malah merasa gelisah kalau- kalau ada yang mengenalinya. Ia berujar cemas. "Ngg, anu, Pak, sebaiknya kita buruan makan deh. Saya mau pulang secepatnya. Kucing saya kayaknya tadi kurang sehat."
Kening Aaron mengernyit, tetiba sadar orang akan mengaitkan gadis berpenampilan Jenny Blackpink ini dengan Cassandra, lalu imbasnya ke Elliana. "Iya deh," sahut Aaron. Mereka pun makan dengan tenang dan tidak berlama-lama di mall itu.
Pulangnya, Aaron dan Gabriel mengantar Elliana. Gadis itu duduk di depan bersebelahan dengan Gabriel, sedangkan Aaron di belakang. Elliana termenung memikirkan bagaimana jika orang mengetahui siapa Cassandra sebenarnya. Apakah ia akan dicap palsu atau seorang impostor?
Aaron memperhatikan itu dan ia bisa mengerti perasaan Elliana. Penampilan menarik yang sudah dikenal publik menjadi nilai jual tersendiri. Khalayak mungkin akan merasa ditipu oleh Cassandra.
"Seriusan kucing kamu sakit?" selidik Gabriel tiba- tiba saja, membuat Elliana tersentak.
"Eh? Ngg ... sepertinya."
"Kalau begitu, ntar saya temenin ke doker hewan. Kan susah membawa Anais dan Moses kalau naik taksi."
"Hah? Eng ... Nggak usah deh, Pak. Ntar ngerepotin Bapak aja."
Gabriel akhirnya mendesak Elliana. "Sudahlah. Di mobil ini cuma ada kita bertiga. Bilang aja terus terang kamu kenapa, gak usah bohong segala."
Elliana tertunduk dalam dan salah tingkah. Tangannya memainkan kenop pengunci tas mungilnya. "Mmm, iya, Pak. Saya takut keekspose. Habisnya Bapak Aaron orang terkenal. Ntar cewek- cewek yang keliatan dekat dengannya 'kan bakalan dijulidin orang."
Dan itulah yabg ditunggu Gabriel. Gabriel punya cara untuk membuat Elliana dalam kendalinya. "Ya, gitu dong. Terbuka aja sama saya. Saya paham kok kendala kamu. Pokoknya kamu jangan khawatir, kamu bisa percaya sama saya. Contohnya saja Aaron. Udah lama aku nutupin kehidupan dia sebagai Novan. Aman- aman saja 'kan?"
"Ngg, iya juga sih," gumam Elliana.
Aaron menambahkan. "Iya, Ell. Kalau ada apa- apa, Gabriel cepat ngatur segala sesuatunya buat mengatasi masalah. Rosalinda juga gak tau 'kan identitas kamu sebenarnya?"
"Iya. Kak Ros kenalnya cuman Cassandra."
"Nah, kalian berdua 'kan bakalan sering dikait- kaitkan. Mulai sekarang, apa pun yang kamu lakukan, kamu mesti lapor sama saya, Ell. Kalau ada apa- apa, kamu ceroboh, misal ada kejadian lagi kayak malam kemaren. Hayoo, gimana coba kalau gak ada yang bantu dan jagain kamu."
"Iya ya." Elliana berseloroh sambil memikirkan serius ucapan Gabriel. Kemudian ia berujar lagi. "Tapi ... jadinya saya bakalan ngerepotin Bapak, gimana? Duh, saya bener-bener gak enak, Pak."
"Emangnya kamu punya penolong terbaik selain saya?"
"Hehe, gak ada sih, Pak."
"Makanya, dari tadi saya ngomong apa? Dari kemaren juga saya ngomong apa waktu di hotel? Yang penting kamu jujur dan terbuka sama saya kamu ngapaian aja dan di mana. Jadi saya bisa cepet beri bantuan."
"Betul, Ell!" imbuh Aaron bersemangat. "Kamu juga harus beri tahu saya, kalau-kalau Gabriel berhalangan. Karena itu, buka blokiran nomorku ya, Ell? Ya? Ya?"
Elliana tidak menyahut. Hanya mendelik sebal dan manyun- manyun kesal pada Aaron. Apa ini jebakan Aaron supaya ia makin terjebak dengannya? Bapak Aaron dan Bapak Gabriel 'kan temen duet sejak lama. Duh, gimana ya? Mau menolak, tapi mereka ada benarnya. "Saya pikirin baik-baik dulu, Pak. Terima kasih atas tawaran Bapak," ucapnya.
"Hhh ...." Aaron mendengkus sebal oleh keputusan Elliana yang terlalu bertele- tele.
Masalahnya, tidak mudah baginya mengumbar urusan pribadi pada seseorang yang bukan apa- apanya. Memberitahu Bapak Gabriel semua kegiatannya merupakan intervensi yang sangat besar. Elliana merengut pada Aaron. "Saya 'kan terbiasa ngurus apa- apa sendiri, Pak. Gak kayak Bapak, udah dilayani sedari bayi."
"Ya, ya, aku ngerti," sahut Aaron. "Pokoknya kamu percaya aja deh sama Gabriel. Ia hebat kok ngurus segalanya, apalagi soal perempuan. Ya gak, Riel?" Aaron menggoda sahabatnya itu dan berpikir Gabriel akan mengatur kencannya dengan Elliana agar berjalan mulus.
Gabriel mendesah kesal. "Tapi aku gak mau tau lagi soal Celine, ya. Dia udah kelewat batas menurutku."
"Isshh, buat apa lagi Celine? Kan sudah kubilang aku serius sama Elliana. Kamu hanya harus menjaga identitas asli kami berdua."
Elliana melirik Aaron dan merasa gelisah dengan ucapan pria itu. Aaron bukan lagi pria idamannya. Buat apa bersama pria yang membuat hatinya tak tenang? Lovita, Celine, Rosalinda, Yosephina, baru segelintir wanita yang diketahuinya menjadi pasangan seks Aaron. Entah berapa banyak lagi yang tidak disebutkan. Ia tidak akan terbuai stereotipe cewek di n****+ romance itu. Tetiban si Cassanova tobat habis one night stand atau habis kena tolak. Ah, aku bukan si tokoh utama n****+. Aku gak cantik bak bidadari dari kahyangan.
Tiba di teras gedung apartemennya, Elliana buru- buru keluar membawa serta tas berisi kostum dan mekapnya. Hari sudah malam dan ia takut ada wartawan di kegelapan sana mengintai. "Makasih ya, Pak!" ucapnya lalu berbalik tanpa menunggu sahutan Aaron dan Gabriel selesai.
"Ya, Ell. Sama-sama."
Gabriel segera melanjutkan perjalanannya bersama Aaron. Aaron sibuk dengan ponselnya karena banyak notifikasi. Rupanya teman- teman kencannya menanyakan soal gadis yang terlihat bersamanya di mall.
Kitty Baby 6: [Dia kecengan baru kamu, Ron?]
Kitty Baby 11: [Siapa lagi nih?]
Kitty Baby 25: [Ehmm, dah pindah ke yang baru lagi. Cepet banget si Cassandra lewat. Wkwkwkkw]
Kitty Baby 47: [Artis baru ya, Ron? Mukanya mirip artis Korea ya?]
Kitty Baby 11: [Kapan kamu nyamperin aku lagi, Ron? Kangen nih!]
Dan masih banyak chat sejenis, dibalas Aaron ala kadarnya seperti ya begitulah, kapan- kapan ya, maaf sedang sibuk.
Kitty Baby 86, si Rosalinda. [Sama siapa lagi ini, Ron? Bukannya kata kamu mau pacaran settingan sama Cassandra? Lalu Cassandra gimana nasibnya?]
Aaron segera membalas. [Tetep kok sama Cassandra. Santai aja.]
[Eh A, malam ini ngapain? Kangen nih. Ayamore mau main ama Aa.]
[Oke!] balas Aaron yang seketika tersadar salah pencet. Buru- buru dihapusnya meskipun sudah dibaca.
[Kok dihapus?]
[Salah kirim. Aa sibuk, Beb. Kapan-kapan aja ntar kita hang out lagi.]
Aaron lalu menutup ponselnya dan tidak menggubris lagi isi gadgetnya itu. Ia termenung.
Gabriel meliriknya melalui cermin. "Kenapa, Ron? Kamu mau ke hotel?" Buat kencan.
Menggeleng perlahan Aaron menjawab sambil gamang. "Nggak. Aku kan sudah janji gak main cewek lagi." Meskipun godaan kenikmatan itu sangat besar dan sakit yang harus disandangnya luar biasa menyiksa. Sempat terbesit dalam benaknya, apakah ini layak? Terbayang Elliana akan mencibirnya seumur hidup. Aaron selalu dipuja puji, dikagumi semua orang, tetapi bagi gadis itu Aaron adalah pecundang. Tidak! Ia tidak akan kalah. Ia harus bertahan. Besok- besok ia akan terbiasa dengan perubahan pola hidup ini dan rasa sakitnya. Aaron yang perkasa di ranjang, pasti juga kuat menahan kesendirian.
Ia berujar pada Gabriel. "Pulang aja, Riel. Aku harus menyimpan energiku buat malam ini."
"Baiklah," sahut Gabriel. Ia mengantar Aaron kembali ke kediamannya.
Aaron menjalani malamnya seorang diri lagi. Rebahan telanjang di ranjangnya, ia menunggu jam perubahan wujud sambil memandangi foto- foto yang tersimpan di ponselnya. Foto- foto cosplay Elliana, foto- foto Cassandra, foto Elliana, lalu yang terbaru foto Elliana berwajah mirip Jenny Blackpink. Namun pada akhirnya ia kembali ke wajah asli Elliana. Bertanya- tanya penuh kekaguman sebanyak apa wajah yang bisa dibuatnya. Gadis yang tahu betul khasiat berdandan, merawat diri, dan membuat lelaki penasaran. "Elliana oh Elliana," sebut Aaron sebagai mantra pengantar memasuki fase perubahan wujudnya.
***
Di kamarnya, dalam keredupan cahaya lampu tidur, Elliana berbaring sambil merenung, memikirkan bagaimana nantinya ia harus memberitahu semua kegiatannya pada Bapak Gabriel. Selama ini ia bahkan tidak bercerita kalau ia menjadi Cassandra pada ibunya. Ibunya tahu ia pandai melukis, akan tetapi tidak mendukungnya menjadi pelukis. Apalagi melukis model manusia dalam pose v****r, juga tidak menyukai cosplayer yang seringkali tampil nyeleneh atau berpakaian seksi.
Biasalah, orang tua sebisa mungkin anaknya terhindar dari dosa. Karena itu juga ibunya ingin menjodohkannya supaya cepat- cepat kawin. Tapi bagaimana nanti jika calon suaminya itu tidak suka penampilannya? Bagaimana jika tidak suka kariernya? Bagaimana jika tidak suka hobinya? Bagaimana kalau tiba- tiba ia harus jadi istri yang diam di rumah serta dikendalikan suami? Atau lebih buruk? Ia mendapat suami yang suka menyiksa dan kasar tutur kata maupun perbuatan. Atau bukan semua itu, tetapi ia tidak suka orangnya.
"Aaah, pusing!" Elliana mengacak rambut dan wajahnya. Ketika memejamkan mata berusaha tidur, ponselnya bergetar halus tanda pesan masuk. Iseng Elliana meraih gawai itu dan terperangah melihat identitas pengirim.
Bapak Gabriel: [Kamu di mana, Ell?]
Elliana merasa sungkan sendiri. Ih, malam- malam dichat cowok. Isshh, jangan geer! Jangan geer! Ia diemin pesan itu beberapa menit, biar kesannya gak penting. Rasa- rasa gatel juga sih jarinya sebenarnya. Ketika 5 menit berlalu, ia membalas pesan itu.
[Di rumah, Pak.]
[Ngapain?]
[Rebahan]
[Dah mau tidur ya?]
Elliana senyum- senyum sendiri. Aneh rasanya di- chat demikian oleh Bapak Gabriel. Jangan geer, Ell! Jangan geer!
[Iya, Pak.]
[0ke. Met tidur, yah. Besok jangan telat, soalnya pagi-pagi kita ada rapat.]
Elliana terbelalak. [(´⊙ω⊙`)!Hah?? Rapat apaan, Pak?]
[Rapat akhir bulan, laporan buat direksi. Yang kita jadwalkan sabtu itu, tapi gak jadi gara- gara kamu mabuk.]
Wajah Elliana merah padam. Dewan direksi adalah orang- orang penting, pasti mereka gak suka ada pembatalan tiba-tiba kayak gitu. Duh, Bapak Gabriel pasti kena damprat sama mereka. Segera Elliana membalas pesan tersebut.
[Iya, Pak. Maaf, Pak. Iya, besok pagi- pagi saya ke kantor dan nyiapin bahannya segera.]
[Oke.]
Elliana segera mengesampingkan ponselnya dan berusaha tidur secepatnya. Ia tidak mau terlambat dan membuat kesalahan lagi pada bosnya. Bapak Gabriel sudah baik banget, kurang apa lagi coba? Duh, Ell, jadi anak buah jangan ngelunjak, Ell. Dia terlelap dan terbuai mimpi indah dengan tokoh pria Bapak Gabriel. Mimpi agak me.sum sampai- sampai celana dalamnya basah pas besok paginya.
Apakah Elliana terlambat? Nantikan jawabannya di next episode.
***
Bersambung ....