CVC 62. RAHASIA

2739 Kata
CVC 62. RAHASIA Elliana balas membentak. "Bapak nuduh saya? Bapak tuh yang ada hubungan sama Valentino! Bapak 'kan selingkuh sama tunangan dia, makanya sekarang Bapak kena karmanya. Rasakan!" Aaron mengentakkan kaki merutuk Elliana. "Kurang ajar banget sih kamu, Ell?" "Bapak yang kurang ajar!" Gabriel tahu- tahu muncul dan menegur mereka. "Woi woi woi! Apaan lagi sih kalian ini? Gak bisa ditinggal sebentar aja udah kelahi kayak musuh bebuyutan." Gabriel melewati dua orang itu untuk menaruh belanjaannya di meja makan. Elliana misuh- misuh sendiri, berlari kecil mendatangi Gabriel. "Tau nih, Pak. Si kam.pret gak mau pakai baju. Dasar gak tau malu. Keknya kekuatan dia super ngeselin dan super me.sum." Gabriel menarik napas dalam, berusaha setenang mungkin berbicara pada Aaron — yang jika dituruti, sebenarnya ia ingin sekali meninju Aaron karena telah mendekati pegawai-(rasa pacar)-nya dalam keadaan polos kek aktor film por.no. "Ron, pake baju cepet! Kita mau makan nih, gak enak liat sosis kamu ikutan nampang." Aaron mengatup rapat rahangnya, melengos ke kamar buat mengenakan baju yang dipakainya kemarin. "Huh, Gabriel nih selalu aja meru.sak kesenanganku," gerutu Aaron. Gabriel dan Elliana membuka kemasan lontong Medan sambil berbincang. "Apa lagi sih yang kalian permasalahkan?" tanya Gabriel, kayak guru BK di sekolah. "Dia nuduh saya ada main sama Valentino de Dimer, Pak," jawab Elliana dengan suara ketus karena masih menahan kesal, sebagian lagi karena khawatir Bapak Gabriel memergoki mereka saat berciuman. Entah bagaimana ekspresinya saat itu. Kayaknya bakalan kelihatan menikmati. "Gila aja saya mau hancurin proyek saya sendiri." "Hmm," deham halus Gabriel. Cukup bisa memahami mungkin Aaron termakan jebakan Elliana palsu. "Ya udahlah. Kita makan dulu, habis itu baru kita cari titik temunya. Lagian kasus kematian Celine ini juga berdampak pada Valentino. Saya yakin dewan direksi akan memberi kita kelonggaran waktu." "Humm ...." Elliana duduk bertopang dagu dan manyun manja pada Gabriel. Gabriel terkekeh melihat raut imut gadis itu. "Kenapa lagi, Ell?" "Pak, Bapak tuh kek kulkas aja ya?" "Eh? Emang saya sedingin itu? Enggak lah, Ell. Kalau pelukan 'kan kerasa saya hangat." Elliana tersipu. "Ehehhe, maksud saya Bapak tuh kalau ngomong ngademin banget. Kayak kulkas 'kan kalau dibuka, sejuk." "Cieeh, gombalan ala Elliana begitu ternyata," ledek Gabriel. Ia mencoba membalas Elliana. "Kalau kamu ... hmmm ...." Namun, tidak bisa menemukan kata yang tepat. Elliana buru- buru menyela. "Eit, eit, eit jangan coba- coba ngegombalin saya, Pak. Gak bakalan mempan." Ia lalu menertawakan Gabriel yang kehabisan kata- kata. Aaron sudah berpakaian rapi, menimbrung tiba-tiba. "Iya, soalnya dia udah pakar ngebohongin orang," sindirnya pada Elliana. Aaron duduk berseberangan dengan Elliana, memegang sendok garpunya bersiap makan, sedangkan Elliana berdiri dan menudingnya. "Lo tu suka banget ya ngungkit- ngungkit masalah pas mau makan? Ni gue colok hidung lo biar jera." Elliana mengacungkan garpu ke arah Aaron. Aaron balas nyolot. "Ya emang gitu 'kan kenyataannya? Lo ahli banget jadi Cassandra sampai- sampai para cowok naksir ama lo, termasuk gue." "Halah! Situ juga sama. Petantang- petenteng kek raja Romawi, aslinya kek Obelix." Gabriel yang hadir di antara mereka menutup telinganya dan membentak. "Bisa diam gak sih kalian ini?" Aaron dan Elliana langsung mingkem. Gantian Gabriel yang mengomel nyaring. "Kelahi aja terus, kek kucing ama anjing. Persis Tom and Jerry tau gak?" "Tom and Jerry itu kucing dan tikus, Pak," gumam Elliana sambil tertunduk dalam. Gabriel ingin membentaknya karena berani menyela, tetapi gak tega. Alih- alih ia berujar miris. "Gak malu apa sama umur? Coba contoh Spongebob dan Patrick, mereka berteman karib dan gak pernah kelahi." "Keknya itu cocok buat Bapak berdua deh. Kalau di Bikini Bottom saya jadi Sandy aja, Pak. Hiaaat!" Elliana menirukan gerakan taekwondo membelah kepingan bata dengan tangannya. "Elliana benar, Riel," imbuh Aaron yang membuat Gabriel menepuk jidatnya sendiri. "Sutralah," desahnya. "Terserah kalian mau jadi apa. Aku duduk dan sedia popcorn aja sudah kalau kalian berkelahi." Ia duduk dan mulai makan lontong Medan yang berbumbu pedas. Elliana duduk dan makan dengan tenang. Ia menyikut tangan Gabriel. Pria itu mendeliknya. "Maaf, Pak, udah ngerepotin Bapak," pelasnya meluluhkan hati mangkel Gabriel. "Gak papa, Ell. Stok maaf saya masih banyak buat kamu," katanya. Aaron menimpali. "Iya lah, Gabriel emang penyabar banget orangnya. Dari dulu. Mau- mau aja dikibulin cewek." Ia lalu tercenung melihat makanan di piringnya. "Ini nih makanan pedas?" Elliana yang sudah separuh jalan menghabiskan lontongnya, segera menyahut. "Iya. Kalau Bapak gak suka gak papa, gak usah dimakan. Saya sanggup makan porsi Bapak." Aaron langsung merengut. "Aturannya sediain aku makanan lain, kek, ini malah ngincer jatah aku. Kamu tuh bener-bener gak perhatian ama orang." "Ngapain perhatian? Saya 'kan bukan babysitter Bapak. Weee," ledek Elliana. Gabriel menghela napas nyaris menegur lagi, tetapi sudahlah. Lupakan, biarkan, dan ingatlah: orang sabar disayang Tuhan. Ia terus makan sambil mendengarkan debat kusir Cassandra VS Cassanova. "Siapa juga yang pengen kamu jadi babysitter? Bisa- bisa kamu kepret anak orang atau emak bapaknya kamu tendang karena cerewet," sahut Aaron. Ia kesal dan meluapkannya dengan makan meskipun ia tidak doyan lontong Medan itu. "Nah, itu tau ganasnya saya. Kok masih aja cari masalah sama saya?" Kalau bahasa Indonesianya masih tertata berarti perdebatan mereka masih level 1. Ntar kalau makin tinggi levelnya, makin kasar bahasanya. Gabriel cukup menikmati situasi tesebut. "Kayaknya ... aku suka cewek ganas. Bikin aku panas." "Hiii, dasar me.sum." "Heh, laki-laki kalau gak me.sum gak bisa main di ranjang, tau gak!" "Iya, tapi gak usah koar-koar segala kalleee. Emang Bapak butuh pengakuan Bapak tuh tahan lama, segala medan, segala situasi dan kondisi gitu? Kek mobil bisa di-test drive ama orang mana saja." "Lah, aku 'kan mau berubah jadi mono. Harusnya kamu dukung dong niat hijrah aku." "Beughh, pakai istilah hijrah. Emang situ dah belajar apa selama ini?" "Setia itu berat, susah, dan ngerepotin." Elliana memble mencibir Aaron. Baru juga beberapa hari. "Tapi itu semua tidak seberapa, Ell, kalau buat dapetin hati kamu. Aku ikhlas," ucap Aaron tanpa ragu. Wajah Elliana merah padam tak bisa dikendalikan. Gabriel berhenti mengunyah seketika. Ia melirik reaksi Elliana dan berusaha tidak terpengaruh. Sabar, sabar, sabar .... Biarkan Elliana mengungkapkan isi hatinya. Gabriel mengambil air minum yang tersedia di meja makan. Ia mereguknya bersamaan makanan yang tak tertelan. Elliana menyeret tatapannya sebelah mata pada Aaron. "Tapi hati saya udah hancur oleh perbuatan Bapak." Aaron yang tidak mau kalah segera memutar kata- kata. "Ooh, jadi karena itu kamu having fun sama cowok lain buat pelampiasan sakit hati kamu 'kan?" "Uhukk!" Gabriel tersedak. Mendeham- deham beberapa kali meredakan pengganjal di dadanya. Elliana tidak gentar dan tetap menghadapi Aaron. "Having fun gimana? Emang Bapak tau apa soal perasaan saya?" "Kamu butuh seks. Tuh, buktinya da.da kamu penuh merah- merah cu.pang." "Kalau saya bilang saya alergi udang, Bapak mau apa?" Gabriel mengusap keringat di keningnya bekas kepedasan dan tersedak. Ia diam menjadi pendengar setia saja. "Emangnya aku bloon gak tau itu cu.pang?" lanjut Aaron yang sedikit pun tidak terlintas bahwa pelaku pencupangan itu ada di sebelahnya. "Lalu? Kalau saya bersenang-senang bersama seseorang, apa hak Bapak melarang saya? Apa saya pernah melarang Bapak sama cewek lain waktu saya masih naksir Bapak?" Mulut Aaron langsung terkatup rapat. Ia manggut- manggut sebentar kemudian menuding Elliana. "Tapi kamu nyuruh aku selibat." "Gak nyuruh. Itu cuman iseng aja, ngetes Bapak. Lagian saya gak ada janji setia sama Bapak. Saya bebas memilih orang yang saya sukai dan bisa menghormati saya!" Aaron membuang muka dan mendesis. "Isshh, gila! Pintar ngeles dia." Aaron mengakui kekalahannya kali itu. Ia meletakkan sendok garpunya, kebetulan lontongnya juga sudah habis. Pedas sambal tidak terasa lagi karena sahutan pedas Elliana mengebaskan indra perasanya. Ia minum segelas air putih sekali tenggak lalu menjauh dari meja makan. Aaron masuk ke kamar tidur tamu dan mengadem di sana. "Dasar Elliana tukang bohong!" Kedengaran ia menggeram kesal beberapa kali sebelum akhirnya hening. Gabriel dan Elliana yang tertinggal di meja makan, saling pandang. Sorot Gabriel lembut menenangkan, sementara Elliana memicing menahan marah. "Orangnya ngeres banget sih," keluh Elliana. Gabriel menyahut bijaksana. "Gak papa, Ell, kalau kamu memang membalas sakit hatimu. Saya juga akan berbuat demikian jika ada peluang untuk membalas orang yang menyakiti hati saya." Gabriel menyorong gelas minum Elliana hingga menyentil jarinya. "Bawa minum dulu." Elliana minum. "Makasih, Pak," ucapnya. Air dingin itu memberi rasa segar dalam dadanya. Elliana bisa cuap- cuap santai. "Eh, Bapak tadi ke kantor? Gimana? Ada perkembangan gak, Pak?" "Soal komparasi ... gak ada perubahan buat kita, Ell. Produknya sama persis. Tapi, saya punya petunjuk yang mungkin akan mengungkap siapa yang menyamar jadi kamu dan menjual formula itu, Ell." "Hah?" Elliana terkesiap. "Ada yang menyamar jadi saya?" "Hm. Ntar saya jelaskan." Gabriel merapikan meja makan terlebih dahulu. Ia menaruh peralatan makan kotor di bak cuci dan menyabuninya. Elliana berusaha menghentikannya. "Gak usah, Pak. Biar saya aja yang nyuciin," pelas Elliana. "Kamu bantuin deh, biar cepet selesai jadi kita bisa bahas soal oknum itu," ajak Gabriel. "Iya deh!" Elliana turut menceburkan tangan ke bak cuci, menggosok dan membilas piring-piring. Lengan mereka berantuk dan Gabriel tidak segan mendempet pada Elliana. "Aaron nyium kamu lagi?" tanya Gabriel dengan suara pelan. "Iya, Pak" jawab Elliana tanpa berani menoleh pada Gabriel. Aaron mengetahui bekas cu.pangnya, sudah pasti berusaha membuka baju Elliana. Coba kalau ia tidak datang, entah apa yang bakalan dua orang itu lakukan. Namun, Gabriel tidak mau terlalu posesif di saat hubungannya dengan Elliana mulai intim. "Kalian ada baiknya berkumpul aja. Selama pembunuh Celine belum tertangkap, kamu dan Aaron gak boleh sendirian. Soalnya tuh orang sudah kalap. Bisa- bisa berbuat nekat dan lebih keji lagi kalau ia ada dendam kesumat sama kalian berdua." "Hah? Jadi gimana dong, Pak?" "Gak papa, ntar aku atur. Gerak- gerik kalian juga pasti dipantau wartawan dan netizen, jadi, lebih baik kalian gak usah muncul di publik. Lagian polisi udah menyelidiki kok, jadi kita tunggu aja semoga cepat selesai masalah ini." Elliana mendesah gelisah. "Duh, saya gak nyangka ada yang segitu- gitunya ingin menjebak saya. Siapa ya orangnya?" "Ehem, yang jelas bukan yang ciuman sama saya tadi malam," goda Gabriel. Elliana mendongak menoleh pada pria itu. "Maksud Bapak? Bapak ciuman sama ...." "Ya kamu, Elliana yang asli 'kan? Atau malam tadi saya sama kloningan kamu?" Elliana tersenyum malu. "Isshh, ada stempel- stempel Bapak di tubuh saya itu apa bisa dibuat kloningan?" "Biar saya cium kamu lagi, Ell, buat memastikan," pinta Gabriel memelas. "Ihh, Bapak ini bisa aja bikin alasan," kekeh Elliana sambil menyikut Gabriel. Namun, pria itu tetap menciumnya. Gabriel menunduk menelengkan kepala menyambar bibir Elliana dan mengemutnya kuat karena tak ingin Elliana melepaskan diri di saat kedua tangannya sedang mencuci piring. "Ummph!" engah Elliana terkantup mulutnya oleh bibir Gabriel. Kedipan terkejutnya menjadi sayu. Kelopak mata tertutup perlahan menikmati kecupan yang berangsur- angsur lidah lembut memasuki mulutnya. Decapan pertukaran saliva bak gemercik air di bak cuci. "Ell, masih berasa pedas, Ell," gumam Gabriel serupa erangan sambil menyesap memagut bibir gadis itu. "Ehm ah. Ntar, Pak, saya punya permen pelega itu," sahut Elliana sama mendesahnya. "Gak usah. Dah keburu selesai, Ell," sergah Gabriel. Ia memutus ciuman itu lalu kembali fokus mencuci piring. Elliana juga lanjut membantunya sambil mengulum senyum, mengemut bibirnya yang berdenyut. Agak keheranan Bapak Gabriel tidak marah soal kelakuan me.sum Bapak Aaron. Bisa ada orang sesabar dan sepengertian itu. Elliana dibuat takjub. Ah, palingan kek awal- awal hubungan biasanya. Kayak orang bilang, mesra banget sampai ta.i kucing rasa cokelat. Adapun di saat itu, kehadiran Bapak Gabriel benar-benar membuatnya berbunga- bunga kayak musim semi. Elliana teringat pesanan lukisan Valentino de Dimer. "Pak, menurut Bapak, Valentino sadar gak saya Cassandra Elliana pegawai Novantis?" Kening Gabriel mengeryit. "Kemungkinan besar tidak. Si penjual itu juga tidak menyangka Valentino akan memilih Cassandra sebagai BA dan saat itulah semuanya jadi kacau, tidak berjalan sesuai rencananya. Aaron mengendus bahaya buat perusahaannya. Jika Novantis dan Diva meluncurkan kosmetik yang sama di saat bersamaan, bukankah akan sangat memalukan bagi Novantis?" "Hmm, ya, ya, saya mulai ngerti sekarang," gumam Elliana. Ia menyusun peralatan makan basah di rak pengering, selanjutnya sama-sama mengelap tangan, ia dan Gabriel ke ruang tengah untuk duduk bersama membahas video yang diterima Gabriel. Aaron di kamar juga sedang membuka penyimpan data kamera rahasianya melalui ponsel dan ia terhenyak menonton video rekaman tesebut. Perempuan yang berpenampilan sebagai Elliana masuk ke kamar dan memukulnya dengan tongkat golf. Selanjutnya ia jatuh tertelungkup di hadapan Celine Celine memangku wajah Aaron seraya menuding perempuan itu, yang berdiri berkacak pinggang, memanggul tongkat golf di sebelah pundak. "Apa yang kamu lakukan? Kamu menyakiti Aaron sayangku. Bagaimana kalau ia kenapa- napa?" "Aku melakukan ini buat mempermudah kamu," sahut Elliana berbaju kasual tersebut. "Biar kita cekokin dia dengan obat perangsang. Kita bisa semalaman main sama Aaron, bahkan sampai besok pagi. Jadi, gak ada sejarahnya lagi kita ditinggal Aaron tengah malam dan gak dibuntinginnya. Malam ini, kita peras jus Aaron dan bikin kita hamil anak dia. Kita tampung bibit perkasa dia buat ntar bayi tabung kalau semisal kita gagal hamil." Celine berdiri dan menantang Elliana itu. "Kita? Gue aja kali, lu nggak. Aku gak mau lagi bagi- bagi Aaron sama perempuan lain. Lagian kamu kok norak banget sih? Mana mau Aaron sama cewek tampang pas-pasan kek elu? Lagian kamu mau hancurin proyek Aaron. Kamu jahat sama Aaron." "Bukan aku kok, tapi kamu punya tunangan yang hancurin Aaron. Terus terang aja, yah, proyek kosmetik itu gak bakalan mempengaruhi Aaron kok. Kamu liat aja ntar. Sekarang ayo kita telanjangi Aaron." Perempuan berpenampilan Elliana itu membungkuk hendak membalik badan Aaron, tetapi Celine mendorongnya. "Gak boleh! Jangan sentuh Aaron. Ia milikku!" geram Celine. Namun, si Elliana membalas dengan mengayunkan tongkat golfnya sekuat tenaga, menghantam dahi Celine. "Berengsek!" makinya. Brukk! Celine roboh, tertelentang, jatuh dengan sangat keras hingga berbunyi tulang remuk. Lalu suasana hening. Si Elliana bahkan mematung memandangi Celine yang tak bergerak lagi. Sesaat kemudian, perempuan itu melangkah mundur. Ia mematikan lampu seolah itu bisa menyembunyikan kejadian tesebut. Perempuan itu lalu bergegas meninggalkan kamar. Beberapa puluh menit kemudian barulah Aaron bangun dari pingsannya, menelepon pengacara, dan mencabut kamera rahasianya. Aaron gamam, tidak menyangka para perempuan itu berbuat gila karena ingin memiliki dirinya dan benihnya. Sekarang, siapa Elliana yang menjadi impostor itu? Ia harus segera mengungkapnya. Aaron keluar kamar mencari Gabriel. Pria itu duduk bersama Elliana di sofa depan televisi pintar yang terkoneksi dengan ponsel. "Gabriel, kamu harus lihat ini," ujar Aaron sambil menyodorkan ponselnya pada Gabriel. Elliana juga turut menengok dan terperangah melihat kemiripan perempuan itu dengan dirinya. "Ya Rab, siapa orang ini? Jahat banget. Udah memfitnah, membunuh pula," ujarnya getir. Gabriel berujar tenang. "Soal itu, mari kita lihat rekaman berikut." Gabriel memulai tayangan video di televisi melalui ponselnya. Tampaklah rekaman CCTV saat Elliana di lobi dan selasar hotel, lalu saat malam-malam ke kantor Novantis buat mengancam Aaron. Yosephina rupanya juga ke kantor Novantis karena Aaron batal kencan dengannya. Yosephina membuntuti Elliana hingga Elliana berada di parkiran, tetapi tidak sampai saat perubahan wujud Aaron karena ada patroli satpam lewat. Yosephina meninggalkan kawasan parkiran bawah tanah. Ia keluar dari gedung Novantis dan pergi dengan mobilnya yang terparkir di halaman depan. Aaron berujar ragu. "Baiklah, itu Yosephina. Aku mengenalinya. Katakanlah ia melihat apa yang dilakukan Elliana saat itu, tetapi bagaimana kaitannya dengan perempuan yang menyamar sebagai Elliana?" "Perempuan itu adalah Yosephina," jawab Gabriel. Aaron dan Elliana berseloroh takjub bersamaan. "Woaaah, Gabriel, kamu luar biasa sekali. Bagaimana kamu bisa mengenalinya seyakin dan seakurat itu?" "Betul betul betul! Saya sendiri bahkan nyaris percaya kalau perempuan di rekaman hotel itu saya," ujar Elliana asli. Gabriel tersenyum tipis penuh wibawa dan percaya diri. Sama seperti ia mengenali Cassandra adalah Elliana, seperti itu juga ia mengenali Yosephina yang menyamar jadi Elliana. Dari tangan mereka. Namun, Gabriel menjawab singkat. "Itu rahasiaku." "Hhhhh ...." Aaron mendesah kesal. Palingan ini karena fetishnya Gabriel, batin Aaron. Ia kemudian beranjak untuk menelepon pengacaranya. Gabriel menggulir layar ponselnya untuk mematikan menu berbagi video. Elliana duduk di sampingnya memicing tajam pada pria itu. Ia berpikir sampai mangut- mangut. Kayaknya ia harus merayu Bapak Gabriel buat menceritakan rahasianya. Gabriel meliriknya sekilas. "Ada apa, Ell? Kok kamu melototin saya?" "Pak, Ulil butuh diservis gak, Pak?" Mata Gabriel terbelalak dan sontak menepuk mulut Elliana yang asal ngomong. Suaranya direndahkan supaya gak kedengeran Aaron. "Hush! Kamu jangan mulai mancing- mancing saya, Ell. Ntar kalau saya seriusin, kamu ngeles kabur dari saya lagi." Elliana senyum- senyum jahil. "Hihihi. Saya penasaran rahasia Bapak itu. Kasih tau dong, Pak, kok Bapak bisa tau sih orang itu Yopsehina?" pintanya. Masih terlalu dini buat menanggapi kejahilan Elliana. Gabriel menjauhi gadis itu dan memilih sibuk menelepon penyidik. Elliana mengekornya. "Ayolah, Pak, kasih tau ...," rengek Elliana. "Nggak!" tegas Gabriel terus menjauh, akan tetapi dalam hati senang gadis itu terus mengekornya sambil mencebik- cebik. "Pak, ayolah, Pak .... Bapak Gabriel ...." Elliana oh Elliana, pengen deh kukasih tau, tapi ... apa kamu siap ngehadapin siluman Ulil- ku? *** Bersambung ....

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN