Kirana menatap pantulan dirinya pada kaca yang terbentang luas di kamar mandi. Wanita itu membelai pipinya yang menggelap oleh bekas tamparan Amanda. Bekas yang semula memerah, lalu menggelap seiring waktu berjalan. Mulutnya terasa sakit, bahkan untuk berbicara sekalipun Kiara berusaha keras agar tidak meringis nyeri. Entah kekuatan macam apa yang Amanda miliki sampai mampu menamparnya sekeras itu. Padahal Amanda adalah gadis lemah lembut yang sepertinya tak pernah bekerja berat, tapi kemampuannya dalam menampar sungguh hebat. “Bagaimana aku menutup semua bekas tamparan ini, pasti Kang Susilo dan Teh Rosa akan sangat khawatir melihatnya…” Kirana menutup wajah dengan kedua tangan, wanita itu begitu frustasi dan sedih dengan situasi hidupnya saat ini. Beberapa menit yang lalu Tuan Besar
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari