Aku melangkah masuk ke rumah nenek dengan helaan napas halus, nenek memanggilku kemari sudah pasti akan membicarakan tentang perjodahanku dengan Xav, aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa, aku memang wanita yang tidak tahu malu, aku akan menikahi siapa pun yang terpenting bisa memberiku kehidupan menyenangkan dan banyak uang, aku tidak tahu apakah masih ada cinta di hatiku, aku sudah di patahkan oleh Degard dan aku tidak semudah itu percaya pada sebuah komitmen apalagi pada pria.
Ku hela napasku panjang lalu melangkah menuju ruangan dimana Nenek selama ini selalu duduk dan menghabiskan waktu, ketika masuk ke ruangan itu, aku terkejut ketika melihat Xav sudah ada di sini lebih dulu, bahkan memberiku kode bahwa ia juga di panggil.
“Kamu sudah datang? Duduklah,” pintah Nenek.
Kali ini bukan hanya nenek, melainkan Nenek Lelin juga ada, apalagi yang mereka akan bicarakan jika bukan tentangku dan tentang Xav.
“Syukurlah kalian sudah di sini,” kata Nenek Lelin dengan mata berbinar menatapku.
“Kalian pasti sudah tahu apa maksud kami memanggil kalian,” sambung Nenekku sendiri. “Sienna, kamu tahu kan bahwa Madam Grandma dan Madam Lelin ini adalah sahabatan sejak lama, dan kami sudah berjanji jika bertemu lagi kami akan menjodohkan cucu kami. Jadi, kalian sudah di sini dan kebetulan sudah saling mengenal, jadi Madam Grandma akan menjodohkan kalian dan membicarakan bagaimana pendapat kalian. Tidak ada yang berhasil jika berpendapat untuk menolak.”
Aku benar-benar tidak bisa memahami nenekku, ia tidak pernah mengganggu kehidupanku dan tidak pernah mengganggu dan menentukan hidupku, namun kali ini nenek tetap keukeuh untuk menjodohkanku dengan Xav, dan Xav tidak berusaha menolaknya malah terdiam sejak tadi, ingin ku pukul kepala Xav agar bisa menyadarkan dirinya.
Aku duduk di sebelah Xav dan menyikutnya, Xav menoleh sesaat menatapku, lalu kembali fokus menatap nenek kami. Ah kedua nenek ini benar-benar tidak bisa diam, sudah tua bukannya diam di rumah dan menunggu hasil, malah sibuk menjodohkan kami.
“Bagaimana, Jason?” tanya sang Nenek.
“Kalau aku terserah Grandma saja,” jawab Xav membuatku menoleh dan menatapnya.
“Madam, jariku tertusuk jarum,” suara rengekan terdengar, aku menoleh dan melihat Errina yang kini datang dengan benang wol di tangannya. Wajah Errina berubah menatapku.
“Jangan terlalu manja, Errina,” kata Nenek, membuatku terkekeh karena Errina selalu saja berusaha mengambil hati nenekku, sementara neneknya masih hidup, kenapa dia mau mengambil hati nenekku? Apa masalahnya?
“Madam, untuk apa Errina di sini?” tanyaku pada Nenek.
“Memangnya kenapa kalau aku di sini?” Errina menatapku tajam.
“Kalian jangan bertengkar, sesama saudara jangan bertengkar,” geleng Nenek.
Sejak kapan aku bersaudara dengan Errina? Mengakuinya saja aku tidak akan mengakuinya, dia dan aku beda Ibu dan Ayah, kenapa kami saudara?
“Madam, jika Sienna tidak mau di jodohkan dengan Jason, aku siap di jodohkan juga,” kata Errina tanpa malu, aku benar-benar ingin mencabik-cabik jantungnya, setelah merebut Degard dariku dengan kegenitannya, ia malah mau merebut Xav dariku? Itu tidak akan pernah terjadi. Xav akan menjadi milikku dan Xav hanya akan melindungiku.
“Apa maksudmu? Dalam keadaan hamil anak orang lain, kamu mau di jodohkan dengan orang lain? Bukankah kamu sendiri yang membanggakan bahwa akan menjadi menantu keluarga Lanss? Haha. Dasar w************n!” Aku menggelengkan kepala.
“Grandma, lihat dia, dia malah mengataiku,” kata Errina duduk di sebelah Nenek.
“Kamu kan punya nenek, kenapa kamu mendekati nenekku?” tanyaku.
“Aku sudah katakan kepadamu. Aku sudah di anggap anak sendiri oleh Daddy, jadi ibu Daddy adalah nenekku juga, kenapa kamu sewot sekali?”
“Sejak kapan kamu menjadi cucu nenekku?”
“Cukup kalian!” Nenek memarahi kami dan menghentikan kami. “Kalian di depan Madam Lelin malah seperti itu. Mau siapa pun yang dekat dengan Madam Grandma terserah lah, jangan memperpanjangnya. Errina hari ini datang mau menemani Madam, jadi kenapa kamu yang sewot?”
“Cukup, San,” bisik Xav tepat ditelingaku.
“Aku tidak bisa diam saja, Xav, aku benar-benar ingin membunuh gadis itu,” jawabku.
“Aku tahu kamu sangat membencinya, tapi jangan bersikap seperti itu didepan nenekmu sendiri, itu akan membuat nenekmu merasa bahwa kamu sewot,” bisik Xav ditelingaku membuatku menggelengkan kepala dan membuang napas halus. Aku benar-benar kesal dan aku ingin pergi dari sini, Nenek juga kenapa selalu menerima Errina jika Errina kemari, Errina itu bukan gadis yang dapat di percaya, mungkin saja demi meraih sesuatu yang ia inginkan, Errina malah kemari. Errina itu gadis jahat dan bengis, mirip ibu dan neneknya. Apa pun yang Errina lakukan tidak akan pernah membuatku percaya.
Xav menggenggam lenganku, aku menoleh menatapnya dan rasanya hangat sekali, pria yang banyak membantuku namun aku tidak pernah bisa membalas bantuannya, pria yang aku temui ketika kakiku terluka itu akhirnya bersamaku hingga saat ini juga.
“Bagaimana, Jason? Kamu mau kan menikahi Sienna?” tanya sang Nenek.
“Iya, Grandma. Aku mau,” jawab Xav begitu percaya diri.
“Bagaimana denganmu, Sienna?”
Aku menganggukkan kepala dan menyetujui perjodohan ini, aku tidak mau Xav malah menikah dengan Errina, gadis yang tidak tahu malu, mau di jodohkan dengan orang lain ketika ia tengah hamil anak Degard. Ku buang napasku halus, aku tidak sudi melihat wajahnya. Wajahnya itu menyimpan banyak rencana. Aku tahu bahwa kebengisannya dengan ibu dan neneknya itu akan terus ada dan menggangguku.
Ayahku juga sudah tidak percaya kepadaku. Aku malah di buang dan tidak di anggap anak lagi hanya karena orang asing yang kini tinggal di rumah, ayahku dengan kebengisannya yang sama, membuatku malas bertemu dengannya lagi, aku bahkan menganggap diriku tidak memiliki keluarga lagi. Hanya Xav keluargaku saat ini. Hanya Xav yang ada ketika aku tertimpa masalah. Semua uang dan kartuku juga mobilku di sita oleh ayahku sendiri, sementara anak tirinya yang tidak ada hubungan darah dengannya tidak mendapatkan hukuman yang sama. Istri dan anak tirinya yang tidak ada hubungan dengannya malah di beri kenikmatan kekayaan. Siapa lagi tempat aku bergantung jika bukan Xav?
“Kamu serius?” tanya Xav menyentuh lenganku.
“Apalagi yang bisa ku lakukan jika tidak setuju?”
Xav tersenyum, wajahnya menandakan bahwa ia senang dengan perjodohan ini dan itu lah yang ia tunggu, pertanyaan El tadi membuatku teringat, apakah aku merasa Xav hanya menganggapku teman?
Pria yang sering sekali ada ketika aku tertimpa masalah malah akan menjadi suamiku, pertemanan yang kami bangun hingga saat ini akan menjadi sebuah hubungan yang serius.