20. Sienna

1629 Kata
“Aku benar-benar tidak memahami Mommy dan Grandma, kamu tidak perlu merasa tidak nyaman dengan perkataan mereka, mereka hanya membuat kita tidak nyaman,” kata Jason membuatku menoleh sesaat dan menatap wajahnya. Kasihan sekali Xav, harus mengalami hal itu, sementara yang kami lakukan itu hanya lah sandiwara, kami tidak pernah tidur satu ranjang dan kami tidak pernah bersentuhan, yang kami lakukan di kamar hanya lah nonton dan setelah nonton kami akan kembali ke tempat masing-masing. Aku benar-benar merasa bersalah, bagaimana jika Grandma dan Ibu mertuaku tahu tentang semua yang kami lakukan? Kami selalu mengunci pintu setelah kami di dalam kamar, tapi semalam kami lupa mengunci pintu sehingga Grandma dan Mommy masuk ke kamar, lalu melihat kami berpelukan. “Maafkan aku, Xav,” kataku menundukkan kepala. “Eh kenapa kamu minta maaf padaku?” Xav menautkan alis, ia pasti bingung dengan permintaan maaf dariku yang mendadak. “Aku minta maaf karena telah menyebabkan Mommy dan Grandma salah paham pada kita,” jawabku, ku tatap wajahnya yang terlihat heran, siapa yang tidak heran dengan permintaan maaf yang kurang terlatih itu. “Kamu tidak salah, San, kenapa kamu meminta maaf kepadaku? Seharusnya yang minta maaf kepadamu itu aku, bukan kamu, karena aku yang telah menyebabkan semuanya, aku yang memelukmu dan aku yang terlalu gegabah,” jawab Xav dan jika ku pikir kembali, memang benar yang dikatakan Xav, dia yang salah dalam hal ini, lalu kenapa aku yang minta maaf? “Kalian kenapa saling meminta maaf? Apakah kalian sedang bermain?” tanya El melihat kami di balik kaca spion, pria yang sempat membuat jantungku berdetak kencang, tapi sekarang aku sudah terbiasa dan tidak lagi berpikir seperti itu. “Ah kamu tidak usah bertanya, apa yang terjadi,” geleng Xav. Ku lihat kami sudah hampir tiba di depan gedung kantor, dan aku melihat banyak karyawan yang baru datang dan berbondong-bondong masuk ke gedung. “Stop, El,” kataku membuat El menginjak rem. “Astaga. Aku sampai lupa,” kata El. “Kamu mau turun di sini?” tanya Xav dan menoleh melihatku. Aku mengangguk dan berkata, “Iya. Aku tidak mau orang-orang melihat kita,” jawabku lalu turun dari mobil dan menutup pintu mobil dengan pelan. Tak butuh waktu lama, mobil yang dikendarai El lalu melaju meninggalkanku, ku hela napasku panjang dan aku memilih jalan kaki, karena gedung kantor Xav sudah dekat. Aku juga masih punya waktu dua menit agar tidak terlambat. “Hai,” panggil seseorang lalu berdiri disampingku. “Hai,” ucapku dan melihat gadis yang lumayan cantik dengan rambut merah melambaikan tangannya kepadaku. “Kamu karyawan baru, ‘kan?” “Iya. Kamu tahu darimana?” “Aku juga karyawan baru dan aku melihatmu di ruang HRD kemarin,” jawabnya. “Oh begitu?” Gadis itu mengangguk lalu berkata, “Aku bekerja langsung jadi salah satu staf CEO. Kamu departemen apa?” “Kemarin aku di departemen keuangan dan hari ini aku dipindahkan ke kantor staf CEO.” “Wah. Bagus dong. Kita sama-sama di bidang yang sama dan kita sama-sama baru juga,” serunya. Aku mengangguk dan tidak mau terlibat obrolan jauh dengan gadis itu, tak butuh waktu lama kami tiba di depan gedung kantor. “Ayo kita sama-sama naik,” ajaknya dan menarik lenganku. Aku mengangguk, lalu sesaat menoleh melihat lift dengan chat berwarna emas itu, ku lihat Xav melambaikan tangannya dan aku langsung fokus melihat lift didepanku, semoga saja tidak ada yang menyadari lambaian tangan Xav, aku akan memarahinya nanti, aku tidak mau orang lain malah bercerita nantinya bahwa aku bekerja di sini karenanya. Tak butuh waktu lama lift terbuka dan kami semua masuk, lift yang ada di ujung kiri adalah lift pribadi yang dibuat untuk CEO dan ketua, aku sudah tahu karena beberapa perusahaan yang aku masuki pun memiliki lift seperti itu juga. “Oh iya perkenalkan namaku Lucyanna, biasa dipanggil Anna atau Lucy, tapi kebanyak orang memanggilku Lucy,” kata gadis itu lagi dan menyodorkan tangannya padaku. Aku menyambutnya dan berkata, “Aku … Sienna,” jawabku. “Salam kenal, Sienna,” ucapnya. “Salam kenal juga,” jawabku. Aku melihat beberapa dari mereka tengah sibuk dengan layar tab, lalu lift di lantai bawah terbuka dan beberapa karyawan keluar dari lift, lalu tak butuh waktu lama lift tertutup dan terbuka lagi di lantai lainnya, setelah itu terakhir di lantai tempat kami bekerja. Yaitu lantai 22. Kami bekerja di lantai 22, satu lantai dengan departemen keuangan karena aku dengar itu sudah di atur oleh Xav agar Xav bisa memonitor mereka dari dekat. “Selamat pagi,” ucap gadis bernama Lucy itu dan tersenyum pada semua seniornya. “Selamat pagi,” jawab semuanya dengan ramah, mereka tidak menyambutku seperti menyambut Lucy, jadi aku memilih duduk. Sepertinya posisi Lucy diistimewakan di sini, karena aku mendengar dari banyak karyawam bahwa naik jabatan ke staf CEO itu sulit dan orang-orang yang pandai dari bawah yang biasanya di terima, sementara Lucy adalah karyawan baru yang masuk bersamaku, jadi tidak mungkin dia langsung masuk kemari, kalau aku jelas karena aku istri dari CEO mereka, tapi siapa Lucy, kenapa semua orang ramah kepadanya dan tidak ramah kepadaku? Itu artinya, Lucy anak salah satu anggota dewan di perusahaan ini. “Kamu kerjakan ini ya, semua contohnya ada di sistem, Tuan El sudah mengatur password dan email untukmu agar bisa masuk ke sistem laporan, jadi minta padanya,” kata salah satu gadis yang bernama Ameera—aku melihat Idcard yang ia gunakan dengan tali berwarna hitam. Aku menganggukkan kepala. Tugas yang belum aku pahami. Lalu aku mendengar notif suara ponselku dan aku meraihnya dari dalam tas, dan melihat pesan dari Xav. [Jika belum ada yang kamu pahami, kamu bisa bertanya kepadaku.] Aku mendongak dan menatap Xav yang ruangannya sedikit lebih tinggi dari meja kami, jadi menuju ke sana harus menaiki beberapa anak tangga lagi, sementara ruangan El, ada di dekat kami, jadi semuanya sudah di atur sedemikian rupa. Xav terlihat menunduk dan menatap wajahku. Aku langsung membalas pesannya. [Jangan terlalu transparan, Xav, aku tidak mau semua orang curiga.] Xav mengangkat jempolnya dan kembali fokus ke layar monitornya dan mengelus dagunya, aku tertawa dan menggelengkan kepala. “Sienna, sudah masuk ke sistem?” tanya El, aku kembali mendongak dan menatap El yang kini duduk didepan mejaku. “Hem?” “Kamu tidak mendengarnya?” Aku menoleh melihat beberapa karyawan yang melihatku. “Iya. Saya belum masuk, saya baru mau menanyakan password dan email,” jawabku. “Nah ini, kamu langsung masuk saja dan nanti sistem itu akan membawamu menuju pekerjaanmu, jadi ada ruang khusus laporan yang akan kamu lampirkan setiap harinya.” Aku mengangguk. “Baiklah. Semangat kerjanya,” kata El menyemangatiku membuatku menoleh kembali melihat semua rekan kerjaku yang melihatku heran dengan alis mereka yang nyaris bertaut. “Lucy, jika tidak ada yang kamu pahami, kamu juga bisa bertanya kepadaku,” kata Ameera. “Baiklah,” angguk Lucy. “Tapi password dan email tidak diberikan El padaku?” “Lucy, jangan panggil El ya, panggil saja Tuan El,” jawab Ameera. “Baiklah. Tuan El,” angguk Lucy. “Aku kebiasaan memanggil nama mereka ketika kami sekolah.” Oh jadi teman sekolah? Pantas saja dia disambut hangat, hanya teman sekolah. “Apalagi kami kan satu jurusan di kampus dan terlebih lagi ayahku salah satu anggota dewan di sini,” kata Lucy lagi membuat telingaku memanjang, itu lebih dari pantas ketika di sambut hangat karena semua orang hormat kepadanya dan menyambutnya dengan baik. Apa hanya aku yang tidak mau diperlakukan istimewa oleh semua orang di sini? Bagaimana perasaan mereka kalau mendengar bahwa aku istri dari boss mereka? Apakah mereka akan pingsan atau malah akan terdiam? “Baiklah. Kerjakan saja apa yang akan kamu kerjakan, jangan memaksakan diri,” kata Ameera. “Lalu password dan emailmu sudah aku tuliskan di situ, jadi tinggal masuk saja.” “Kenapa dia di berikan langsung oleh Tuan El?” tanya Lucy. “Maksudku … Sienna.” “Kamu kerja saja. Setiap jam 5 sore, semua laporan perhari ini sudah harus ada di sistem, tidak ada kata tunda,” kata Ameera lagi. “Tenang saja. Aku akan membantumu,” sambung pria yang bernama Aazoni—duduk di depan meja kerjaku. “Thanks,” ucap Lucy mengedipkan matanya, genit sekali dia. Pria-pria di situ pasti senang melihat Lucy, ada juga yang tergoda padaku, namun aku tidak pernah membalas tatapan mereka, bahkan ada yang sengaja menatapku tapi tidak ku balas, aku tidak mau membuat pekerjaan di sini malah harus fokus pada satu hal, yaitu saling memiliki perasaan. Aku juga sudah bersuami dan Xav pasti sedang mengawasiku. “Sienna, kamu ke ruanganku dulu,” kata El ketika baru turun dari ruangan Xav. Aku lalu bangkit dan melangkah menuju ruangan El, ada apa lagi kali ini, El pasti akan memberitahuku tentang apa yang Xav katakan dan apa yang Xav perhatikan. Semua karyawan kembali melihatku dan pasti mereka sudah bertanya-tanya, ada hubungan apa El dengan aku, sampai aku dekat sekali dengannya, tapi tidak masalah, biarkan saja mereka berpikir sesuka mereka. “Ada apa, El? Apa yang dikatakan Xav? Dia sedang mengawasiku?” tanyaku. “Aku hanya mau mengajarimu masuk sistem.” “Aku tidak perlu di ajarkan, tadi aku sudah masuk.” “Aku tidak mengajarimu secara langsung, tapi akan ku berikan buku petunjuk ini, karena masuk sistem memang mudah, tapi apa yang kamu lampirkan sudah tidak bisa ditarik lagi, karena sistem itu sudah di kuasai beberapa cabang perusahaan, jadi tidak bisa ditarik dan tidak bisa di revisi.” “Kok mengerikan ya,” kataku. “Jadi, sebelum kamu masuk sistem, pelajari semua di buku ini,” kata El. “Ini buku darimana? Apa perusahaan menyiapkan buku ini untuk karyawannya?” “Tidak. Ini buku spesial dari suamimu,” jawab El. “Ha?” “Dia yang membuatnya untukmu semalaman agar kamu tidak salah. Bahkan dia yang mengatur email dan passwordnya.” Aku tersenyum dan menggelengkan kepala.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN