3. Dia Berhargaa

1224 Kata
Jason dan El mampir di salah satu barclub yang ada di jalan Ottawa, mereka mampir karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu untuk sekedar bercerita dan minum wisky. Suara alunan musik keras terdengar dan banyak pengunjung yang tengah bergoyang dilantai dansa, mereka semua terlihat energik dan menikmati waktu yang makin malam, El menggoyangkan kakinya menikmati alunan musik keras yang membuat seluruh pengunjung begitu semangat bergoyang meski ditempat duduk mereka. Bartender wanita pun menuangkan minuman untuk Jason dan El yang kini sedang menonton pergerakan sebagian orang yang kini berada dilantai dansa. “Kenapa kamu berbohong padanya, Jason? Kenapa kamu tidak mengatakan pada dirinya bahwa kamu pemilik hotel itu, bahwa keluargamu adalah keluarga Tenigson yang terkenal di Eropa, bahkan terkenal di Amerika. Ada alasan mengapa kamu menyembunyikannya?” Jason mendengar apa yang ditanyakan El, namun ia kini sedang sibuk dengan ponselnya, ia seperti sedang menghubungi seseorang. Sesaat kemudian, alunan musik pun berubah menjadi lebih mellow, bukan lagi alunan musik keras yang membuat seluruh pengunjung bergoyang. El tahu bahwa yang merubah lagu itu adalah Jason, karena apa pun yang Jason inginkan, akan diberikan semua orang, termaksud manager di barclub ini. “Tidak ada alasan tertentu mengapa aku menyembunyikan semua ini dari San.” Jason menaruh ponselnya samping gelasnya, lalu meminum wisky itu hingga tandas lalu memberi kode kepada bartender untuk menuangkannya lagi. “Apa kamu menyukainya?” tanya El, juga mengangkat gelasnya agar bartender menuangkan minuman. Bartender merupakan orang yang ahli meracik minuman, menciptakan resep-resep baru, menghitung harga jual serta menciptakan daya tarik pada minuman tersebut. Lalu mengurus tamu yang duduk dibalik meja kerjanya. Bartender tersebut bernama Laura. Jason dan El sangat mengenalnya karena setiap mereka kemari, mereka pasti akan bertemu Laura. Jason menoleh dan melihat wajah temannya. “Aku menyukainya. Sangat. Tapi aku lebih baik melindunginya saja dari belakang.” “Cinta sejati,” ucap El dengan nada mengejek. “Kenapa kamu ingin melindunginya dari belakang? Kamu tidak takut dia di ambil orang? Dan … apakah ini yang namanya Tahta cinta sang pewaris tunggal?” “Jika itu membuatnya bahagia. I will be happier,” jawab Jason. “Apa keluargamu tahu bahwa kamu itu memiliki cinta yang kamu inginkan?” “Mereka tidak pernah tahu dengan urusan pribadiku. Dan … aku melarang mereka mengetahuinya.” “Aku benar-benar beruntung bisa menjadi asistenmu.” “Do not exaggerate.” “Aku tidak berlebihan, aku serius.” “Minumlah, setelah itu … antarkan aku pulang,” kata Jason. Suara ponsel El terdengar, El lalu merogoh kantong jasnya yang ada dibalik jasnya, lalu melihat nama Aunt Katelyn—Ibu kandung dari Jason yang bernama Katelyn Tenigson. “Ibumu,” kata El. El berdeham, ibu kandung Jason terkenal ramah, namun ia sangat disiplin, ia juga selalu mengawasi putranya dari jauh, El adalah salah satu tempat Katelyn jika ingin mengetahui sesuatu tentang Jason, tentang apa yang Jason lakukan, apa yang Jason makan dan apa Jason memilih kekasih, itu lah yang sering Katelyn tanyakan. Bahkan beberapa kali Katelyn meminta El untuk memaksa Jason pulang agar ia bisa bertemu dengan keluarga. El adalah sepupu sekaligus teman dan asisten Jason. El memiliki pendidikan yang cukup mampu membuatnya bekerja di perusahaan besar, namun karena El lebih suka mengikuti Jason, akhirnya kedua orangtuanya menyetujui. ‘Halo, Aunt?’ ucap El. ‘Kamu dimana, El? Kamu bersama Jason?’ ‘Iya, Aunt. Aku bersama Jason. Ada apa, Aunt?’ ‘Kalian di bar?’ ‘Iya. Kami hanya bersantai di sini.’ ‘Ajak Jason pulang, ada acara makan malam keluarga besok malam.’ ‘Baik, Aunt. Aku akan melakukannya.’ Katelyn lalu memutuskan sambungan telpon dan menghela napas halus. Searlus Tenigson—Ayah kandung Jason menoleh dan menaruh tablet yang sejak tadi ia genggam, di dalam tablet itu ia sedang mengawasi perusahaan, semua rahasia perusahaan ada di tablet itu. “Ada apa?” tanya Searlus, lelaki yang tegas, disiplin dan selalu memaksakan kehendaknya pada putranya. Selalu menjadi satu-satunya alasan Jason malas pulang ke rumah. Karena ayahnya selalu berusaha menjodohkannya dengan Verity Harley—anak tunggal keluarga Harley, seorang pianis terkenal. Namun, Jason selalu menolak karena menganggap Verity hanya sebagai adiknya saja. “Aku baru saja menelpon El untuk mengajak Jason pulang besok malam.” “Tanpanya juga makan malam keluarga akan tetap berjalan,” jawab Searlus dengan helaan napas kasar. Bagi Jason … ayahnya itu memiliki ambisi besar untuk selalu memperluas kekuasaannya, sedangkan apa yang mereka miliki saat ini, sudah lebih dari cukup bahkan sangat sangat cukup untuk mereka, bahkan kekayaan dan harta yang mereka miliki tidak akan pernah habis hingga 7 turunan. Searlus juga sering sekali mengurusi urusan pribadi putranya, selalu memaksakan kehendaknya, bahkan ia ingin berbesanan dengan keluarga Harley agar memperluas kekuasaannya, tidak perduli Jason suka atau tidak, Jason setuju atau tidak. “Sayang, kamu jangan bicara seperti itu, kasihan Jason, dia putra kita satu-satunya,” kata Katelyn. “Dia putra tidak berguna.” “Tidak berguna? Dia hanya ingin memilih jodohnya sendiri.” “Aku tidak akan menerima jodoh siapa pun yang dia bawa. Aku ingin berbesan dengan keluarga Harley. Dan keluarga Harley itu adalah orang terkenal di kota ini.” “Itu penting? Dia harus melakukan seluruh kehendakmu?” “Katelyn, kamu jangan membuatku marah. Aku akan memaksamu diam jika kamu terus melakukan itu. Aku yang harus didengarkan di sini!” bentak Searlus membuat Katelyn menghela napas halus dan tidak lagi mengatakan apa pun. Salah satu sifat buruk suaminya yang tidak Jason sukai adalah sikap kasarnya pada ibunya dan dirinya. Jason tidak suka dengan cara ayahnya memperlakukan ibunya. Jason tidak suka apa pun yang ayahnya katakan. Bahkan tidak pernah memikirkan bagaimana perasaannya dan perasaan ibunya. Hubungan ayah dan anak itu tidak pernah akur sejak satu tahun yang lalu, ketika Jason memilih meninggalkan rumah dan tinggal sendirian di rumah pribadi yang mengatas namakan namanya. Untung saja banyak aset yang mengatas namakan Jason, jadi ia tidak terlalu perduli tentang pertentangan ayahnya. “Ibumu menyuruhku membawamu pulang besok,” kata El menepuk pundak sepupunya. “Besok makan malam keluarga, bukan? Itu terjadi satu bulan sekali untuk mempererat silaturahmi.” “Nah kamu ingat.” “Aku malas ikut. Lagian bulan lalu juga aku lewatkan.” “Kali ini jangan. Karena Grandma akan hadir.” “Grandma akan hadir? Benarkah?” “Iya. Kamu harus datang.” “Aish. Kenapa Grandma harus hadir?” “Bukankah makan malam keluarga … Grandma baru empat bulan tidak hadir?” “Bukan itu, El. Aku tidak mau sampai Grandma ikut campur lagi urusanku dengan ayahku.” “Kamu harus mengatasinya. Kalau soal itu … Aku tidak bisa bantu.” El menepuk pundak sahabatnya. Seorang wanita yang kini mengenakan dress hitam yang kekurangan bahan itu, menghampiri El dan Jason yang kini sedang nongkrong dibalik meja bartender. Wanita itu mengecup pipi Jason, membuat Jason menoleh. “Lama tidak berjumpa,” ucap wanita itu. “Siapa kamu?” “Aku? Kamu pernah—” “Jangan bercanda. Aku tidak membutuhkan wanita malam. Pergi saja dari sini.” “Kamu tidak membutuhkanku? Aku siap meski dibayar murah. Kamu juga tidak akan menyesal.” “Aku tidak membutuhkannya. Pergi lah. Jangan ganggu,” usir Jason membuat wanita itu melangkah meninggalkannya. “Saking banyaknya lelaki yang dia kenal, dia sampai mengira kamu salah satu pelanggannya,” geleng El lalu meminum wisky itu hingga tandas karena dituang sedikit-sedikit bersama es batu. “Memang sih wajahmu terlihat seperti penikmat ONS.” “Jason!” Sebuah suara memanggilnya, membuat Jason dan El menoleh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN