Teresa keluar dari gedung itu dengan perasaan berkecamuk. Sejak tadi tak henti-hentinya menggerutu dan sesekali mengumpat dalam gumam saat mengingat perlakuan Elang padanya. Sambil berjalan keluar melewati halaman ia terus saja mengusap bibirnya dengan tisu. Bekas bibir Elang seolah tidak menghilang dari sana. Bagaimana mungkin, seorang yang akan menikah masih mengganggu dirinya. Bahkan mantan suaminya itu baru saja melecehkannya. Ingin rasanya ia melaporkan pada pihak yang berwenang. Tapi ... rasanya hanya membuang waktu saja, seperti kejadian di Surabaya pada waktu itu. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Di tengah udara malam yang mengigit kulit, Teresa terus saja berjalan dengan tertunduk hingga jauh. Ia berjalan keluar dari area gedung itu, tak terasa memijakkan kaki. Te