Puncak Gunung Pangrango.

1321 Kata
Pukul 23.18. Vino mendengar suara gigi yang saling beradu. Vino tak sepenuh nya terlelap, dia hanya mengistirahatkan tubuh dan pikiran nya saja. Dia yang merasa terganggu pun, akhirnya membuka mata lalu menoleh kesamping kiri, dimana Qeela berada. Tepat, dugaan nya tepat. Gadis itu menggigil kedinginan. Padahal Qeela sudah memakai Goretex (1) dan Sleeping bag milik nya. Dia melirik Bara yang tertidur nyenyak dengan dengkuran yang lumayan keras. Tidak mungkin dia membangunkan Bara. Dia tahu, sahabat nya itu pasti sangat lelah. Dia pun memperkikis jarak antara diri nya dengan Qeela. Membawa gadis yang berada dalam sleeping bag itu masuk kedalam pelukan nya. Berharap kehangatan dapat tersalur melalui pelukan itu. "Ssstt.. kamu hangat. Percaya sama aku" Ujar nya ketika gadis dalam pelukan nya itu mengigau dengan pelan. Lalu setelah nya, kecupan ringan Vino berikan pada kening gadis nya, Aqeela. *** Pukul satu lebih tiga pulah satu menit dini hari. Bara menggeliatkan tubuh nya, mengerjapkan mata nya. Lalu Menoleh pada dua sosok berbeda jenis yang saling menghangatkan itu. Dia pun menatap jam yang terpasang di tangan nya, merubah posisi nya menjadi duduk. Lalu kemudian mengguncang pelan lengan Vino, berniat untuk membangunkan nya dan melanjutkan untuk summit attack. Vino yang merasa ada pergerakkan pun, sedikit menggerakkan badan nya, lebih rapat dengan gadis nya seraya bergumam pelan; "Ssstt.. ada Vino kok" Itu lah yang Bara dengar dari mulut sahabat nya itu. Yang membuat nya berdecak kesal. "Vino, bangun. Buruan nanti kita gagal summit" Ucap Bara seraya memukul pelan lengan Vino. "Apaan sih, Bar. Ganggu deh" Ujar Vino kesal karena tidur nyenyak nya terganggu. "Jam berapa sekarang? Buru bangunin cewek lo" Ujar Bara seraya beranjak keluar dari tenda untuk membangunkan yang lain nya. Setelah Bara keluar, Vino pun menghembuskan nafas nya pelan. Mengambil posisi duduk seraya mengacak-acak kan rambut nya, seperti kebiasaan nya ketika bangun tidur. Ditatap nya gadis yang berada didalam sleeping bag itu. Lalu senyum nya terbit disudut bibir sexy pria itu. Cantik, gadis nya cantik ketika tenang. Dan Vino suka itu. Vino mengusap mata nya, membuat nya agar lebih terbuka. Menghilangkan kotoran yang menempel disana. Setelah nya, dia menempelkan tangan dingin nya pada pipi tirus gadis nya itu. Yang membuat tidur Qeela terganggu, terbukti dari Qeela yang menggerakan pelan kepala nya serta kernyitan dalam di kening nya. "Ayo bangun. Makan, terus berangkat summit" Ujar Vino lembut seraya mengusap pipi Qeela. "Ngantuk" Vino terkekeh mendengar jawaban singkat dengan nada manja dan suara serak Qeela. "Kamu mau disini sendirian? Nanti kalau ada harimau gimana?" Mata yang semula tertutup itu, langsung terbuka lebar ketika telinga nya mendengar ucapan Vino. Qeela mencoba bangun dari posisi nya, duduk dengan sedikit susah karena dirinya masih menggunakan sleeping bag. "Seriusan ada harimau??" Ujar nya dengan mata membelo. Yang membuat Vino mengangguk bingung . "Iya.. mungkin" Ujar Vino pelan. "Yaudah, ayo" Qeela seraya membuka resleting sleeping bag nya. "Ayo kemana? Summit?" Qeela menatap Vino dengan manik berbinar serta senyum manis yang memiliki arti lain. "Ayo, kita cari harimau" Ujar nya dengan amat senang . Vino yang memang masih sangat mengantuk pun hanya bisa melongo dengan mulut sedikit terbuka. Tak percaya dengan apa yang gadis nya ucapkan itu. *** "Semua nya udah beres kan? udah pada kenyang juga kan?" Tanya Bara beberapa saat sebelum mereka berangkat summit. tadi, sekitar pukul satu lebih tiga puluh tujuh menit, mereka semua bangun dari tidur dingin nya setelah Bara dan Vino membangunkan mereka dengan sedikit susah karena beberapa dari mereka memang memiliki kebiasaan apa itu disebutnya?? hmm "kebo". Ya, semacam itu lah. Setelah semua bangun, mereka pun menyiapkan makanan untuk mereka makan sebelum melakukan summit attack. Tentu nya dengan makanan seadanya. Sisa makan malam mereka. "La, sini deh. dingin nggak?" Tanya Vino ketika melihat Qeela duduk di depan tenda mereka. menyuruh nya mendekat dan menyatu dengan yang lain. Qeela menggelengkan kepala seraya merapatkan jaket gunung nya. Rambut Panjang yang tertutup topi kupluk nya itu dia biarkan jatuh tergerai. Vino menghela napas nya, lalu dia pun beranjak mendekati Qeela. Duduk disebelah gadis itu. Lalu tangan nya dia ulurkan merangkul pundak gadis nya, membawa nya kedalam pelukan hangat Vino. "Dingin ya?" Vino mengusap pundak Qeela lembut seraya mengecup singkat pelipis gadis itu. Qeela hanya mengangguk pelan dalam pelukan Vino. Nyaman, Qeela merasakan nya. Tangan nya mulai melingkar pada perut Vino, menyusup masuk kedalam jaket, lalu dengan pelan namun pasti tangan Qeela masuk kedalam kaos hitam Vino, memeluk pria itu dengan erat. Dan itu semua membuat Vino terkejut karena telapak tangan gadis itu menyentuh kulit nya secara langsung. Dan dia dapat merasakan bahwa tangan gadis nya sangat lah dingin. "Dingin" gumam Qeela pelan seraya menyembunyikan wajah nya pada d**a bidang Vino. "Sstt.. Maaf ya. Nggak seharusnya kamu ikut" "Kenapa, Vin ?" Tanya Akbar yang ternyata sudah berada didepan mereka. "eh elo , Bar. Ini si Qeela kedinginan" ujar Vino seraya menengadahkan kepala nya menatap Akbar yang berdiri didepan nya. "Kenapa? ada masalah?" lanjut Vino. "Oh enggak. Makanan udah siap, ayo makan. Qeela juga, ayo. Biar nggak dingin lagi" ucap Akbar seraya pergi menjauh. "Ayo, makan dulu" *** Pukul dua lebih sepuluh menit dini hari. Mereka semua melakukan perjalanan menuju puncak gunung pangrango. Dari Pos Kandang Batu mereka melanjutkan ke Pos Kandang Badak yang berada di ketinggian 2,414 mdpl. Pos Kandang Badak adalah perpotongan jalur menuju Gunung Gede dan Gunung Pangrango Kondisi tanah di Kandang Badak ini tidak semuanya landai. Trek nya pun cukup terjal dan menanjak. Dan ketika diperjalanan, mereka melewati Air Terjun Pancaweluh, yang merupakan sumber air yang bersebelahan dengan bangunan pos yang sudah tidak terawat. Dari Pos kandang batu menuju Pos kandang badak sendiri mereka menghabiskan waktu sekitar satu jam. Tidak banyak barang yang mereka bawa saat summit, semua bawaan berat nya mereka tinggalkan bersama dengan tenda yang masih berdiri. Hanya barang yang sekiranya penting saja yang mereka bawa. Setelah berhasil melewati Pos Kandang Badak, mereka pun melanjutkan menuju puncak pangrango . Tujuan nya hanya satu, Sunrise Puncak Pangrango. *** Jarak tempuh dari pos kandang badak menuju puncak, kurang lebih akan memakan waktu sekitar dua jam. Trek dari kandang badak menuju puncak, dapat dikatakan sebagai trek pendakian gunung Pangrango yang sebenarnya. Jalur yang sangat menanjak, medan berupa trek tanah padat dengan hutan rimbun dan tidak ada sumber mata air di sepanjang jalur nya. Tapi untungnya, mereka telah mempersiapkan stok air bersih yang mereka ambil ketika melintasi aliran sumber mata air. Trek yang kadang curam pun, harus membuat pendaki sesekali memanjat untuk sampai ke puncak pangrango. Dan trek akan kembali landai dan melewati hutan lumut ketika mendekati Puncak Gunung Pangrango yang berada di ketinggian 3,019 mdpl, yang berupa sebuah area datar yang terdapat tugu dan sebuah bangunan kayu yang sudah rusak. "Whohoo.. Finally Puncak Pangrango" Teriak Bimo ketika mereka telah berhasil mendaki puncak Gunung Pangrango. "Nah nah.. Sunrise nongol tuh" Sahut Akbar seraya menunjuk sang surya yang bergerak keluar dari persembunyian nya. "Indah" Gumam Qeela dengan pelan, namun Vino masih dapat mendengar nya. Vino pun tersenyum seraya bergerak mengambil posisi tepat di belakang Qeela. Memeluk gadis itu dari belakang, menaruh dagu nya pada pundak rapuh Qeela. "Kapok?" tanya Vino dengan suara pelan. Qeela menggelengkan kepala nya seraya tersenyum kepada sang surya yang masih bergerak dengan lambat nya. Senyuman di wajah Qeela masih bertahan dengan tatapan yang masih fokus kedepan. Senyuman yang membuat Vino merasakan hangat pada hati nya. Vino yang tak kuat pun, akhir nya mengecup dengan gerakan kilat pipi kanan Qeela. Setelah nya masih dengan posisi yang sama, dia ikut tersenyum seraya menatap sang surya. "Woii.. udah kali. Kaya film Titanic, pelukan terus" Ujar Raka kesal. "Besok-besok kalau gua naik, ajak cewek gua juga ah" Sahut Aldi. "Emang punya?" Bara menimpali. "Kagak sih" "Yhahhhahaha" Lalu gelak tawa mereka pun terdengar sebagai lagu pengiring bergerak nya sang surya. ** "Ohh ini toh, Mandalawangi itu" Ujar Qeela ketika mereka sampai di Lembah Mandalawangi. Lahan luas yang ditumbuhi bunga keabadian. Bunga Edelweis. "Keren" Lanjutnya dengan mata berbinar. "Mau foto?" Qeela pun mengangguk cepat dengan senyuman dibibir nya. Note : Goretex (1) : Bahan jaket yang paling kuat, tahan air dan angin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN