Part 2 [Marah, sakit hati, kecewa = Monster]

1501 Kata
Darrel terus memaksa Laura untuk melepaskan gaun pengantin yang melekat di tubuhnya hingga ujung gaun itu terlihat robek. Sedangkan Laura terus memberontak, walaupun ia adalah seorang istri yang harus melayani suaminya, tapi Laura tidak akan pernah membiarkan Darrel menyentuhnya. Karena perlawanan ini membuat Laura harus menerima beberapa tamparan dari Darrel yang ssat ini berada dalam pengaruh alkohol. Sebelumnya, Laura mengenal Darrel sebagai pria yang baik dan sangat lembut pada kakaknya, tapi sekarang, Darrel terlihat seperti sosok monster yamg tidak akan pernah melepaskan orang yang sudah dia targetkan untuk menjadi mangsanya. Laura sudah berusaha melakukan semua usaha yang ia bisa untuk menyelamatkan dirinya dari Darrel, tapi pada akhirnya pria itu berhasil melepaskan gaun yang melekat di tubuh, bahkan tidak hanya gaun, tapi juga semua kain yang ada di tubuhnya. Laura sudah memberikan semua perlawanan, tapi tenaga Darrel lebih besar karena dia adalah seorang pria. "Tolong jangan lakukan itu padaku. Aku mohon." Laura yang saat ini duduk di ranjang dengan tubuh tertutupi selimut terus memohon pada Darrel. Laura menangis, berharap itu bisa sedikit meluluhkan Darrel yang saat ini sungguh terlihat seperti monster. Sisi baik dalam diri Darrel sedang tenggelam karena kemarahannya atas pengkhiatan itu dan Laura berharap kebaikan itu bisa muncul lagi. "Aku minta maaf atas pengkhianatan Kak Sarah, tapi aku tidak melakukan apapun. Aku mohon berhentilah." Laura lagi-lagi memohon dan terus menangis. Darrel terlihat tidak terpengaruh tidak peduli berapa kali Laura memohon kepadanya. Darrel melempar bajunya ke lantai, lalu naik ke atas ranjang, dan menindih Laura. Darrel ingin menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Laura, tapi Laura memegang selimut itu dengan sangat erat. "Jangan lakukan ini padaku. Aku tidak bisa melakukannya." Laura mengatakan ini sembari menatap lekat kedua mata Darrel. Laura begitu ketakutan sekarang dan air mata terus mengalir dari sudut mata indahnya. Darrel tampak terdiam selama beberapa saat. Darrel menatap wajah Laura yang berjarak begitu dekat dengan wajahnya, hingga ia bisa melihat air mata dan ekspresi ketakutan Laura. Darrel juga bisa mendengar isak tangis Laura. Lalu, apa itu membuatnya luluh dan melepaskan Laura malam ini? Tidak. Darrel tidak akan melepaskan Laura begitu saja. Darrel menyentuh bibir Laura, lalu dalam sekejap tangan Darrel sudah mencengkeram dagu Laura. "Saat Kakakmu dan selingkuhannya ditemukan keberadaannya, maka ceritakan padanya apa saja yang telah aku lakukan padamu dan juga ayahmu, agar dia tahu apa akibat dari perbuatannya. Kakakmu telah melakukan kesalahan besar karena bermain-main denganku," ucap Darrel, kemudian ia menyingkirkan selimut itu dari tubuh Laura, dan mulai mencium bibirnya. Laura menangis hebat malam itu, karena walau Darrel adalah suaminya, tapi ketika Darrel menyentuhnya Laura merasa seperti kehormatannya telah dirampas paksa oleh orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. Tapi, Laura tidak bisa melakukan apapun. Jika semua ini tidak terjadi, maka ayahnya akan tidur di dalam sel tahanan yang dingin. ••• Pagi telah tiba lagi. Matahari pertengahan musim panas telah datang lagi untuk menyinari dunia. Saa kebanyakan orang baru bangun tidur dan akan memulai aktivitas mereka, Laura sudah ada di dalam kamar mandi dan duduk di bawah shower yang menyala dengan tubuh yang menggigil. Ini masih begitu pagi dan udara masih dingin, tapi Laura sudah ada di sana sejak hampir 2 jam yang lalu dengan tubuh yang hanya dibalut oleh bathrobe. Laura merasa membenci dirinya sendiri setelah apa yang Darrel lakukan padanya. Laura juga merasa telah mengkhianati kekasihnya yang sudah bertahun-tahun bersama dirinya dan selalu ada untuknya. Laura begitu merasa bersalah, tapi ia hanya bisa menangis, dan tidak berani menelepon orang yang ia cintai untuk meminta maaf. "Kenapa Kakak melakukan semua ini? Siapa pria yang telah berani membuat Kakak berkhianat? Aku dan Ayah harus menanggung semua ini karena perbuatan Kakak." Laura berucap disela tangisannya. Di sisi lain, Darrel baru saja bangun dengan kepala yang terasa cukup berat karena semalam minum. Darrel memandang sekeliling kamarnya dan saat melihat baju yang berserakan, terutama gaun pengantin yang terlihat rusak membuat Darrel kembali mengingat apa yang telah terjadi semalam. "Ada di mana dia sekarang?" gumam Darrel, lalu ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Laura sedang mandi, itulah yang saat ini Darrel pikirkan dan ia tidak peduli lagi. Pandangan Darrel kembali mengarah pada gaun pengantin yang tergeletak begitu saja di lantai. Melihat gaun itu membuat Darrel kembali mengingat wajah bahagia Sarah ketika pertama kali mencoba gaun itu. Sarah benar-benar terlihat bahagia saat itu, membuat Darrel menjadi membayangkan betapa cantiknya Sarah ketika memakai gaun pernikahan itu dan berdiri bersamanya di altar pernikahan. Tapi inilah yang terjadi. "Menyebalkan sekali," ucap Darrel, lalu ia kembali membaringkan tubuhnya. Darrel mencoba untuk kembali tidur sembari menunggu Laura keluar dari kamar mandi, lalu ia yang akan mandi. Tapi hampir 30 menit berlalu dan tidak ada tanda-tanda Laura keluar dari kamar mandi. Ini tidak membuat Darrel khawatir, tapi Darrel menjadi kesal karena ia juga ingin mandi untuk menyegarkan dirinya, sedangkan Laura seperti tidak kunjung selesai padahal ini sudah sangat lama. "Apa yang sebenarnya dia lakukan di dalam sana?" Darrel yang kesal kini turun dari ranjang, lalu menggedor pintu kamar mandi sembari berteriak memamggil Laura, tapi tidak ada jawaban. "Bahkan untuk masalah kamar mandi pun dia harus dipaksa untuk selesai. Kakak dan adik sungguh tidak ada bedanya, mereka sama-sama senang membuat masalah," kesal Darrel. "Apa kau pingsan di sana?!" Darrel kembali meninggikan suaranya dan setelahnya ia menyadari kalau pintu kamar mandi tidak dikunci. Darrel yang sudah terlanjur kesal langsung masuk ke dalam mandi dan sudah menyiapkan berbagai kata-kasa kasarnya, tapi Darrel langsung terdiam saat melihat Laura yang sudah tergeletak tidak berdaya di lantai kamar mandi dengan shower yang masih menyala. ••• Setelah Laura ditemukan tergeletak di lantai kamar mandi, Darrel langsung membawa Laura ke rumah sakit dengan bantuan kakaknya, Devian. Sembari menunggu dokter menangani kondisi Laura, Devian mendekati Darrel yang tidak terlihat khawatir atas apa yang terjadi pada Laura. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Laura sampai seperti ini?" tanya Devian. "Aku tidak tahu. Aku menemukannya sudah dalam keadaan pingsan," jawab Darrel dengan nada santainya. "Laura tidak mungkin melakukan ini tanpa sebuah alasan, apalagi setelah kemarin aku melihat caramu memperlakukannya. Sebenarnya, apa tujuan pernikahanmu dengannya? Bukankah hanya sekadar menyelamatkan nama baik kedua keluarga? Lalu, kenapa kau memperlakukan Laura dengan buruk?" Devian kembali bertanya pada Darrel. Darrel terlihat marah ketika mendapat begitu banyak pertanyaan dari kakaknya. Emosi Darrel menjadi tidak stabil setelah semua yang terjadi, jadi sedikit saja terjadi hal yang tidak ia sukai itu bisa membuatnya sangat marah. "Dia tidak akan mati hanya karena masalah sekecil ini, jadi jangan berlebihan dan menjadi cerewet seperti ini. Menyebalkan sekali!" Darrel pun pergi setelah mengatakan ini pada kakaknya. "Darrel, Darrel!" Devian mencoba menghentikan Darrel, tapi dia bersikap seperti tidak mendengar apapun. Darrel yang sekarang sungguh terlihat seperti orang asing di mata Devian. Sosok adik yang sudah ia kenal sejak kecil seolah menjadi orang lain dengan hati yang dingin bahkan menganggap nyawa seseorang bukanlah hal yang penting. Devian tahu kalau semua masalah ini membuat Darrel sangat terguncang, tapi tidak pernah menyangka akan sampai membuat Darrel seperti ini. Setelah meninggalkan kakaknya, Darrel juga pergi dari rumah sakit dengan mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi. Darrel tidak peduli dengan bahaya apa yang bisa terjadi padanya atau pada orang lain saat mengendarai mobil dalam kecepatan segila ini. Pikiran Darrel begitu kacau karena ia masih tidak bisa menerima fakta kalau wanita yang ia cintai memilih pergi bersama pria lain saat hari pernikahan sudah begitu dekat. [Maafkan aku, Darrel. Aku tidak bisa menikah denganmu. Aku mencintai pria lain dan aku ingin bersamanya.] Isi pesan terakhir Sarah terus saja terlintas di benak Darrel, membuatnya semakin marah, lalu tanpa sadar menambah kecepatan mobilnya. Karena aksinya ini Darrel nyaris terlibat kecelakaan, tapi beruntung dirinya masih baik-baik saja, hanya saja ia menabrak mobil orang lain yang sedang berhenti karena lampu merah dan bagian belakang mobil itu terlihat rusak cukup parah. Seorang pria berusia 30 tahunan keluar dari mobil itu dan langsung mendatangi Darrel dengan wajah yang terlihat sangat marah, lalu menggedor kaca mobil Darrel. Darrel yang menyadari kesalahannya langsung membuka pintu mobil, lalu turun, dan berniat meminta maaf sekaligus mengganti kerusakan pada mobil pria itu. Namun, Darrel ikut marah ketika mendengar pria itu memakinya. "Si berengsek ini. Apa kau tidak bisa mengemudi dengan benar? Kau bisa membunuh seseorang dengan sikap burukmu itu!" pria itu juga meninggikan nada suaranya pada Darrel. Darrel yang tadinya sudah memiliki niat baik, kini menjadi melayangkan pukulan pada pria itu hingga membuatnya jatuh tersungkur di jalan raya. Tidak cukup sekali, tapi Darrel memberikan pukulan berkali-kali hingga pria itu terluka dan tidak sanggup memberikan perlawanan apapun. Semua orang menjadi sangat menyebalkan, hanya ini yang Darrel rasakan saat ini. Orang-orang yang melewati jalan itu mencoba menghentikan Darrel, tapi tidak berhasil. Darrel baru berhenti setelah menyadari kalau pria itu sudah tergeletak tidak berdaya dan penuh darah. Darrel menjadi takut hingga langsung menjauh dari pria itu. Yang ada di benak Darrel saat ini adalah apakah ia baru saja membunuh seseorang? Di sisi lain, ponsel Laura yang tergeletak di atas koper di kamar Darrel terlihat menyala karena ada pesan yang baru saja masuk. [Aku akan tiba dibandara sekitar jam 5 sore nanti. Ibuku tidak sabar ingin bertemu denganmu, lalu membicarakan pertunangan kita.] Itulah isi pesan dari seseorang bernama Kai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN