Sudah hampir tiga bulan Sherin bekerja di sebuah Club besar sebuah ibu kota. Sherin sangat tidak menyangka jika hidupnya akan berakhir seperti ini di tangan pamannya sendiri. Semenjak kehilangan kedua orang tuanya, Sherin harus berjuang sendiri melawan kerasnya hidup ini. Hampir dua tahun hidup dengan pamannya tak membuat Sherin lebih merasa bahagia dari panti asuhan tempatnya dulu tinggal.
Sherin Qotrunada gadis berusia dua puluh tahun harus menyandang gelar yatim piatu di usianya yang masih sangat belia empat belas tahun, saat itu kedua orang tuanya meninggal akibat pembunuhan oleh sekelompok orang yang tak di kenal, kedua orang tua serta kakaknya harus meregang nyawa dengan cara yang sangat tragis di hadapan dirinya.
Setelah kejadian itu, Sherin di tawarkan oleh salah satu tetangganya untuk tinggal di rumah mereka tapi apa yang terjadi? Baru dua hari Sherin tinggal di sana, ia sudah mendapatkan perlakuan buruk dari anak anak tetangganya itu, mereka sangat membenci Sherin karena paras Sherin yang terlalu cantik dan di anggap sebagai pembawa sial keluarga mereka.
Akhirnya Sherin saat itu pergi meninggalkan rumah tersebut tanpa arah dengan membawa satu koper besar dan satu tas dukung berisi buku buku pelajarannya di sekolah hingga ia bertemu dengan beberapa gurunya. Mereka mengantarkan Sherin ke salah satu panti asuhan yang berada tak jauh dari rumah Sherin dulu.
Tiga tahun kemudian Sherin di jemput oleh pamannya yang bernama Romi untuk tinggal bersama mereka, Sherin merasa bahagia karena adik kandung ibunya itu ternyata masih menyayanginya. Namun semua berubah tiga bulan setelah pamannya mengalami kebangkrutan, Romi menjadi pemabuk dan penjudi berat hingga Sherin sering mendapatkan perlakuan kasar bahkan ia hampir di perkosa oleh pamannya sendiri jika ia tak mendapatkan uang banyak untuk sang paman.
Seperti saat ini, Sherin bekerja di sini karena ulah sang paman yang terus mendesaknya bekerja hingga tak mengenal waktu, bahkan sang paman terkadang sengaja menyuruh Sherin untuk menjual diri pada bos bos kaya mata keranjang yang sering berkunjung di Club tempat Sherin bekerja.
Sherin terus berjalan menyusuri lorong lorong Club besar tempatnya bekerja, layaknya Club lainnya yang biasa di gunakan untuk sekedar mabuk dan menumpahkan hasrat pria pria yang rakus akan kemolekan tubuh wanita, bahkan sering di gunakan untuk bisnis bisnis ilegal maupun legal. Walau pun hidupnya tak beruntung, Sherin tetap harus bertahan dan berdiri pada dirinya sendiri dan ia tak pernah berfikir untuk menyerah mendapatkan hidup yang bahagia suatu saat nanti.
Terkadang terlintas rasa iri di benaknya, mengapa hidupnya tak seberuntung gadis lain seusianya yang bisa merasakan hidup bahagia bersama kedua orang tua dan keluarga. Sementara dirinya harus pasrah untuk menjalani hari hari di sebuah Club besar ini, dengan pekerjaan yang terkadang di anggap remeh oleh orang lain.
Banyak orang yang mengatakan, akan ada pelangi setelah hujan. Tapi, sepertinya semua itu tidak berlaku untuknya, hari harinya di penuhi dengan air mata. Tidak ada warna warni seperti pelangi yang indah.
'Sedang apa si mata duitan itu? Pasti sedang berencana untuk menjualku lagi pada bos bos kaya di luar sana. Dasar gila, pantas saja istrimu pergi bersama pria lain,' batin Sherin kesal saat terlintas wajah sang paman di benaknya.
"Sheriiiinn... Sheerriiiinn..." Terdengar suara teriakan seseorang yang memanggil namanya.
Mata Sherin mengedar mencari asal suara tersebut, dan benar saja Sherin melihat salah satu teman kerjanya berdiri di sudut ruang VIP dan bergegas menemui rekan kerjanya.
"Ada apa?" Sherin sedikit mengeraskan suaranya karena dentuman musik yang begitu keras.
"Sher, kamu tolong antarin ini ya ke ruang VIP 2. Aku ada urusan mendadak di luar. Tolongin ya, pliss..." pinta Gina salah satu rekan kerjanya.
Walau penampilan Sherin tak terlihat sexi seperti rekan kerjanya yang lain, bukan berarti Sherin tak menawan seperti yang lainnya hanya saja Sherin tak terbiasa menampilkan tubuh indahnya, tapi semua itu tak menutup aura mempesona yang ada di dalam dirinya. Membuat banyak orang yang berniat buruk padanya salah satunya Gina.
"Baiklah." Tanpa ragu Sherin melangkahkan kakinya menuju riang VIP 2.
"Eh Gina... Kamu kenapa minta Sherin mengantarkan minuman itu ke ruang VIP 2. Aduh, bakalan berkurang dong seseran kita. Hais..kamu gimana sih!" seru Tasya sesama rekan kerja di sana.
"Tenang dulu hei... Apa aku terlalu bodoh? Aku memasukkannya kedalam kandang singa yang tengah lapar. Hahaha..." Gina tertawa licik otaknya bekerja untuk menjerumuskan Sherin.
"Maksud kamu? Astaga... Bukankah di dalam sana ada si tua bangka itu? Bukan kah dia begitu terkenal ganas melahap wanita? Habis lah sudah Sherin, tamatlah riwayat mu." Tasya bergedik ngeri.
Didalam kotornya Club ini, masih tersisa satu manusia yang begitu polos dengan hati yang sangat lembut, dia lah Sherin. Dengan niat baiknya ia berjalan menyusuri lorong lorong Club itu hingga terlihat lah ruangan bertuliskan VIP 2 dan segera di bukanya pintu ruangan itu dengan tangan membawa sebotol minuman Red Wine terbaik yang ada di tempat ia bekerja.
Terlihat satu orang pria paruh baya yang sedang duduk di apit beberapa orang perempuan cantik dengan pakaian yang begitu minim, belahan d**a yang terlihat dan panjang baju yang hanya menutupi b****g saja, dia adalah Riko. Dan satu pria paruh baya yang diketahui bernama Heri tengah duduk sendiri tanpa ada yang menemani, terlihat jelas dari keduanya adalah pengusaha kaya raya.
"Hei cantik... Kemarilah!" Perintah pria paruh baya yang bernama Riko sambil mengarahkan telunjuknya. Sherin berjalan mendekat dan segera menuangkan minuman ke dalam gelas Riko.
Setelah selesai Sherin akan mundur dari hadapan pak Riko, tapi tiba tiba tangannya di tarik paksa hingga membuatnya terjatuh di pelukan pak Riko. Sherin berontak sekuat tenanga namun tangan pak Riko lebih kuat hingga Sherin secara spontan menggigitnya. Pak Riko mendorongnya dengan kuat hingga Sherin tersungkur ke lantai dan pelipis matanya sedikit terluka.
"Dasar tidak tahu diri, perempuan sialan kau," teriak pak Riko dengan semua amarahnya.
Demi tuhan, tatapan pak Riko saat ini sangat menakutkan bahkan di usianya yang tak lagi muda ia masih mempunyai kekuatan ekstra.
"Kau akan menemani ku hingga puas malam ini jalang." Sambil menarik kuat rambut Sherin. Membuat Sherin meringis kesakitan.
"Maafkan aku tuan, aku tidak bermaksud begitu hanya saja aku terkejut." Sherin berharap pengampunan dari pak Riko.
"Kau pikir aku bodoh, hah? Jangan jual mahal, akan ku bayar kau dua kali lipat. Naiklah di tubuhku malam ini aku akan menajadikanmu ratu sejagad malam ini." Dengan seringai licik pak Riko mencoba menarik wajah Sherin, namun segera di tendang oleh Sherin. Entah kekuatan dari mana hingga Sherin mempunyai keberanian saat itu.
"Aaww..." pekik pak Riko. Saat itu juga pak Riko akan bertindak lebih keras pada Sherin namun segera di lerai oleh pak Heri.
"Jangan kau sentuh lagi dia. Aku akan membeli dan menikahinya." Pak Heri berteriak dengan keras hingga membuat mata Sherin terbelalak.
"Tapi dia.."
"Atau kubatalkan kerja sama ini," ucap pak Heri sekenanya.
Seketika suasana menjadi hening dan hanya terdengar dentuman musik yang memekakkan telinga.
'Mati aku, harus bagaimana aku? Tua bangka ini akan menikahi ku,' batin Sherin panik.
Pak Heri mendekati Sherin dan menariknya dengan paksa untuk keluar dari ruangan itu dan mengikutinya.
"Jangan tuan, saya mohon kasihanilah saya tuan," ucap Sherin dengan derai air mata yang mulai membasahi wajah cantiknya.
"Diam kau!" bentak pak Heri.
____________
Hai readers, aku butuh dukungan kalian semua ya.