MS 12. Jari

1238 Kata
Andreas kadang heran dengan perasaannya jika melihat wanita kencing, apalagi mengencinginya dan juga yang suka memakinya. Rasanya ada pencapaian keberhasilan tertentu yang membuatnya sangat bernafsu pada wanita jenis demikian. Andreas hendak bangkit untuk menurunkan celananya ketika mendadak gadis di pangkuannya beringsut bersemangat menangkup wajahnya dan menggigit pipinya. “Sapi panggang!” seru Sylvia. “A-uh ....” Andreas yang tadinya ingin membentak menjadi urung merasakan Sylvia menjilat-jilat pipinya sambil sesekali menggigit kecil, seperti sedang menikmati daging panggang dan menjilati sausnya yang menetes. Andreas bergeming bimbang bagaimana harus bereaksi. Ia bisa saja marah, tetapi berahinya sudah dibangkitkan dan gadis itu mengundangnya. Itu adalah pilihan yang sulit. Karena mereka berhadapan, Sylvia kembali memakan wajah Andreas. Sampai lidah Sylvia tiba ke bibirnya, Andreas menyambut ciuman itu. Ia pun memelintir lidah dalam mulut mereka dengan lihai. Sebagian dari dirinya ragu apakah Sylvia benar-benar tidak menyadari apa yang sedang dilakukannya. Melihat setiap kali gadis itu bereaksi penuh kebencian padanya, rasanya yang sedang dilakukan Sylvia sangat bertentangan dengan hati nuraninya. Gadis itu pasti sedang mabuk atau kerasukan. Eh, sebaiknya ia pastikan saja. Jika Sylvia main-main, gadis itu pasti tidak akan berani mengerjainya hingga berhubungan intim. Seandainya iya pun, tidak ada ruginya bagi Andreas. Ia mengubah posisi Sylvia agar membelakanginya dan memangku gadis itu lagi di mulut toilet. “Biar aku membersihkanmu, manis,” gumamnya di telinga Sylvia sambil mengangkat gaun tidurnya hingga ke perut, membuka lebar kedua pahanya lalu membasahi muara kewanitaan istrinya dengan air dan jemarinya mengusap lembut area itu agar bersih lebih maksimal. “Ohh, hmm ... Ahhh ....” Desahan terlepas dari mulut Sylvia dan kepalanya terdongak menerima kenikmatan. “Nyaman, manis?” Andreas berbisik lalu mengecup cuping telinga Sylvia. “Sekarang kau tahu nikmatnya, sayang ... ini baru permulaan.” Andreas memainkan jarinya di kewanitaan istrinya. Telunjuknya memberi salam perkenalan, menyentuh dengan lembut dan hati-hati agar tidak mencederai selaput perawan gadis itu. Istrinya mendesah dengan tubuh menggelinjang lemah tersandar ke dadanya. Andreas sudah sangat mengenal dan memahami area lembut dan basah itu. Ia mengeratkan rahangnya menahan agar tidak membelesakkan lebih banyak jari ke dalam sana karena tahu rongga itu masih terlalu sempit untuk dimasuki lebih dari 1 jarinya yang berukuran cukup besar. Lendir pekat yang menyelimuti jarinya cukup memberitahunya bahwa gadis itu pun tengah terangsang dan lepas bebas dalam mimpi liarnya. Andreas bernapas berat di depan wajah Sylvia yang bersemu dan mendongak padanya dengan mata tertutup sayu. Mereka sangat dekat, hingga Andreas bisa menghitung berapa banyak bintik halus yang bertaburan di pipi dan tulang hidung mungilnya. Tanpa melepaskan tatapan pada wajah polos itu, Andreas mengangkat jarinya yang bermain di mulut bawah Sylvia ke mulutnya. Ia mengulum sepanjang jarinya, menyesap bersih intisari Sylvia dan menghayati rasanya. “Sejak pertama mencium baumu aku tahu kau akan berasa semanis ini, sayang ...,” gumamnya di tepi telinga Sylvia. “Kau sangat manis ....” Andreas menarik dagu Sylvia dan melumat bibirnya Mengendong Sylvia sambil berciuman adalah hal gampang. Tubuh mungil gadis itu bergelayut padanya dan kedua kakinya bertaut di pinggang. Andreas berdiri. Sebelah tangan menangkup p****t istrinya, tangan sebelahnya lagi membuka sabuk celananya, menurunkan bahan kain itu bersama celana dalam, memerdekakan bonggol sebesar tinjunya menonjok belahan p****t Sylvia. “Oh, hmmmh ....” Gadis itu mengerang lembut dalam ciumannya merasakan benda padat, besar nan hangat menggesek permukaan area sensitif di selangkangannya. “Kau menyukainya, manis?” tanya Andreas seraya terkekeh pelan. Gadis itu tidak menyahut, bahkan matanya terpejam rapat. Namun bibir mungilnya tersenyum tipis. “Akan kuberi kamu kenikmatan lebih banyak lagi.” Andreas membawa Sylvia ke tempat tidur, mencumbu sambil merebahkan gadis itu perlahan-lahan agar tidak membangunkannya. Andreas pun berlutut, menegakkan tubuhnya untuk memandangi istri mungilnya. Gadis tidur sangat nyenyak tanpa tahu apa yang diakibatkannya pada seorang pria. Mulut manisnya berdecak seolah mencecap makanan. Andreas membungkuk hendak mengakrabi bibir mungil itu, akan tetapi terhenti karena gadis itu bergumam ketus. “Andreas berengsek, dasar lembu ogre. Jelek!” Sylvia mengibaskan tangannya sembarangan. Plak! Mengenai wajah Andreas dengan telak hingga laki-laki itu tersentak dengan mata melotot siap keluar dari rongganya. Andreas menggeram. “Kau ...!” “Aku akan pergi dari sini, idi.ot! Aku akan pergi. Aku sudah punya rencana,” gumam Sylvia sambil memiringkan tubuhnya. Tangannya menarik Andreas sehingga berbaring, merangkulnya dan meringkuk di da.da Andreas lalu terisak. “Howard, aku rindu ibu .... Aku rindu ibu ... Hu hu hu .... ibu .... Kita tidak sempat bertemu untuk terakhir kalinya .... Bournemouth jahat! Hu hu huuuu, ibu ....” Gadis itu pun semakin dalam membenamkan wajahnya dan da.da Andreas menjadi hangat oleh air mata sekaligus ingus Sylvia. Andreas mematung di posisinya. “Ah, sialan ....” gerutunya. Dan siapa pula Howard? Hmmmph, jadi gadis yang mengaku-ngaku perawan ini rupanya bisa main laki-laki juga. Andreas kesal bukan main. Untuk membalas Sylvia, Andreas tidur sambil menindih sebagian tubuh Sylvia dengan kakinya yang besar supaya gadis itu terperenyek dan kram dalam tidurnya. Huahahaha, biar dia tahu rasa! Toh gempa bumi sekali pun tampaknya tidak akan membangunkan Sylvia. Dan kenyataannya, Sylvia memang tidak terganggu sama sekali. Dia tidur sangat nyenyak. Begitu pun Andreas. Keduanya tidur dengan damai, tidak menyadari di luar hari sudah terang. Di kamar masih temaram, dua tubuh bertangkup di atas ranjang dengan posisi Sylvia menindih Andreas. Gadis itu tidur tengkurap di da.da Andreas. Sylvia terbangun mendengar suara dengkuran kasar dan tubuhnya turun naik mengikuti embusan napas teratur. Dengan mata masih tertutup, Sylvia mulai mencium aroma yang dikenalnya tetapi ia tidak dapat menyebutkan. Aroma tubuh laki-laki yang besar, berkeringat dan pesing. Kali ini aroma pesingnya semilir. Sylvia mengangkat kepala sambil mengucek mata dan begitu merasakan dia duduk mengangkangi sesuatu, Sylvia keheranan. Dia pun menunduk melihat ke bawah. Ada benda besar, keras dan tegak menyeruak dari selangkangannya. Sylvia langsung terbelalak ngeri menyadari hanya satu orang yang dilihatnya memiliki tumor berbentuk jamur sebesar itu. Yaitu Andreas. Pria itu tertidur pulas di bawahnya, dengan wajah melembut, tenang, tidak terusik apa pun. Kemejanya terpasang tidak karuan memperlihatkan da.da bidang berbulunya penuh dengan bercak-bercak merah berbentuk tidak beraturan. Sementara bagian bawah tubuhnya tidak mengenakan apa pun. Dan yang lebih mengejutkan Sylvia, dia pun berada dalam kondisi yang sama dengan pria itu. Di balik gaun tidurnya, dia tidak mengenakan celana dalam. Area pribadinya terbuka luas dan tampak jejak-jejak penjelajah telah menapaki tubuhnya, terutama di bagian payu.dara dan paha. Apakah Andreas telah membiusnya, merampungkan malam pengantin mereka dan menjamahnya saat dalam keadaan tidak sadar? Sylvia terperangah, menghunuskan tatapan benci pada Andreas yang masih saja terbuai dalam mimpi. Sylvia meneriakinya sekuat tenaga. “Andreas Bradford Bournemouth berengsek!” Di dapur di lantai bawah, Latanza, Consuella, Timothy, dan Dante yang tengah menikmati sarapan berbarengan menoleh ke atas. Suara teriakan Sylvia membuat rumah bergetar sampai debu berguguran dari langit-langit. Dante melirik pada Latanza seraya menyeruput tehnya. “Latanza, sepertinya Nyonyamu sudah bangun.” Dante lalu terkekeh senang. Latanza memutar bola matanya, enggan membantah. Padahal Dante yang punya ide memberikan sebotol anggur untuk istri Tuannya. Namun dia yang harus membereskan kekacauannya. * Bersambung .... (06/12/2020) ( ˘ ³˘)♥ Jangan lupa follow Sisil yaa. (◍•ᴗ•◍)❤ Hai, gaes. Jika kalian suka cerita Sisil, jangan lupa kasih hadiah buat sisil. caranya, klik kado merah yang bisa kalian temukan di bagian cover, atau bagian pengaturan halaman cerita. Pilih hadiah yang kalian sukai. Nanti akan ada peringkat penggemar. Penggemar ranking 1 setiap bulannya akan mendapatkan hadiah dari Sisil. Pengumuman pemenang ada di IG Sisilianovel. Pastikan kalian follow Ig dan beri hadiah sebanyak-banyaknya, untuk menjadi pemenang. Terima kasih.( ˘ ³˘)♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN