Part 3 (Awal Mimpi Buruk)

1123 Kata
3 Bulan Kemudian Aku dan Evan semakin nempel kayak perangko. Hingga kami merasa kurang puas kalau ketemu cuma di tempat kerja saja. Aku juga pengen makan diluar, pengen main ke pantai, pengen main ke pegunungan. Aku selalu mengajaknya ketemu diluar. Tapi dia selalu menolak. Karena takut ketahuan sama teman ngajinya. Toh dia juga jarang ada waktu soalnya jadwal ngajinya sangat padat. Setiap hari. Apalagi dia ketua remaja masjid. Hmmm yaudahlahyaaa. Mau gimana lagi? Aku hanya menjalani & ngikut alurnya. Gimana mau dia. Hingga akhirnya entah kerasukan setan apa. Dia tiba tiba bilang lewat chat. [ Yang, aku mau mau aja sih ketemu diluar. Tapi yang gak keliatan orang.] Kata Evan tiba tiba. [Dimana ?] Tanyaku [Emm.. Aku pengen ngomong sama kamu tapi kamu jangan marah yah, sayang?] Kata Evan [Ya nggak papa. Ngomong aja.] Jawabku [Kita ngamar aja gimana? Di bawah pegunungan di daerah Sukasuka itu.] Kata Evan Deg!! Jawaban Evan sempat membuat mataku membulat sempurna. [Hah? Kamu serius? Ngamar?] Tanyaku tak percaya. [Hehe iyah. Tapi kalau kamu nggak mau juga nggak papa sih, Yang. Katanya kamu pengen ngobrol lebih lama sama aku? Ya itu cara satu-satunya biar nggak keliatan banyak orang, sayang.] Jelas Evan [Duh. Harus ngamar yah?] Tanyaku yang masih ragu tak percaya. [Iya sayang. Gimana?] Tanya Evan. [Hmm yaudah. Ngobrol doang kan yang penting.] Jawabku pasrah. [Iya, Ayang..] Kata Evan sedikit merayuku. Bodohnya aku yang nggak berpikir panjang saat itu malah mengiyakan. Dan kami pun mengatur jadwal pertemuan pertama kami. Pertemuan diluar rumah & lingkungan kerja pertama kalinya. -SKIP- Hari ini adalah hari kami bertemu. Evan menjemputku ke rumah. Lalu Evan memberanikan diri izin sama bapak & ibuku. Kamipun berangkat. Diperjalanan, kami ngobrol , ketawa bareng. Hingga tak terasa sudah sampai tempatnya. Duhhh Deg deg an banget tapi aku buat santai karena niatnya ngobrol aja kan. Kami memesan sebuah kamar. Penjaga rumah itu memberi kuncinya lalu kami masuk. Dan beristirahat setelah perjalanan lumayan jauh. Evan menyalakan TVnya. Kebetulan kamar itu dilengkapi fasilitas TV & kamar mandi dalam. Lalu kami mengobrol & memesan beberapa makanan dan minuman. Ngalor ngidul kami ngobrol. Dari A sampai Z. Sampai ketawa-ketawa bareng. Tiba tiba dia melepaskan jilbabku. Deggg!! Sangat berdebar sekali hatiku. Tanganku yang mau menepisnya ditahan oleh Evan. Dia menatapku. Lama.. Lama sekali sembari memberikan senyum manisnya kepadaku. Aku hanya diam terpaku menatap wajahnya sedekat ini. Dan dia pun mencium bibirku. Melumat bibirku perlahan. Aku tak percaya orang yang selama ini aku anggap alim tapi seperti sudah ahli melakukannya. Dia melumat bibirku memainkan lidahku perlahan-lahan. Lalu merebahkan badanku ke kasur dikamar itu. Ciumannya turun ke leherku. Ku dengar nafasnya ngos-ngosan. Sepertinya dia mulai terangsang. Geliiiii. Sangat geli. Itu adalah area sensitifku. Aku yang tak bisa menahannya tiba tiba mengeluarkan desahan dari mulutku. "Ahhh.. Jangan cium disitu.." desahku. Namun Evan tidak menggubrisnya malah semakin menjadi-jadi menciumi leherku. Tangannya membuka kancing bajuku satu persatu dan meremas payudaraku yang tergolong kecil. Aku kembali mendesah. "Evann Ahh.." desahku. Dia membuka semua bajuku. Menciumi badanku.. payudaraku.. perutku.. kembali lagi ke leherku. Sepertinya dia adalah pemain yang handal. Dia membuka baju nya dan kulihat celananya sudah tidak mampu menampung mr P nya yang menggembung. Lalu dia melepaskan celananya. Kemudian melepas celana yang kukenakan. "Kok sampe kayak gini sih? Katanya cuma ngobrol !" Bentakku padanya. "Duh sayang, nanggung nih. Cuma gesekin diluar aja kok. Yaaa?" Rengek Evan. "Sayang, aku nggak mau. Aku takut." Jawabku gemetar. "Diluar aja sayang beneran." Pinta Evan. Lalu dia menggesekkan mr P nya ke vaginaku bagian luar, sambil menciumi leherku. Aku hanya bisa mendesah keenakan dibuatnya. "Yang aku masukin yah.." Rengek Evan dengan manja. "Apaan sih, yang, katanya cuma gesek diluar aja. Nggak mau ah !! Mrembet mrembet gini !!" Bentakku. "Ahh. Ayolah sayang. Yaaa. Aku masukin yahh.." pinta Evan. "Nggak mau sayang! Aku takut! Nanti kalo hamil gimana? Nggak mau aku yang! Belum siap!!" Bentakku. "Tenang, sayang. Nanti aku keluarin diluar." Pinta Evan yang masih merayuku. "Nggak mau sayang! Udah aja yok! Sudahi ini semua!" Bentakku. "Nanggung ihh.. Tenang sayang. Nanti aku tanggung jawab kalau ada apa apa. Aku masukin yah." Rayu Evan. Evan mencium bibirku. Dan mengunci tanganku dengan tangannya. Lalu memasukkan mr P nya ke vaginaku. Aku gemetaran karena rasanya sangat sakit. Jujur ini baru yang pertama kali aku lakukan. "Aaak.. Sakit. Udah ah cukup. Jangan dipaksain. Sakit banget.. Aduhh." Kataku lirih sambil menahan sakit. "Sempit banget sayang. Ahh enak banget kamu ehmm." Kata Evan keenakan. Evan terus mencoba memasukannya berkali kali. Tapi selalu merucut. Dia hampir putus asa. Dia mencoba dan terus mencoba. Dan akhirnya. Blesssshhhh.. Masuk juga pistol itu. "Ahhhhhhhhh!!!" Teriakku tapi tidak menimbulkan suara terlalu keras karena takut diluar kedengaran. Lalu mendiamkannya sejenak pistol itu memenuhi vaginaku. Perlahan Evan memaju-mundurkan Mr P nya. "Ahhh.. Sayanghh. Sayanghh. Sakitthh.. Perihh. Ahh.." desahku. "Tahan ya sayang. Habis ini enak kok. Sempit banget sayang punya kamu. Enakhh banget sayanghh ahhh ahh." Desah Evan yang masih memaju-mundurkan mr P nya. Evan semangat memaju-mundurkan mr P nya. Iramanya agak cepat dari sebelumnya. Aku yang kesakitan kini menjadi keenakan merem melek dibuatnya. "Uhmmm.. sayanghh enakhh sayanghh.. terusshh ahhh. Enakkh." Desahku ikut menggoyangkan pantatku maju mundur. Tapi masih terlihat gemetar. Evan juga merasakannya. Tapi dia pintar mencairkan suasana. Keringat bermunculan membasahi sekujur tubuh kami. "Sayanghhh.. Terusshkan. Mentokin sayanggh Ahhh Ahh Ahh.." desahku. "Ahh.. Ahh.. Ahhh" desah Evan yang semakin keenakan. Evan semakin mempercepat gerakan maju-mundurkan mr P nya. Kami berdua keenakan. "Sayangghh. Aku mau keluarhh. Aaaaahhhh !!" Kata Evan Lalu Evan dengan cepat mencabut Mr P nya. Lalu mengecrotkan spermanya ke perutku. Lalu memelukku dengan erat. Sangat erat. "Maafin aku ya sayang. Udah lakuin ini." Kata Evan karena kasihan padaku. Aku hanya bisa menangis. "Sayang maafin aku. Udah jangan nangis lagi yah. Aku bakal tanggung jawab kalau terjadi apa apa. Aku janji." Bujuk Evan. Lalu Evan mencium bibirku dengan lembut. "Kamu janji kan, sayang . Nggak bakal ninggalin aku setelah ini ?" Rengekku "Iyah aku janji sayang. Kamu jangan khawatir yah." Bujuk Evan. Lalu Evan memelukku dengan erat. Lalu kami tertidur bersama dengan badan yang masih telanjang bulat. Hanya tertutup 1 selimut untuk berdua. 1 jam kemudian. Kami terbangun. Lalu kami mandi bersama. Setelah itu kami memesan makanan lagi. Kami sangat lapar karena habis bercocok tanam. Setelah makan. Kami berkemas dan pulang. Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Butuh waktu 1 jam untuk sampai rumah. Sesampainya dirumah. Akupun mandi besar mensucikan diri. Lalu istirahat. Aku yang merasakan kesakitan diarea bawah. Berusaha berjalan dengan kaki yang rapat. Agar orang tua & keluarga dirumah tidak curiga. Uhhh. Ini sangat sakit. Setelah itu aku berbaring. Lalu merenung. Apa yang baru saja terjadi. Apa yang baru saja aku lakukan. Kenapa aku bodoh sekali. Tapi aku tidak bisa menolaknya karena takut kehilangan Evan. Aku sangat. Sangat mencintai Evan. Apapun akan aku lakukan untuknya asal dia tidak meninggalkanku. Evan. Oh Evan. I love you, sayang. Bersambung..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN