Tanda kepemilikan milik siapa?

1328 Kata
Karena kaget dengan apa yang diucapkan oleh sang istri, Aidil sampai lupa fokusnya yang tengah menggendong Surya, hampir saja Surya terlepas dari gendongannya, terpaksa idol meredam dulu kemarahannya untuk menempatkan sang anak ke tempat tidur lebih dahulu. Sementara itu, Raina masih saja memaki-maki bos suaminya tersebut. bahkan karena ulahnya tersebut membuat para pemuda yang dari tadi mengintai Andara dan juga Aidil berkumpul tak jauh dari rumah mereka, Bahkan mereka mendengar dan menyaksikan keributan tersebut. "Tunggu apa lagi jalang? kamu menunggu para warga mengusirmu terlebih dahulu? baru kamu akan pulang?"Raina berteriak tepat di muka Andara bahkan aroma tak sedap dari alkohol pun menguar di sana. Andara menutup mulut serta hidungnya untuk mengusir bau yang sudah terpaksa terhirup olehnya. "Bau sekali kamu Mbak, emangnya habis minum berapa botol? cupang yang ada di bawah telingamu itu, apa kamu tak malu untuk menampakkannya kepada suamimu? sudah siap untuk kehilangan suami?"bisik Andara sangat lirih tempat di telinga Raina. Wajah Raina seketika pucat pasi mendengar apa yang diucapkan oleh wanita yang mencoba merebut suaminya tersebut. "Aa,,,,pa maksudmu?"tanya Raina gugup. Tangannya bergerak lincah hendak melepaskan ikat rambut yang digunakan untuk mengikat rambutnya ke atas. tapi dengan sigap Andara melarangnya. "Biar semakin seru, biarkanlah Mas Aidil menyaksikan hiasan di bawah telingamu ini!"kata Andara. "Kurang ajar,,,! jangan ikut campur! ini urusanku, urusan keluargaku! pergi kamu dari rumahku! rasanya aku jijik melihat wanita murah yang punya bakat pelakor sepertimu!"kata Raina dengan kata-kata menghina. "Wanita murah? pelakor? jijik? nggak salah kamu mengucapkan itu kepadaku? punya cermin tidak?"kata Andara menohok. Belum sempat Andara melanjutkan kata-katanya, sudah lebih dulu Aidil sampai di tempat Mereka berdiri. "Usir dia dari rumah kita Mas, aku tak sudi ada calon pelakor di rumah kita!"kata Raina dengan memerintah sang suami. "Lama-lama mulutmu itu memang minta di sekolah kan Kok, nggak punya adab sama sekali! kalau bukan karena Ibu Andara anakmu masih menangis berteriak-teriak mencarimu! Kamu paham itu?"jawab Aidil tak mau menuruti keinginan sang istri. Entah mengapa kini mata Aidil tertuju di bawah telinga Raina. matanya menyipit melihat sesuatu yang tak asing buatnya, Ia pun mendekat dan menyebabkan lebih jelas rambut yang sedikit menutupinya. "Cupang? dari siapa? bahkan sudah lebih dari satu bulan kami tidak pernah bermesraan! cupang ini terlihat baru! siapa yang melukisnya?"kata Aidil dalam hatinya. Menyadari sang suami mendapati apa yang hendak disembunyikannya tadi, kini Raina pun mencoba untuk playing fiktim. "Kamu tahu Mas? dia memintaku untuk mengizinkanmu menikah dengannya! wanita mana yang tak sakit hati Mas!"kata Raina mencoba untuk mengalihkan perhatian sang suami. "Maaf Bu Andara, silakan kalau ibu mau pulang! hari sudah menunjukkan tengah malam, tapi jika Ibu takut untuk pulang, Ibu bisa menghubungi salah satu pegawai Ibu di rumah untuk menjemput Ibu ke sini!"kata Aidil memberi usul sekaligus mengusir sejarah halus. "Betul juga usulmu, terlalu bahaya jika aku menyetir sendirian, aku akan menghubungi Pak sopir yang ada di rumah, Maaf ya Ibu Raina, saya numpang duduk di sini sebentar sambil menunggu sopir saya datang!"sebenarnya hal itu hanya untuk mengulur waktu yang ada, Andara masih merasa kepo tentang apa yang terjadi selanjutnya setelah tadi Andara mengetahui bahwa Aidil sudah melihat cupang itu. Tanpa menunggu persetujuan dari Raina dan juga Aidil, kini Andara kembali duduk di kursi yang sedari tadi dipakai untuknya duduk memangku Surya. Dengan pasar Aidil menarik Reina untuk masuk ke dalam rumah, setelah sampai di pintu masuk Aidil menghentikan langkahnya kemudian berkata kepada Andara. "Saya pamit ke dalam sebentar bu, istri saya rupanya sedang mabuk! saya akan membuatnya sadar terlebih dahulu!"pamit Aidil. "Silakan mas, Maaf sudah membuat keributan di sini!"jawab Andara. Selama ini Aidil sama sekali tidak pernah berbuat kasar kepada istrinya, mungkin karena sikapnya yang seperti itulah membuat Raina Semakin semena-mena dan kurang ajar kepadanya, bahkan sampai berani menghianatinya. Mati-matian Aidil menahan kemarahannya dan menunggu kepergian bosnya tersebut, ia sangat malu menunjukkan pertengkarannya dengan sang istri di depan seorang yang menggajinya. Setelah memastikan bahwa bosnya sudah pergi dari rumahnya, saat itu juga Aidi mulai mengeluarkan pertanyaan-pertanyaannya. "Apa yang kamu lakukan di luar Raina? apa kamu mengkhianatiku? bahkan tanda kepemilikan ini tak hanya berada di bawah telingamu saja! di area intim dan juga payudaramu bahkan terdapat tanda kepemilikan itu!"tanya Aidil yang tak mampu lagi menahan air mata yang sejak tadi menggenang di pelupuk matanya. "Tentu saja tanda kepemilikan ini darimu, apa kamu lupa?"dengan tergagap Raina menjawabnya. Tadi sewaktu dibawa masuk ke dalam Aidil sengaja langsung membawanya ke kamar mandi dan melucuti semua pakaian sang istri, Bukan tanpa alasan dirinya melakukan hal itu, dia melakukan itu untuk membuktikan kecurigaannya atas apa yang dilihat di bawah telinga istrinya tadi. "Apa kamu lupa kapan terakhir kali aku menyentuhmu? Apakah kamu lupa dengan alasan-alasanmu?"kata Aidil masih mencoba untuk mendapatkan kejujuran dari sang istri. Raina menunduk tak mampu menatap kekecewaan dan kemarahan suaminya yang selama ini tak pernah dilihatnya, sesalah apapun Raina biasanya selalu dimaafkan oleh Aidil, tapi hari ini kemarahan itu benar-benar terlihat di sana. "Apakah aku harus mengucapkan talak dulu kepadamu supaya kamu bisa berterus terang kepadaku tentang apa yang kamu lakukan?"perkataan Aidil membuat Raina mendongak kemudian menggeleng dengan sangat keras. Meskipun Raina mengkhianati Aidil tapi di hatinya dia masih sangat mencintai suaminya tersebut, sangat diakuinya jika tak ada laki-laki yang mencintainya setulus Aidil mencintainya. Dulu sewaktu Aidil mempersuntingnya, Raina sudah dalam keadaan tidak Virgin, tapi Aidil tetap melanjutkan niatnya untuk memperistri wanita tersebut. Kehidupan bebas Raina di masa SMA, membuatnya terbiasa menikmati dan menyerahkan tubuhnya kepada lelaki yang berstatus pacarnya. hanya Aidil seorang menghormatinya sebagai seorang perempuan, tak pernah menyentuhnya sebelum mereka terikat pernikahan. "Jawab, atau talakku akan jatuh kepadamu!"kata Aidil menggertak, Tak sedikitpun raut main-main di sana. Aidil benar-benar menuntut jawaban yang pasti terhadap sang istri. Raina menunduk dengan sangat dalam, iya sangat takut dengan kemarahan suaminya saat ini, tapi menyadari bahwa selama ini suaminya sangat mencintainya dan sangat memujanya membuat sisi ego dirinya kembali muncul. "Lalu maumu apa? aku tak tahu siapa yang membuatnya di sini tadi! aku mabuk dan aku tak tahu apa yang terjadi! Aku diantar oleh siapa saja aku juga tidak tahu!"Dengan mengatakan itu karena berharap bahwa kesalahannya kali ini akan dimaafkan, karena berlindung dari kata tidak tahu yang diucapkannya. Tanpa diduga justru Aidil malah mengangkat tangannya dan menampar Raina, tamparan yang sangat keras mendarat di pipi Raina sampai menimbulkan jejak lima jari di pipinya. meskipun ada penyesalan di hati seorang Aidil karena telah menampar istrinya tapi Aidil tetap melanjutkan sesi interogasinya. "Semurahan itukah kamu wahai istriku? Bahkan aku tak berani menyentuhmu sebelum kamu halal untukku! Kenapa justru kamu mengobral tubuhmu kepada laki-laki lain saat aku sudah berhasil menghalalkan mu?"kata Aidil dengan bergetar. "Kamu menamparku Mas?"justru kata-kata itu yang malah keluar dari bibir seorang Raina. "Aku tak pernah menyalahkan mu di masa lalu mu, aku tak pernah mempermasalahkan tentang apa yang kamu lakukan di masa lalu mu sebelum mengenalku, tapi dari sini aku baru sadar dan tahu siapa dirimu!"Aidil menjeda kata-katanya. "Ternyata hanya perempuan sampah yang telah aku perjuangkan, perempuan yang tanpa risih menjatuhkan pelukannya dari lelaki satu ke lelaki yang lainnya, tak peduli kalau dia sudah menjadi seorang istri dan ibu!"kata-kata yang sangat menyayat itu akhirnya keluar dari mulut seorang Aidil. "Tega Kamu menghinaku seperti itu mas? kamu lupa kalau aku ini istrimu?"bukan menyadari kesalahannya justru kini malah hendak melemparkan kesalahan itu kepada sang suami. "Kalau kamu masih ingat bahwa kamu itu istriku, tentu saja tanda-tanda merah itu tidak akan ada di seluruh tubuhmu! kau anggap aku apa Raina?"tanya Aidil. "Aku bahkan rela untuk tidak memiliki waktu istirahat, hanya demi untuk bisa menuruti dan mencukupi semua yang kau inginkan! ini balasanmu Raina?"tanya Aidil mengungkit semua tentang yang dilakukannya tanpa lelah selama ini. "Tapi apakah dengan kamu bekerja seperti yang kamu sebutkan itu bisa memenuhi semua yang aku mau? jawabannya tentu tidak!"justru kini semakin pongah lah istri dari Aidil tersebut. "Seharusnya apa yang aku berikan kepadamu itu lebih dari sekedar cukup Jika kamu bisa menggunakannya secara baik, Andai di akumulasi uang dari Aku bekerja lembur dan juga ngojek, dalam sebulan itu kamu menerima hampir mendekati 10 juta, lalu bagian mana yang kamu katakan aku tidak bertanggung jawab?" kata Aidil yang mulai kecewa karena usahanya Tak dihargai sama sekali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN