Kanaya berhasil sampai di sekolah tepat waktu. Untungnya apartemen Max letaknya tidak jauh dari sekolah. Masih satu jalur. Kanaya bergegas ke kelas untuk mengajar anak-anak membaca. Ia sangat senang dengan pekerjaannya. Sepanjang hari wajahnya tidak pernah berhenti memerah saat mengingat perhatian Max. “Kanaya.” Teriakan itu sukses membuat Kanaya menoleh. Saat ini ia sedang menutup pintu kelas. Santi melambaikan tangannya dari dalam mobil. Gadis itu sangat bersemangat. Kanaya segera menghampiri Santi setelah pekerjaannya selesai. “Nat, lo ada kerjaan gak habis ini?” tanya Santi. Di belakang kemudi Daniel sedang sibuk dengan ponselnya. Bahkan pria itu tidak menyapa Kanaya. “Kenapa? Gak ada sih.” “Gue mau ngajak lo ke butik,” ucap Santi. “Ngapain?” “Ngepet, ya belanja dong. Gue mau