Tujuh

1080 Kata
“Sekarang dia tinggal di mana?” tanyaku, sekadar mencari-cari pertanyaan yang jawabannya bisa memberiku kesempatan menulis di buku beberapa detik dan mengabaikan air mata itu. "Dia sudah tidak pernah tinggal di rumah. Dia tinggal dengan kami. Dan alasan kenapa, perusahaan asuransi menolak klaim kami adalah karena mereka menganggap bahwa dia sudah dewasa, dan sudah tidak layak lagi ditanggung." Aku membalik-balik kertas-kertas itu dan melihat surat-menyurat dari dan ke State Farm Insurance. "Apakah polis ini menyebutkan bahwa mereka akan menghentikan pertanggungan bila dia sudah dewasa?" la menggelengkan kepala dan tersenyum masam. "Tidak. Tidak disebutkan di sana, Edward. Aku sudah membaca puluhan kami di polis itu dan tidak menemukan satu pun. Bahkan aku membaca semua syarat pengecualian, hal-hal terkait force majure, aku baca semua.” "Anda pasti?" aku bertanya, sekali lagi melirik ke polis itu. "Positif. Sudah hampir satu tahun aku membaca terus benda s****n itu." “Lalu siapa yang menjualnya pada kalian? Apa ada seorang agen?” "Ada seseorang yang bodoh yang mengetuk pintu kami dan membujuk kami untuk membelinya. Namanya Rock atau entah apa, agak tidak jelas, asal kau tahu, dia bener-benar b*****h kecil yang lihai bicara. Aku berkali-kali sudah mencoba mencarinya, tapi tetap tidak bisa, dia sepertinya sudah kabur ke kota.” Aku mengambil sehelai surat dari tumpukan dan membacanya. Surat itu dari pemeriksa klaim Senior di Toledo, ditulis beberapa bulan sesudah surat pertama yang tadi kulihat, dan surat itu dengan pendek dan tegas menolak membayar pertanggungan, dengan alasan leukemia Ronnie adalah sebuah kondisi di mana hal tersebuts sudah ada sebelum polis ini dibeli, karena itu tidak ditanggung. Jadi bisa kau garis bawahi kalimat sebelumnya, bahwa leukemia yang diderita oleh Ronnie dianggap sudah ada sebelum polis itu dibeli, untuk itulah leuikimia itu tidak menjadi salah satu persoalan yang ditanggung. Seandainya Ronnie didiagnosis menderita leukemia belum lebih dari setahun, ia didiagnosis empat tahun sesudah polis itu diterbitkan oleh State Farm Insurance. "Katanya di sini pertanggungan itu ditolak, karena kondisi itu sudah ada sebelumnya." "Mereka sudah memakai setiap alasan yang ada dalam buku, Edward. Ambillah semua surat itu dan bacalah dengan serius. Cermati perihal apapun, pengecualian, pembebasan, kondisi yang sudah ada sebelumnya, syarat-syarat, mereka sudah mencoba segalanya." "Apakah ada pengecualian untuk transplantasi sumsum?" "Sama sekali tidak. Dokter kami bahkan melihat polis itu dan mengatakan State Farm Insurance harus membayar karena transplantasi sumsum tulang sekarang cuma pengobatan rutin.'" Klien Bolie menyeka wajah dengan dua belah tangan, berdiri, dan minta undur diri. la mengucapkan terima kasih pada Bolie dan Bolie mengucapkan terima kasih padanya. Laki-laki tua itu duduk di dekat pertandingan catur Cina yang sedang memanas. Miss Streep akhirnya membebaskan N. Mila Fox dari Neely dan masalahnya. Sedang Stephan mondar-mandir di belakang kami. Surat berikutnya juga dari State Farm Insurance, dan dilihat sekilas terlihat seperti yang lain. Tanpa berbelit-belit, pedas, dan langsung pada intinya. Bunyinya demikian: Mrs. Jack Yth.: Sudah tujuh kali perusahaan ini menolak klaim tertulis Anda. Kami sekarang menolaknya untuk yang kedelapan dan terakhir kali. Anda pasti bodoh! Bodoh bodoh! Surat tersebut ditandatangani oleh Senior Supervisor, dan aku pun menggosok logo yang tereetak di atasnya dengan perasaan tak percaya. Musim gugur kemarin aku sempat mendapatkan mata kuliah Hukum Asuransi. Aku ingat betapa aku terperanjat melihat tingkah laku mengguncangkan dari beberapa perusahaan yang terlibat kasus ingkar kepercayaan. *** Saat itu instruktur kami adalah dosen tamu komunis yang membenci perusahaan asuransi, bahkan semua perusahaan, dan dengan penuh sukacita menekuni kasus-kasus penolakan perusahaan asuransi terhadap klaim yang sah. Menurut keyakinannya, di negeri ini ada puluhan ribu kasus ingkar dan tak pernah diadili, toh adapun yang ditindak mungkin masalahnya adalah ditindak secara tidaka adil. la sudah menulis beberapa buku yang mengupas tentang gugatan dalam kasus ingkar, dan bahkan punya statistik untuk membuktikan pendapat bahwa banyak orang menerima saja penolakan atas klaim mereka tanpa menanyakan secara serius. Aku membaca lagi surat itu sambil menyentuh logo indah State Farm Insurance di kertas surat. "Dan kalian tak pernah alpa membayar preminya?" aku bertanya pada Smith. "Tidak. Tak pernah alpa satu kali pun.” "Saya perlu melihat catatan medis Ronnie. " "Aku menyimpan hampir semuanya di rumah. Dia tidak begitu sering ke dokter akhir-akhir ini. Kau sudah bisa memperkirakan apa kira-kira alasannya.” “Kau tak punya biaya.” Ada jeda sejenak di percakapan kami, sebelum aku bertanya, "Apa Anda tahu tanggal yang tepat saat dia didiagnosis menderita leukemia?" "Tidak, tapi itu terjadi pada bulan Agustus tahun lalu. Dia masuk rumah sakit untuk menjalani kemoterapi pertama. Kemudian para b*****h itu memberitahu kami bahwa mereka tidak lagi membiayai pengobatan, maka rumah sakit menolak kami. Katanya mereka tidak mampu memberikan transplantasi. Biayanya terlalu besar. Aku tak dapat menyalahkan mereka, sungguh." Eddy sedang mengamati klien Bolie yang selanjutnya, seorang perempuan kecil rapuh yang juga membawa setumpuk dokumen. Smith menggerayangi bungkus rokok dan akhirnya menancapkan sebatang lagi ke mulutnya. Apabila benar penyakit Ronnie adalah leukemia dan baru dia derita selama delapan bulan, tidak mungkin hal tersebut disisihkan sebagai kondisi yang sudah ada sebelumnya. Kalau tidak ada pengecualian untuk leukemia, State Farm Insurance harus membayar. Benar? Oke, aku memahaminya, rasanya sangat jelas dalam benakku, dan karena hukum jarang jelas dan jarang masuk nalar, aku tahu pasti ada sesuatu yang fatal menungguku jauh di dalam tumpukan surat penolakan Smith. "Saya sama sekali tak mengerti ini," kataku, masih menatap surat bodoh itu. Smith menyemburkan kabut biru tebal ke suaminya, dan asap itu bergolak di sekitar kepalanya. Aku pikir kalau matanya sudah kering, tapi aku tidak pasti. la mendecakkan bibirnya yang lengket dan berkata, "Masalahnya sebenarnya terlihat sederhana, Edward. Mereka segerombolan b******n. Mereka pikir kami hanya s****h tanpa uang untuk bertempur melawan mereka. Asal kau tahu, tiga puluh tahun aku bekerja di pabrik celana, aku juga bergabung dengan serikat buruh, dan kami bertempur dengan perusahaan setiap hari. Di sini sama. Perusahan-perusahaan masih dengan kurang ajar menindas orang-orang kecil." Selain membenci pengacara, ayahku juga kerap kali memuntahkan racun dalam soal serikat buruh. Sudah sewajarnya aku matang menjadi pendukung kuat massa pekerja. "Surat ini sungguh luar biasa," kataku padanya. "Yang mana?" "Yang dari Mr. Lewis. Di situ dia mengatakan, Anda bodoh, bodoh, bodoh.” Aku memperagakan kata-kata di akhir surat itu. "b*****h itu. Aku ingin sekali dia datang ke sini dan memaki di depanku. Dasar keparat." Eddy mengipas asap di depan wajahnya dan mendenguskan sesuatu. Aku meliriknya dengan harapan ia mungkin mencoba berbicara, tapi ia tidak melakukannya. Untuk pertama kali aku melihat ke sisi kiri kepalanya lebih datar daripada yang kanan, bayangan ia berjingkat t*******g bulat di bandara sekali lagi berkelebat di depan mataku. Dan aku melipat surat itu dan melatakannya di atas tumpukan surat yang lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN