Akur

477 Kata
            Langit turun dari motornya, ia berada di parkiran rumah sakit di mana mama Adera dirawat. Ia kemudian berjalan ke dalam dengan membawa kantung berisi makanan, Gadis meminta Langit mengantarkannya untuk Adera dan mamanya.             “Gadis memang anak yang baik, mau bagaimanapun ia menyembunyikannya, bidadari tetaplah bidadari tak akan berubah menjadi peri jahat” gumam Langit melihat kembali kantung ditangan kanannya. “Hei bersyukurlah aku tidak mencampurkan racun untukmu” ucapnya seolah tengah berbicara pada bungkusan sambil terus berjalan menuju ruangan mama Adera.             Benar saja, terlihat Adera yang tengah tertidur di depan kamar sang mama. Kepalanya disandarkan pada tembok, ia terlihat begitu lelah, ralat sangat lelah sepertinya. “Astaga, bagaimana ia bisa tidur senyenyak ini dengan posisi seperti begini? Mahluk langka!” ujar Langit, ia menendang kaki Adera pelan. “Hei manusia pemalas, bangunlah atau kamu tidak akan bisa bangun lagi”             Adera membuka matanya pelan, “Kenapa kamu di sini? Tidak, aku begitu membencimu hingga kamu ingin merusak mimpi indahku kan?” tuduh Adera menguncek-ngucek matanya, mencoba sadar dan kembali ke dunia nyata.             Langit yang kesal langsung melemparkan kantung makanan ke pangkuan Adera. “s**l, ternyata kamu bermimpi tidak baik ya? Itu dari Gadis, ia tidak bisa datang kesini” Langit duduk disamping Adera, “Bagaimana kabar Mamamu?”             Adera mengintip kantung yang diberikan Langit, “Kenapa dengan Gadis? Ah, aku mencurigaimu memberikan racun padaku?”             Langit mencebikan bibirnya, “Hey, jika bukan Gadis yang memintaku sambil mencium pipiku tidak akan aku datang kesini! Makanan itu sudah aku kunyah jadi kamu tidak perlu mengunyahnya lagi, telan saja langsung. Betapa baiknya aku bukan?” ceplos Langit, tentu saja itu dusta.             Mata Adera terbelalak saat ini, ia menarik kerah baju Langit. “Apa? Gadis menciummu? Tidak mungkin. Ini harus aku konfirmasi padanya” segera ia mengeluarkan ponsel dari saku celana, namun segera direbut oleh Langit.             “Eits, baiklah ... itu bohong! Kenapa kamu sensitif sekali! Mama Gadis sedang berulang tahun, jadi Gadis harus merayakannya di rumah” cerita Langit.             “Mamaku membaik, besok ia akan kembali ke sel. Ah, seharusnya aku memberikan hadiah untuk calon mertuaku” gumam Adera tanpa ada saringan dalam ucapannya.             Dengan cepat Langit menonjok bahu Adera, “Hei, siapa dirimu itu hah?” gerutu Langit kesal. “Adera, apa Gadis bercerita sesuatu padamu?”             Sambil membuka makanannya ia mulai mengingat-ingat kembali. “Sepertinya tidak, kenapa? Ada sesuatu yang terjadi padanya? Apa di sekolah? Astaga! Kenapa kamu tidak bisa menjaganya!”             “Diamlah! Kenapa cara bicaramu seperti Ayahku!” Langit gusar. Ia menaikan kaki kanannya pada paha kiri. “Ada yang menyebarkan latar belakang Gadis, satu sekolah tau jika Gadis mempunyai dua Ibu” cerita Langit.             “Apa? Siapa yang melakukannya? Aish, akan aku habisi dia”             Langit terkekeh, “Siapa dirimu? Aku akan melindungi Gadis dan mencari siapa pelakunya”             Adera berhenti  memasukan makanan ke dalam mulutnya, “Biarkan aku yang melindunginya” sela Adera.             “Urus saja dirimu sendiri! Baiklah, aku pamit! Tugasku sudah selesai, sampaikan salam untuk mamamu. Atau aku beritahu saja ya, jika Gadis itu bukan pacarmu?” Langit memicingkan matanya.             “Pergilah!!” Adera menendang b****g Langit yang terkekeh puas. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN