4.

1771 Kata
i'm fine you can see from my face. I still smile, even my heart is cry. ••• Setelah di rasa hujan sudah reda Ara pun membayar kopinya dan kembali duduk di kursi tepi jalan yang sebelum hujan turun ia duduki. "Alex maaf ak--aku takut Lex, aku ma--mau pulang ..." Tangisnya dengan berusaha menghidupkan ponselnya yang entah sejak kapan mati. Hari sudah semakin malam, Ara semakin merasa takut dengan itu. Ia benar-benar tidak mengenal satupun orang di sekelilingnya, bahkan ia tidak tau apakah mereka orang baik atau jahat. "Ara b**o, cuma lo di dunia ini yang gak tau alamat rumah sendiri. " Ucapnya merutuki kebodohan diri. Karena sekitar sudah semakin sepi, bisa di pastikan bahwa hari sudah semakin malam. Dengan memberanikan diri, Ara memutuskan untuk mencari jalan pulang. "Kalo Alex pergi ke sana, berarti itu arah jalan pulang." Ucapnya berbicara pada diri sendiri. Dan akhirnya Ara memutuskan untuk berjalan ke arah yang ia rasa benar. "Apa Alex mencariku atau Alex benar-benar gak peduli aku pulang atau enggak... " gumamnya di sepanjang jalan yang ia lewati dengan berjalan kaki. "Awssh..." pekiknya kesakitan, akibat dari ia yang terus berputar mencari jalan pulang kakinya terluka karena lecet. Ia berhenti sejenak dan duduk di atas trotoar untuk melihat kakinya yang ternyata sudah memerah. "Ya tuhan ini perih..." gumamnya dan terpaksa ia pun harus melepas flatshoesnya dan berjalan tanpa alas dengan jalanan yang basah akibat hujan yang cukup lebat tadi. Dengan perlahan Ara kembali melangkahkan kakinya yang tanpa alas itu, rambutnya sudah basah karena keringat, begitupun wajahnya sudah lusuh karena kecapean sedangkan kakinya sudah kotor karena air hujan. "Kok jalannya sepi gini sih." Heran Ara seraya menghentikan langkahnya di sebuah jalanan yang sepi dan minim penerangan. Seingatnya ia tidak pernah melewati jalanan sesepi ini saat bersama Alex. Sreek ... sreek ... Tubuhnya mematung saat mendengar suara aneh dari arah depannya, karena merasa takut Ara langsung berbalik dan sebisa mungkin berlari meninggalkan jalanan sepi itu. BRUGH! "Aduuh... aawhhss!" pekiknya mengaduh kesakitan saat tangan dan lutunya menyentuh jalanan yang becek akibat air hujan. Ara tidak langsung berdiri, ia malah duduk dan memeluk lututnya yang kotor dengan telapak tangannya sedikit terluka dan mengeluarkan darah. "Hiikss... Mamah Ara takuut ... Al--lex jemput aku.. aku minta maaf ..." Racaunya di sela isakan tangisnya. Ara kembali melangkahkan kakinya dan melupakan rasa sakit di sekujur tubuhnya karena ia merasa takut berada di jalanan sepi itu. Dengan gontai Ara berjalan ke arah kanan menyusuri beberapa rumah yang sudah terlihat sepi. "Apa semua orang sudah tidur? ini udah malem banget yah ..." Heran Ara yang memang tidak tau jam berapa sekarang. Namun dilihat dari keadaan yang sudah sepi, bahkan hanya ada satu dua orang yang tengah berlalu lalang di jalanan dan beberapa mobil yang lewat, kita bisa simpulkan bahwa hari sudah larut malam. Sedangkan di sisi lain terlihat seorang Pria yang tengah memarahi beberapa orang suruhannya. "GUE BAWA LO SEMUA KE SINI BUAT BANTU GUE JAGAIN ARA DAN SEKARANG GUE NYURUH LO SEMUA BUAT NYARI DIA TAPI--" Belum sempat Alex menuntaskan kalimatnya, tiba-tiba saja Alex di kejutkan dengan kedatangan Wildan yang langsung saja menghampiri Alex dengan tatapan yang penuh amarah. "Percuma lo marahin mereka, London luas dan ini bukan salah mereka." Tekan Wildan yang sudah berdiri di hadapan Alex yang terlihat kacau karena ia belum juga menemukan istrinya. "Ini salah gue, karena gue udah bawa orang-orang gak guna kayak mereka!" Mendengar itu Wildan tersenyum miring. BUGH! Satu pukulan mendarat tepat di rahang sempurna milik Alexio, membuat sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. "INI EMANG SALAH LO! KARENA LO GAK BECUS JAGA ISTRI LO SENDIRI!" Sentak Wildan sedangkan Alex hanya diam sembari memegang sudut bibirnya yang terasa perih. "LO ITU SUAMINYA, HARUSNYA LO TAU ARA ITU KAYAK GIMANA LEX. LO HARUS LEBIH SABAR SAMA ISTRI LO SENDIRI!" Lanjut Wildan yang masih belum bisa meredam amarahnya. Alex terdiam mencerna kalimat demi kalimat yang Wildan lontarkan padanya. "Ara itu baru 3 hari di sini Lex, dia belum tau di balik indahnya kota ini ada kehidupan yang keras di dalamnya. Dan lo tega ninggalin dia sendiri! Gila lo, Lex!" Ujar Wildan mencoba tanpa emosi dan itu membuat Alex semakin merasa bersalah. "Gue cuma mau buat dia nurut dan gue gak ninggalin dia, gue cuma pergi sebentar tapi saat gue balik lagi, gue udah kehilangan dia karena saat itu hujan-- tunggu karena tadi hujan otomatis Ara bakalan nyari tempat buat neduh. Harusnya gue nyari dulu di sekitar tempat itu Aaarrrghhhh SIALAN!" Geram Alex merutuki kebodohannya. "Percuma! Sekarang udah jam setengah dua belas malam, Ara pasti udah pergi dari tempat itu! Dan ini semua salah Lo! LO GAK BECUS JAGAIN ISTRI LO SENDIRI!" Ujar Wildan. Alex menatap Wildan dengan tatapan yang tidak bersahabat, "Gue bisa perbaikin semuanya!" Tekan Alex kemudian masuk ke dalam mobil. Alex menurunkan kaca mobilnya, "Kalian semua cari Ara sampai dia ketemu!" Titah Alex pada beberapa bodyguardnya. "Gue ikut Lo. Biar mobil gue, gue titip di rumah Lo!" Ujar Wildan yang kemudian masuk ke dalam mobil Alex dan duduk di sampingnya. Alex hanya diam dan kemudian melajukan mobilnya. Alex terus saja memandang kearah sekitar, begitupun Wildan dengan harapan ia akan bisa menemukan sahabatnya itu. "Lo gak becus jagain istri lo sendiri!" "Lo gak becus!" "Lo gak becus!" Kalimat yang Wildan katakan mampu memenuhi pikiran seorang Alex, apalagi itu mengenai istri tersayangnya, membuat Alex menggeram frustrasi. "Aaaarghhhhh!" Geramnya dengan memukul stir mobil dan Wildan hanya meliriknya sekilas saja. Wildan tau jika kini Alex tengah merasa bersalah, tersiksa bahkan mungkin lebih dari itu. "Percuma lo mukul-mukul stir, walaupun lo nabrakin nih mobil Ara gak bakalan ketemu. Mending sekarang lo tenang dan fokusin pandangan lo." Ujar Wildan menyadarkan Alex dari keputus asaanya. "Gue emang gak becus!" GumamAlex yang kembali fokus pada sekitar dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia tidak bisa membayangkan betapa takutnya Ara di sana, di tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Alex benar-benar tidak bisa membayangkan wajah Ara yang tengah menangis karena tidak tau apa yang harus dilakukannya. "Ara come on honey, i'm so sorry ..." Khawatir Alex dalam hati. Alex mulai menelusuri jalanan di mana ia meninggalkan Ara sendirian. Jika Alex tengah berusaha mencari di mana keberadaan Ara. Maka di lain tempat Ara tengah kelelahan akibat ia yang terus saja berjalan mencari di mana rumahnya. Wajahnya sudah terlihat pucat karena kecapean, ua ingin kembali ketempat dimana Alex meninggalkannya dan membeli minuman di sana. Tapi ia tidak bisa karena itu jauh dari tempat kini ia berada, tenaganya mungkin tidak akan cukup untuk kembali. Hingga akhirnya ia mengulas sebuah senyum bahagia. "Yeaay akhirnyaa itu rumah aku oh god terimaksih!" Dengan senang Ara berlari menghampiri gerbang rumahnya. "Kok di kunci, terus penjaganya kemana? Apa mereka dan Alex mencariku atau Alex udah tidur?" Pikir Ara sembari berusaha membuka gerbang rumahnya. Ara tidak bisa membuka gerbang rumahnya karena gerbang sudah di kunci. Akhirnya ia terduduk dan memutuskan untuk menunggu di depan gerbang saja. Dengan ekspresi kesedihan, Ara mendudukkan tubuhnya di dekat gerbang. Diluruskan kakinya dan dengan perlahan ia memijat kakinya sendiri yang terasa pegal dan perih akibat dari berjalan tanpa alas kaki. "Alex i need you, please forgive me ... i know i was wrong." Lirihnya dengan air mata yang terjatuh begitu saja. Tiba-tiba saja sebuah sorot lampu mobil mengarah padanya, ungin sekali ia berdiri dan melihat mobil siapa itu. Namun ia terlalu lelah untuk berdiri, biarpun itu orang jahat Ara sudah tidak peduli, ia sudah terlalu lelah. "Ara." Mendengar namanya di panggil, Ara langsung menengadahkan kepalanya dan menyipitkan matanya untuk memperjelas siapa yang memanggil namanya. "Alex ..." Lirih Ara dan seketika tubuhnya langsung hangat, Alex memeluknya. "Hiiikss.. Aleeex aku ta ...kut ..." Racau Ara dengan membalas pelukan suaminya itu tak kalah erat. "Kamu kemana aja? Kenapa pergi dari sana harusnya kamu nunggu aku, aku panik yaang, aku khawatir ..." Ucap Alex dengan terus mengecup kening istri tersayangnya itu. Ara hanya bisa menangis tanpa melepaskan pegangannya dari lengan Alex yang dengan susah payah menahan air matanya. "Ak--aku takuut, Leex di sana gelap.." isakan Ara membuat Alex tidak bisa menahan air matanya. Alex kembali memeluknya erat. "Maafin aku, aku gak bisa jagain kamu dengan baik... maaf. Aku emang gak becus jagain kamu ..." Geramnya pada diri sendiri yang merasa sudah gagal menjaga Ara. Alex langsung saja memangku Ara ala bridal style. "Wildan thanks udah mau bantuin gue." Wildan menganggukan kepalanya, "kalo gitu gue balik! Ra GWS yah!" Pamit Wildan dan berlalu dengan mobilnya yang tadi ia titipkan di rumah Alex. Alex pun melangkahkan kakinya memasuki rumah dan langsung membawa Ara masuk ke dalam kamar mereka yang berada di lantai dua. Dengan perlahan Alex mendudukkan Ara di atas tempat tidur, kemudian Alex mensejajarkan tubuhnya dengan Ara yang masih terlihat kelelahan duduk di depannya. Alex meraih lengan Ara dan menciumnya berkali-kali. "Maaf, maafin aku Ra ... aku udah--aku udah--" Alex benar-benar tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Alex menangis di atas pangkuan Ara yang kotor terkena cipratan air dan akibat ia terjatuh tadi. Ara menghapus air matanya dan mengelus rambut suaminya itu dengan lembut. "Alex udah, i'm fine you can trust me ..." ujar Ara berusaha setenang mungkin walaupun ia masih merasa takut. Alex menggelengkan kepalanya dengan masih tertunduk di pangkuan seseorang yang menjadi alasan dia bertahan di dunia ini. "Ak--aku udah gagal Ra, aku bukan suami yang baik ..." Ucap Alex disela tangisnya. "Kok gitu sih ngomongnya, kamu baik dan kamu gak gagal Alex. Udah ah sana aku mau mandi," ujar Ara yang membuat Alex memandang ke arahnya. "Tangan kamu luka, kaki kamu juga ak--" "Alex sayang i'm fine you can see from my face, i still smile." potong Ara sebaik mungkin agar Alex berhenti menyalahkan dirinya. Alex mengusap air matanya, "Hehe aku cengeng banget yah, ya udah kalo gitu kamu bersih-bersih dulu abis itu aku obatin luka kamu. Terus kamu makan dan minum obat okay." Ujar Alex mengulas senyum manisnya, walaupun jauh di dalam hatinya ia masih merasa bersalah. Dengan tertatih-tatih Ara mulai berjalan ke dalam kamar mandi. Dan saat itu Alex benar-benar merasa tersiksa melihat istrinya terluka. "Ra ..." Ara kembali memutar tubuhnya menghadap Alex, "kenapa?" Alex menatap Ara dengan rasa bersalah. "Alex kamu gak salah, ini salah aku karena aku gak mau dengerin kamu. Padahal kamu udah janji, kalo besok kita masih bisa jalan-jalan lagi ya kan? Ck." Ucap Ara seraya menatap Alex dengan tersenyum, namun masih bisa Alex tebak bahwa Ara masih kelelahan dilihat dari wajahnya yang pucat. "Dan aku menyesali itu." Lanjut Ara. Alex tersanyum yang kemudian berlalu menuju dapur untuk membawakan Ara makan malam yang sempat ia lewatkan. Tepat pukul 12 malam, Alex baru menemukan istri keras kepalanya itu dan mungkin setelah kejadian ini, Ara akan semakin menurut pada Alex karena demi kebaikannya sendiri. Jika di Indonesia mungkin Ara masih bisa keluar dan pergi tanpa Alex tapi di sini, ia masih belum terbiasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN